Sukses

PVMBG Keluarkan VONA Oranye agar Pesawat Jauhi Gunung Agung‎‎

Ditetapkan berstatus awas sejak Jumat 22 September 2017, Gunung Agung masih menunjukkan aktivitas yang tinggi.

Liputan6.com, Karangasem - Gunung Agung masih menunjukkan aktivitas yang tinggi. Belum ada tanda-tanda penurunan aktivitas dari gunung setinggi 3.142 meter di atas permukaan laut (MDPL) itu.

Berdasarkan informasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Gunung Agung kini telah mengeluarkan asap putih dari kawah. Asap tersebut berintensitas tinggi hingga tipis dengan ketinggian 50-200 meter dari kawah Gunung Agung.

Keluarnya asap ini membuat PVMBG mengeluarkan Volcano Observatory Notice for Aviation (VONA) berwarna oranye. VONA tersebut sebagai rekomendasi untuk pesawat-pesawat agar terbang menjauhi area Gunung Agung.

"Ya, kita sudah mengeluarkan rekomendasi soal VONA itu. Berwarna oranye," kata Kepala Bidang Mitigasi Gunung Agung PVMBG,‎ I Gede Suantika‎ di Karangasem, Bali, Minggu (31/9/2017).

Berdasarkan VONA tersebut, asap putih terlihat setinggi 100 meter dari kawah dan mengarah ke barat mengikuti angin. Tidak teramati adanya material vulkanik selain asap tersebut.

Suantika ‎menjelaskan, hingga kini aktivitas Gunung Agung dari sisi kegempaan masih tinggi. Menurutnya, ada perbedaan mendasar antara Gunung Agung dan Gunung Kelud. "Gunung Kelud itu sistemnya terbuka. Dia sering meletus. Tahun 2007 dia meletus, tahun 2014 dia meletus lagi. Dia (Kelud) tujuh tahunan meletus," kata Suantika‎.

Sementara Gunung Agung, terakhir kali meletus pada 1963. Sudah 54 tahun silam Gunung Agung tertidur lelap. "Jadi dia sistemnya tertutup. Bodi Gunung Agung penuh. Pipa magmanya kuat sekali karena sudah membeku," papar Suantika.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bisa Tertidur Lagi

Hingga kini, magma di perut Gunung Agung terus memanas dan mendesak ke permukaan. ‎"Proses pemanasannya kita tidak tahu sampai kapan, tergantung gempanya. Kalau kegempaannya terus, maka dia terus mendesak ke atas," jelas dia.

Suantika tak menampik, usai proses pemanasan magma, Gunung Agung bisa saja tertidur lagi. ‎"Kemungkinan tertidur lagi kalau dia energinya sudah habis, panasnya sudah habis, membeku dia. Tidak jadi meletus. Beberapa tahun kemudian prosesnya dari awal lagi, dipanasin lagi. Apakah ada indikas ke arah pembekuan? Belum, ini kan masih awal sekali," ungkap dia.

Untuk bisa meletus lagi, sambung dia, Gunung Agung butuh tenaga banyak. Sementara, sekarang ini gempa di Gunung Agung sedikit menurun.

"Nah, penurunan ini apa? Apakah ini titik kritis? Kalau titik kritis, tambah sedikit energi saja mendesak sudah jebol, erupsi dia," Suantika memungkas.‎

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Gunung Agung berpotensi meletus, saat ini statusnya meningkat ke Level IV atau tertinggi, menandakan erupsi kemungkinan besar akan terjadi.
    Gunung Agung berpotensi meletus, saat ini statusnya meningkat ke Level IV atau tertinggi, menandakan erupsi kemungkinan besar akan terjadi.

    Gunung Agung Meletus

  • PMVG