Sukses

3 Perbedaan Ahok dan Anies di Balai Kota Saat Jadi Gubernur

Anies-Sandi resmi berkantor di Balai Kota sejak 16 Oktober 2017.

Liputan6.com, Jakarta - Anies Baswedan dan Sandiaga Uno resmi menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta dan berkantor di Balai Kota sejak 16 Oktober 2017 lalu.

Pasangan ini terpilih untuk memimpin Jakarta lima tahun ke depan menggantikan pasangan Ahok-Djarot yang kalah di Pilkada 2017.

Anies-Sandi memiliki gaya kepimpinan berbeda di banding Ahok-Djarot. Ada sejumlah hal yang biasa dilakukan Ahok-Djarot tak lagi diteruskan Anies-Sandi. Begitu juga ada hal yang tidak dilakukan Ahok-Djarot yang dilakukan Anies-Sandi.

Berikut tiga hal yang berbeda antara Ahok dan Anies saat memimpin Jakarta.

1. Aturan Pengaduan Warga

Di era Ahok, setiap pagi puluhan warga rela mengantre sejak pagi di pendopo Balai Kota untuk mengadu pada Ahok. Kini, warga yang mengadu hanya berjumlah belasan.

Anies-Sandi memang sengaja membuat sistem pengaduan di kelurahan.

Dengan adanya sistem baru, jumlah pengaduan warga menurun bila dibandingkan era Ahok-Djarot.

"Supaya tidak jauh-jauh ke Balai Kota," kata Anies beberapa waktu lalu.

Sandiaga Uno menyatakan, berdasarkan pernyataan petugas yang melayani pengaduan, sebenarnya pengaduan dapat ditangani di setiap kelurahan ataupun kecamatan.

Karena itu, dia berencana akan membuka pelayanan serupa di kelurahan atau kecamatan agar warga tak perlu datang jauh-jauh ke Balai Kota.

"Sehingga sistem berjalan dalam sebuah institusi yang saling melengkapi," ujar Sandi, pada 24 Oktober 2017.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

2. Pola Liputan Media 

Di era Ahok, media dapat wawancara di mana saja dan kapan saja, topik yang ditanyakan pun tidak dibatasi. Kini, wawancara hanya dilayani di sebuah ruangan bernama Balairung dengan waktu-waktu tertentu.

"Supaya lebih rapi," kata Sandi.

Selain itu, gaya irit bicara Anies-Sandi juga diikuti para Kepala Dinas. Terkait hal tersebut, Sandi juga mengakui, memang dirinya meminta para kepala dinas untuk lebih irit bicara terutama mengenai kebijakan. Namun, untuk hal teknis dan data tak ada larangan informasi.

"Kalau kadisnya mohon maaf, saya instruksikan Kadis untuk kebijakan yang lagi dikaji, jangan diumumkan dulu karena nanti malah jadi distorsi. masyarakat nanti menginterpretasikannya lain," ujar Sandi.

Dia mencohkan kasus Tanah Abang. Dia minta pejabar terkait irit bicara sampai punya kebijakan.

"Baru sosialisasi. Jadi kalau sesuatu belum matang jangan disampaikan,’’ ujar Sandiaga.

3. Suara Azan

Di masa Anies, azan berkumandang hingga ruangan kecil di Balai Kota Jakarta. Hal berbeda karena zaman Ahok azan hanya terdengar di Gedung dekat Masjid Fatahilah.

Kepala Bagian Rumah Tangga Biro Umum DKI Jakarta, Rokman Lizar mengatakan hal itu merupakan arahan lisan dari Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno. Kata dia, hal itu sebagai pertanda dan hanya khusus kumandang azan saja.

"Instruksi lisan Pak Wagub, jadi kalau bisa suara azan kedengaran di kompleks Balai Kota. Jadi begitu azan kita salat, begitu saja," kata Rokman 28 Oktober 2017.

Saksikan vidio pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Anies Baswedan menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia ke-29 pernah menjadi rektor termuda se-Indonesia
    Anies Baswedan pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia ke-29 pernah menjadi rektor termuda se-Indonesia

    Anies Baswedan

  • Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, politikus yang kini menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta
    Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, politikus yang kini menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta

    Ahok