Sukses

Menag Klaim Masa Tunggu Haji Indonesia Lebih Baik dari Malaysia

Lukman mengatakan, saat ini masa tunggu ibadah haji Indonesia memang berkisar antara 1 tahun-30 tahun.

Liputan6.com, Jakarta - Masa tunggu masyarakat Indonesia untuk bisa menunaikan ibadah haji mencapai 30 tahun. Namun demikian, masa tunggu ini dinilai jauh lebih baik dibandingkan negara-negara lain di kawasan ASEAN.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, saat ini masa tunggu ibadah haji Indonesia memang berkisar antara 1 tahun-30 tahun. Masa tunggu tersebut berbeda-beda untuk setiap wilayah.

"Waktu tunggu di kita memang berkisar 1 tahun-30 tahun. Masing-masing kabupaten kota berbeda-beda," ujar dia di Kantor BPS, Jakarta, Rabu (1/11/2017).

Namun demikian, lanjut Lukman, masa tunggu ibadah haji di Indonesia saat ini masih jauh lebih baik dibandingkan dengan negara ASEAN lain seperti Malaysia dan Singapura.

Dia menyebut, di Malaysia masa tunggu ibadah haji bisa mencapai 90 tahun.

"Memang kita puluhan tahun, tapi Singapura itu 35 tahun, Malaysia bahkan di atas 80 tahun sampai 90 tahun masa tunggunya. Kita meski panjang, tapi lebih baik," kata dia.

Selain soal masa tunggu, pelayanan dan biaya perjalanan haji di Indonesia juga dinilai lebih baik dan lebih murah dibandingkan negara lain.

"Banyak negara melakukan studi ke kita. Harga tidak ada yang lebih murah dari kita,"‎ tandas dia.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kepuasan Meningkat

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Indeks Kepuasan Jemaah Haji Indonesia 2017. Hasilnya, tingkat kepuasan jemaah haji 2017 mengalami kenaikan dibandingkan 2016.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pada 2017 Indeks Kepuasan Haji mencapai 84,85 persen atau memuaskan. Angka ini lebih tinggi dibandingkan 2016 yang sebesar 83,83 persen, 2015 yang sebesar 82,67 persen dan 2014 sebesar 81,52 persen.

Suhariyanto menjelaskan, yang dinilai dalam survei yang dilakukan BPS antara lain pelayanan bus antar-jemput, pelayanan petugas, pelayanan haji, hotel, katering, tenda, dan lainnya. Survei ini dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada sekitar 18 ribu jemaah secara acak.

"Kita create 12 kuesioner, diisi berdasarkan persepsi mereka. Di sana waktu kita ambil sampel, jadi jemaah haji regu secara random," kata dia.

Menurut Suhariyanto, dari sejumlah indikator yang dinilai, mayoritas mendapatkan persepsi positif dari ‎jemaah. Namun masih ada tiga indikator yang mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu katering Armina, bus Armina, dan tenda.

"Misalnya penurunan pelayanan katering Armina dipengaruhi oleh, pertama layanan snack pada saat bertolak ke Muzdalifah. Kedua, kesesuaian cita rasa makanan dengan masakan Indonesia. Ketiga, ketepatan waktu distribusi makanan dan minuman kepada jemaah haji," Suhariyanto memungkas.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.