Sukses

Menhan: Ada yang Ngompori, Papua Kembali Bergolak

Situasi Papua kembali memanas. Menteri Pertahanan punya penilaian kenapa kondisi itu terjadi.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu meyakini situasi yang terjadi di Papua saat ini tidak terjadi dengan sendirinya. Ia menuding ada pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan dari kondisi itu.

"Pasti ada kan yang ngompor-ngomporin. Kita ini banyak kan bangsa ini, ada yang senang, ada yang tidak senang," ucap Ryamizard di kantornya, Jakarta, Selasa, 14 November 2017.

Situasi Papua, khususnya Tembagapura, memanas beberapa hari terakhir. Ratusan warga disandera kelompok kriminal bersenjata.

Ryamizard mengaku mengantongi nama orang-orang yang bermain di balik kekacauan itu. Namun, dia enggan mengungkapkannya ke publik.

"Enggak boleh disampaikan di sini dong," jelas Ryamizard.

Dia berharap, tidak ada konflik senjata di Papua. Karena itu, cara persuasif tengah dikedepankan aparat keamanan.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jadi Tameng

Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menyatakan, Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) sengaja membatasi gerak warga di Tembagapura, Papua. Hal itu sebagai cara mereka berlindung dari aparat keamanan.

"Modus yang biasa mereka lakukan, biasanya para pendulang (emas) ini dijadikan tameng. Jadi yang tadi dikatakan penyanderaan itu sebetulnya para pendulang yang kemudian dijadikan tameng," tutur Tito.

Tito menjabarkan, mereka yang disebut pendulang merupakan warga yang kesehariannya mengais limbah emas PT Freeport Indonesia yang mengalir di Kali Kabur. Anggota KKB juga sebagian turut serta mendulang emas, bahkan tidak sedikit memeras warga.

"Sebetulnya tidak banyak kelompok ini, paling 20-25 orang. Senjatanya juga 5-10 pucuk paling banyak. Tapi mereka menggunakan metode hit and run," jelas dia.

Menurut Tito, permasalahan ekonomi menjadi motif utama dari tindakan teror dari KKB. Sementara alasan separatis juga turut melatarbelakangi aksi mereka.

"Memang ini permasalahan sosial dari dulu agar sebaiknya tidak ada lagi pendulangan di situ. Tapi masyarakat ini harus dialihkan, dikanalisasi apa mungkin dipekerjakan," Tito menandaskan.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.