Sukses

3 Kisah Aneh Saat Gunung Api di Indonesia Meletus

Di balik kejadian letusan gunung api, ada cerita-cerita unik yang membuat takjub hingga takut.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia memiliki ratusan gunung api aktif di sejumlah wilayahnya. Gunung-gunung itu selain memberikan keindahan, juga sewaktu-waktu akan menjadi ancaman bagi masyarakat.

Kala gunung api tersebut memberikan tanda akan meletus, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) instens memberikan informasi terkait bahaya letusan gunung api. Masyarakat sekitar pun diminta bergegas meninggalkan kediamannya. Mereka mengungsi ke tempat sejumlah titik pengungsian dan ada pula yang mengungsi di rumah saudaranya.

Semua pihak hanya pasrah kala letusan gunung api itu terjadi. Lava maupun asap dimuntahkan dari puncak gunung. Selain itu, gempa juga mengiringinya.

Masyarakat hanya berdoa agar kejadian itu tidak menimbulkan bencana yang lebih besar hingga memakan korban.

Di balik kejadian letusan gunung api itu, ada cerita-cerita unik nan aneh yang membuat takjub hingga takut. Mulai dari bentuk asap yang diluncurkan dari puncak gunung hingga terkait waktu gunung api itu beraksi.

Bagaimana kisah-kisah itu? Berikut ini uraiannya:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

1. Bentuk Petruk

Erupsi Gunung Merapi. (Liputan6.com/Yanuar H)

Penampakan aneh terekam saat sebelum Gunung Merapi meletus untuk keempat kalinya pada Senin pagi, 1 November 2010. Awan putih itu membentuk sosok tokoh punakawan berhidung panjang, Petruk.

Gambar itu diabadikan oleh Suswanto, warga Srumbung Magelang. Foto itu cepat menyebar dan membuat heboh warga di pengungsian. Warga menilai itu sebagai pertanda Gunung Merapi akan memuntahkan laharnya lebih banyak. Sementara arah hidung yang menunjuk ke Selatan atau Yogyakarta, dianggap sebagai tanda daerah itu akan mengalami kerusakan parah.

Namun dari sisi ilmiah, kemunculan awan itu bukan sebagai tolok ukur terkait prediksi aktivitas Merapi. "Jelas bukan," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Subandrio.

Ia tidak menampik terdapat cerita mistis yang beredar di masyarakat terkait aktivitas Merapi. Kepercayaan itu dianggapnya sebagai hak dari masyarakat.

"Kami memahami keyakinan mereka, tak menyalahkan. Itu belum hilang di masyarakat, termasuk masyarakat Selatan, masyarakat Utara dengan berbagai versi," tambah dia.

Mbah Petruk diyakini masyarakat setempat sebagai penunggu kawah Gunung Merapi.

 

3 dari 4 halaman

2. Bentuk Raksasa Menyeramkan

Gunung Agung berpotensi meletus, saat ini statusnya meningkat ke Level IV atau tertinggi, menandakan erupsi kemungkinan besar akan terjadi.

Letusan Gunung Agung pada Minggu 26 November 2017 pukul 06.43 Wita menyimpan kisah tersendiri bagi warganet. Dalam video letusan Gunung Agung itu, asap yang berada di puncak memiliki bentuk seperti raksasa.

Dalam akun twitternya, Sutopo mengunggah video tentang kondisi Gunung Agung meletus. Dia menyebut warna kemerahan di puncak gunung bukan api atau lava.

"Erupsi Gunung Agung pada 26/11/2017 pagi. Warna kemerahan itu bukan api atau lava. Tetapi, efek dari sinar matahari yang masuk ke dalam kolom abu vulkanik. #BaliTetapAman #bali #balisafe #safebali #Bali volcano," tulisnya pada Minggu, 26 November 2017.

Postingan Sutopo itu mendapat perhatian dari warganet. Mereka bukan fokus kepada awan yang disemburkan gunung, namun pada bagian asap yang dianggap menyerupai sosok raksasa.

"Ini kayak ada orang raksasa gitu," tulis @jabaaarf

Komentar itu ditanggapi Sutopo yang menyebut banyak model yang ditunjukkan saat Gunung Agung mengeluarkan asap. Salah satunya dalam bentuk beragam wajah.

Namun begitu, warganet kembali menegaskan bahwa bentuk asap di Gunung Agung itu bukan hal biasa. Bentuknya disebut sangat mirip dengan sosok penampakan.

"ya, tapi yang sanagt mirip yang di puncak nya tuh ada penampakan," tulis @ruriadi.

"Waduhh ngeriii...semoga cpet berakhir tanfa ada sesuatu yg merugikan ...amin," @SofyanIwam.

 

4 dari 4 halaman

3. Kelud Meletus Jumat Wage

Petir vulkanik Gunung Kelud (Twitter)

Buat warga di sekitar Gunung Kelud, Wage bukan hari pasaran biasa. Dalam ingatan mereka, Wage merupakan saat bagi Kelud untuk meletus.

Ingat lagi letusan terakhir pada Kamis 13 Februari 2014 malam. Hanya berselang kurang dari 2 jam dari peningkatan status itu, Kelud pun benar-benar meletus pada pukul 22.59 WIB.

Hitungan Jawa menetapkan pergantian hari pada waktu sore, usai magrib. Sehingga Gunung Kelud meletus bertepatan pada Jumat Wage.

Gunung Kelud meletus antara lain pada 1966, 1955, 1990, dan 2007. Semua terjadi pada hari pasaran Wage.

Pada 1990, misalnya, letusan terdahsyat Kelud terjadi 10 Februari. Letusan berlangsung selama 45 hari. 10 Februari jatuh pada Sabtu Wage.

Niscaya tak ada penjelasan rasional mengapa Kelud selalu meletus pada Wage. Hanya ada penjelasan beraroma mistis. Menurut mitos yang diceritakan secara turun-temurun, pasaran Wage berkaitan erat dengan cerita keris sakti Mpu Gandring.

Konon, keris sakti pada zaman Singasari itu dikubur di dasar Kelud pada hari pasaran Wage. Keris tersebut mempunyai aura jahat, memicu banjir darah di mana-mana.

Namun, sesaat sebelum keris ditanam, langit tiba-tiba gelap. Petir menyambar-nyambar di langit, tetapi tak turun hujan. Tanah bergolak seperti hendak runtuh. Di tengah-tengah itu semua, keris Mpu Gandring mengucapkan kutukan akan keluar dari kawah dan menebar petaka.

Sisi mistis Kelud kian berwarna dengan kehadiran juru kuncinya, Mbah Ronggo. Ia mulai dikenal warga luar Kelud saat menolak mengungsi pada 2007. Padahal, Kelud sudah 'bergolak'.

Karena ia bertahan, sejumlah warga mengikuti jejaknya. "Kalau disuruh tanggung jawab orang kena lontaran batu dan hujan abu, tentu saya tidak bersedia. Karena itu itu, saya tidak pernah meminta warga untuk tidak mengungsi," kata pria berusia sekitar 70 tahun ini.

Namun, akhirnya, aparat setempat mengungsikan paksa Mbah Ronggo agar warga lain patuh mengungsi. Sebab Kelud sudah di ambang meletus.

Mbah Ronggo ditetapkan sebagai juru kunci Kelud sejak Pemkab Kediri menggelar larung sesaji di kawah Kelud pada 2005. Pihak yang mengangkat dia sebagai juru kunci bukan Pemkab Kediri, melainkan 42 sesepuh Desa Sugihwaras, tempat tinggalnya.

Dunia mistis dan rasional hidup berdampingan. Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Surono menyadari hal tersebut.

"Saya anggap, masyarakat punya cara atau kepercayaan sendiri, kami juga punya cara sendiri. Silakan saja bila masyarakat percaya akan hal itu, saya tidak campur tangan," katanya saat dihubungi Liputan6.com.

Surono menyatakan menghormati kearifan lokal di wilayah masing-masing. "Namun, kalau dia (juru kunci gunung) misalnya merasa punya kekuatan sendiri atau punya kekuatan lebih, saya tidak respek. Itu suatu kesombongan," ucap Surono.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.