Sukses

KBRI Ukraina Resmikan Anjungan Indonesia di Kota Kiev

Tujuan pembangunan anjungan dan taman Indonesia untuk meningkatkan hubungan persahabatan Indonesia dan Ukraina.

Liputan6.com, Jakarta - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Ukraina meresmikan anjungan dan Taman arsitektur tradisional Indonesia (Paviliun Indonesia) di Gryshko National Botanical Garden di Kota Kyiv, Ukraina. Peresmian dilakukan tepat pada hari peringatan Sumpah Pemuda, pada 28 Oktober 2017.

Dubes RI di Kiev, Yuddy Chrisnandi mengatakan tujuan pembangunan anjungan dan Taman Indonesia untuk meningkatkan hubungan persahabatan Indonesia dan Ukraina.

"Paviliun Indonesia bermanfaat untuk promosi budaya dan pengenalan Indonesia kepada masyarakat Ukraina secara permanen. Ia hanya melanjutkan apa yang sudah dirintis Duta Besar sebelumnya," Ucap Yuddy melalui keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Selasa (31/10/2017).

Yuddy mengatakan proyek pembangunan ini merupakan gagasan besar KBRI Kiev yang telah ada sejak 10 tahun lalu. Yuddy pun bertekad merealisasikan pembangunan Paviliun Indonesia di masa kepemimpinannya.

"KBRI Kyiv mendapatkan area 0,5 hektar sebagai lahan anjungan dan Taman Indonesia di Botanical Garden tersebut. Disamping Gryshko National Botanical Garden, tiga tahun lalu juga ditawarkan oleh pengelola sebuah Taman Rekreasi Miniatur Ukraina," kata Yuddy.

Tawaran itu langsung diterima KBRI Kiev, rencana pembangunan di kedua tempat tersebut kemudian dibahas dan berkonsultasi dengan Kementerian Luar Negeri. Setelah mendapatkan informasi, ternyata kendala utamanya adalah pendanaan. Namun, Yuddy meyakini kendala itu dapat teratasi.

"Baik di Botanical Garden maupun di Miniature Park, diberdayakan secara gotong-royong. Alhamdulillah, sambutan masyarakat sangat baik, untuk bersama mewujudkan Paviliun tradisional dan anjungan Indonesia tersebut," ucap politisi Partai Hanura itu.

Dan kini, baik Paviliun Indonesia maupun Anjungan Indonesia di kota Kyiv telah terbangun secara permanen di kota Kiev. Masyarakat Eropa Timur, khususnya warga kota Kiev dapat mengenal Kebudayaan Indonesia.

"Dengan memiliki situs budaya Indonesia di Ukraina orang selalu mengenang dan ingin tahu lebih jauh tentang Indonesia. Kita juga tidak perlu mengeluarkan biaya promosi yang terus menerus," ucap pria asal Jawa Barat itu. 

Selain meresmikan Paviliun Indonesia, KBRI Kiev kata Yuddy juga akan meresmikan Taman Rekreasi Miniatur Ukraina (Ukraine in Miniature Park). Rencananya, peresmian bangunan tersebut akan dilakukan pada 10 November 2017, bertepatan dengan Hari Pahlawan.

"Sedangkan untuk Grand Launching, rencananya akan dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo pada pertengah tahun depan saat rencana kunjungan ke Ukraina," ucap Yuddy.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sentuhan Arsitek Indonesia

Yuddy mengatakan, untuk membangun situs budaya tersebut, selain mengerahkan tenaga kerja lokal di Ukraina, pihaknya juga mendatangkan sejumlah arsitek Indonesia untuk merancang dan membuat beberapa bagian bangunan yang lebih mendetail.

"Sehebat-hebatnya ahli kesenian, bangunan atau patung dari Ukraina, tentu tidak bisa menjiwai seni budaya dari bangsa Indonesia," kata Yuddy.

Yuddy pun mendatangman arsitek bangunan Sunda, Jatnika Nanggamiharja dari Yayasan bambu Indonesia untuk membuat rancangan rumah arsitektur Sunda yang juga menjadi prototype dengan arsitektur Jawa, baik Jawa Tengah, Jawa Timur, Jogjakarta dan beberapa daerah lainnya.

Selain itu, 3 orang seniman juga didatangkan untuk mendesain sekaligus membangun Paviliun tersebut. Ketiga seniman itu, Hikmatullah atau Mang Ujang, Aden Soma alias Mang Aden dan Yudi wahyudi alias Mang Yudi.

"Tim KBRI Kyiv tinggal mengawasi dan memastikan mana yang bisa dikerjakan oleh orang Ukraina dan yang hanya bisa dikerjakan orang Indonesia. Mengingat Ukraina mempunyai musim dingin yang ekstrim, maka waktu pembangunan dibatasi hanya 3 bulan," kata Yuddy.

Yuddy mengungkapkan, alasan didatangkannya para arsitek dan seniman asli Indonesia agar nuansa budaya Nusantara pada tiap bangunan terlihat jelas dan detail.

Perbedaannya harus tampak, baik dari warnanya, atap dan arsitekturnya.

"Jika pengunjung saat ini melihat arsitektur Paviliun Indonesia, mereka akan menyadari bahwa ini pasti bukan bangunan Eropa, ini pasti Asia. Dan ketika pengunjung menyadari itu Indonesia, maka dia akan menemukan pengetahuan budaya tradisional Indonesia," Yuddy Chrisnandi menandaskan. 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.