Sukses

Listrik Mati, Pos Pengamatan Gunung Agung Gelap Gulita

I Gede Suantika menjelaskan, matinya lampu disebabkan travo PLN di lereng bagian selatan Gunung Agung rusak.

Liputan6.com, Karangasem - Pos Pengamatan Gunung Agung yang terletak di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali mati lampu.

Petugas pun menggunakan genset untuk mengaliri listrik agar pengamatan Gunung Agung bisa terus berlangsung. Namun, beberapa kali genset yang digunakan mati sehingga pos pantau gelap gulita.

Rupanya, matinya lampu ini imbas dari aktivitas Gunung Agung. Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG, I Gede Suantika menjelaskan, matinya lampu disebabkan travo milik PLN di lereng bagian selatan Gunung Agung rusak. Kerusakan itu akibat terkena abu vulkanik yang cukup banyak. ‎

"Travo di bagian selatan lereng Gunung Agung itu rusak. Abu vulkanik ini mengandung elektro statis yang apabila bertemu dengan energi listrik bisa membuat korsleting," jelas Gede di Pos Pengamatan Gunung Api Agung, Selasa (28/11/2017).

‎Pantauan di Pos Pengamatan, abu cukup banyak menyebar. Warga pun menggunakan masker agar tak menghirup abu yang mengandung zat berbahaya itu. 

Saksikan vidio pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Imbau Menjauh

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memprediksi erupsi skala besar hanya tinggal hitungan jam saja. Hal itu terprediksi dengan telah terjadinya tremor over scale yang terjadi siang tadi selama setengah jam mulai pukul 13.30 Wita hingga pukul 14.00 Wita.

Bahkan, lontaran batu telah dimuntahkan gunung setinggi 3.142 MDPL itu. Lontaran batuan dengan suhu panas 500 derajat selsius itu jatuh di Desa Dukuh, Karangasem yang berjarak 4 kilometer dari puncak kawah Gunung Agung.

PVMBG pun meminta warga meninggalkan zona bahaya dan mencari posisi aman.

Kepala Bidan Mitigasi Gunung Api PVMBG, I Gede Suantika meminta warga yang berada di Pos Pengamatan Gunung Api Agung di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem yang berjarak 12 kilometer dari puncak kawah untuk pergi ke zona aman.

Sontak warga berlarian meninggalkan lokasi. Begitu juga dengan jurnalis, Gede mengimbau agar tim mencari zona aman.

"Silakan turun ke zona yang lebih aman. Kami sudah imbau. Kalau mau di sini silakan, risiko tidak ditanggung PVMBG," ujarnya di Pos Pemantauan Gunung Api Agung, Rendang, Selasa (28/11/2017).

Menurutnya, lontaran awan panas mereka mengacu pada letusan tahun 1963 mengarah ke utara, tenggara dan barat daya. "Yan terpantau paling jauh ke Utara sejauh 14 kilometer," ujarnya.

Kendati telah diimbau, sejumlah wartawan masih memilih bertahan di pos pengamatan. Begitu juga dengan warga yang terus berdatangan silih berganti ke lokasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.