Sukses

Stafsus KSP: Jokowi Punya Strategi Jitu Atasi Konflik Afghanistan

Gaya kepemimpinan Jokowi yang selama ini mengedepankan pendekatan dialogis banyak dicontoh.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Afghanistan meminta kesediaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk berperan menjadi mediator mengakhiri pertikaian di Afghanistan. Permintaan itu disampaikan Majelis Tinggi Perdamaian Afghanistan yang datang ke Indonesia.

Terkait hal itu, Staf Khusus Kantor Staf Presiden Dimas Oky Nugroho menilai, adanya permintaan itu membuktikan bahwa posisi Jokowi sebagai tokoh muslim dunia diakui oleh negara-negara lain.

"Ini pengakuan dunia pada Jokowi yang baru-baru ini oleh sebuah lembaga riset di Yordania ditetapkan sebagai salah satu dari 50 pemimpin Muslim paling berpengaruh di dunia," ujar Dimas Oky di Kantornya, Jalan Veteran I, Jakarta Pusat, Kamis (23/11/2017).

Menurut Dimas, sebagai negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia, Indonesia selama ini menjadi contoh bagi negara-negara lain menjaga kemajemukan dan toleransi dalam berkeyakinan.

Dia juga mengatakan, gaya kepemimpinan Jokowi yang selama ini mengedepankan pendekatan dialogis dalam menghadapi permasalahan masyarakat yang berkonflik, banyak dicontoh oleh pemimpin-pemimpin dunia lainnya.

Ini menurut dia, menjadi ciri khas Jokowi yang kerap dilakukan sejak masih menjabat Wali Kota Solo, hingga menjadi presiden saat ini.  "Pola-pola kepemimpinan yang inklusif dan dialogis adalah ciri khas dan kekuatan sosok Presiden Jokowi," ucap Dimas.

Peran NU dan Muhammadiyah

Dalam beberapa kunjungan kerjanya di luar negeri, Jokowi juga selalu menyampaikan bagaimana keberagaman di Indonesia tak lepas dari peran tokoh agama dan ormas-ormas yang mempunyai pengikut yang besar.

"Presiden merujuk pada kekuatan moderat NU dan Muhammadiyah dalam masyarakat Islam di Indonesia," kata dia.

Dimas yakin, Jokowi mempunyai strategi yang jitu dalam memediasi kelompok bertikai di Afghanistan. Hal itu merujuk pada kondisi di Indonesia yang dianggap mampu menjaga toleransi dan keberagaman.

"Beliau ingin memposisikan model Islam moderat sebagai jawaban dari konflik yang berlangsung di Afghanistan dan kawasan sekitarnya. Ini modal untuk mampu melakukan mediasi, rekonsiliasi dan selanjutnya recovery untuk sebuah masyarakat yang terlibat konflik," Dimas Oky menandaskan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Siap Mediasi Konflik Afganistan

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menegaskan kesanggupannya untuk menjadi mediator pertikaian di Afghanistan.

"Saya sampaikan, bismillah saya sanggupi," ucap Jokowi saat membuka Munas Alim Ulama dan Konfrensi Besar NU di Masjid Hubbul Wathan kota Mataram, Kamis (23/11/2017).

Jokowi menegaskan kesanggupannya usai Presiden Afghanistan melalui Majelis Tinggi Perdamaian Afghanistan yang dipimpim Muhammad Karim Kalili, meminta Indonesia berperan menjadi mediator untuk mengakhiri pertikaian di Afghanistan.

Jokowi menambahkan, di Afghanistan, meski hanya memiliki tujuh suku, dua suku bertikai sehingga terjadi perang. itu karena masing-masing mereka membawa kawan dari luar. Perang di Afganistan berlangsung sejak 1973 atau 40 tahun.

Padahal, ucap Jokowi, Afghanistan adalah negara kaya, memiliki deposit emas terbesar di dunia, deposit minyak dan gas. Namun, kekayaan itu tidak bisa memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya karena tidak bisa dikelola dan kondisi perang selama empat dekade.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini : 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.