Sukses

GP Ansor: Cegah Radikalisme, Masukkan Budaya Lokal dalam Dakwah

Jika memang ada khasanah lokal yang dinilai bertabrakan dengan syariat agama, maka perlu kontennya diubah.

Liputan6.com, Jakarta - Gerakan Pemuda (GP) Ansor mengingatkan, dakwah yang disampaikan para kiai, ulama, atau ustaz diharapkan tetap mengakomodasi khasanah lokal yang sudah ada.

Ketua Majelis Dzikir dan Sholawat GP Ansor, Sholahul Am Notobuwono atau Gus Aam menuturkan, jika memang ada khasanah lokal yang dinilai bertabrakan dengan syariat agama, maka perlu kontennya diubah supaya dapat masuk dalam nilai-nilai ibadah.

"Kalau ada yang melanggar, konten kita ganti menjadi lebih bagus sehingga dapat menjadi nilai ibadah. Jadi tidak serta merta kita dibuang khasanah lokalnya," kata Gus Aam dalam keterangan tertulisnya, Minggu 26 November 2017.

Dia menuturkan, jangan sampai sebagai orang Indonesia, membuang khasanah lokal tersebut. Dia menegaskan, perlunya menunjukan bagaimana perjuangan Nadhatul Ulama dalam mengedepankan Islam nusantara.

"Kita bisa angkat dan dijadikan mitra dalam perjuangan berdakwah. Inilah islamisasi ala Nahdlatul Ulama," ungkap Gus Aam.

Dia juga menegaskan, dengan cara dakwah seperti ini bisa semakin menguatkan jejaring kiai muda GP Ansor dan NU, serta mencegah radikalisme.

"Pola dakwah semacam ini sekaligus menjadi langkah penguatan jejaring kiai muda Ansor, juga salah satu upaya untuk menangkal radikalisme agama yang marak belakangan ini," pungkas Gus Aam.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.