Sukses

Survei Poltracking: Budi Gunawan Masuk Radar Cawapres 2019

Nama Budi Gunawan mendapat perolehan 2 persen, unggul dari Cak Imin yang hanya 1,8 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal Budi Gunawan masuk dalam jajaran 10 besar calon wakil presiden 2019. Nama Jenderal Budi muncul dalam survei yang digelar Poltracking Indonesia. Dalam survei tersebut BG, sapaan Budi Gunawan, bersaing dengan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin dan Ahmad Heryawan.

"Nama Budi Gunawan mendapat perolehan 2 persen, unggul dari Cak Imin yang hanya 1,8 persen. Tapi masih kalah dari Ahmad Heryawan dengan selisih 0,8 persen," kata Direktur Eksekuitif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda di Hotel Saripan Pacific, Jakarta Pusat, Minggu 26 November 2017.

Hanta memaparkan, hasil tertinggi dari survei Cawapres 2019 ditempati oleh Panglima TNI Gatot Nurmantyo, lalu disusul Agus Harimurthi Yudhoyono (AHY) dan Anies Baswedan dengan perolehan persentase sama.

"Pertama ada Jenderal Gatot 13,7 persen, kemudian Mas AHY dan Pak Anies sama mendapat 13,2 persen," jelas Hanta.

Berikut daftar lengkap 10 besar nama Cawapres 2019, versi Poltracking Indonesia: Gatot Nurmantyo 13,7 persen, AHY 13,2 persen, Anies Baswedan 13,2 persen, Sri Mulyani 3,2 persen, Ahmad Heryawan 2,8 persen, BG 2,0 persen, Cak Imin, 1,8 persen, Puan Maharani 1,2 persen , Zulifki Hasan 1,1 persen, dan tidak memilih 47,5 persen.

Survei ini dilakukan pada periode 8-15 November 2017, memiliki sample 2400 responden, dengan metode stratified multistage random sampling. Margin of Eror diketahui kurang lebih 2 persen, dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Head to Head

Poltracking Indonesia mengerucutkan dua nama untuk calon presiden (Capres) 2019, Joko Widodo dan Prabowo Subianto.

Hasil elektablitas menunjukkan, Jokowi mendulang raihan angka 53,2 persen, sementara Prabowo 33,0 persen. Dengan gap 20,2 persen.

"Ini artinya, peluang terjadi head to head besar, karena hanya mereka yang mendapat hasil persentase dua digit," kata Hanta.

Hanta menjelaskan, alasan hampir pastinya terjadi head to head dikarenakan Jokowi nyaris pasti dicalonkan kembali sebagai presiden. Lalu, Gerindra masih sekuat tenaga mendorong poros Prabowo, lantaran sosoknya yang memberi elektroal tinggi terhadap partai.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.