Sukses

Menkes: ISPA Mulai Serang Anak-Anak Pengungsi Gunung Agung

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan TNI pun telah membuka posko pengungsian dan prajuritnya telah diperbantukan sebagai tenaga medis.

Liputan6.com, Serang - Warga korban terdampak erupsi Gunung Agung di Bali, mulai terserang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Infeksi itu kebanyakan menyerang anak-anak.

"Penyakit ISPA tinggi, karena tempat tidur mereka terganggu, saya lihat anak-anak sudah mulai terganggu," kata Menteri Kesehatan Nila F Moeloek di Pelabuhan Indah Kiat, Kota Cilegon, Banten, Kamis 28 September 2017.

Bahkan Rumah Sakit (RS) Karangasem mulai memindahkan pasiennya ke tempat yang lebih aman dari paparan abu vulkanik Gunung Agung.

"Rumah sakit di Karangasem tetap siaga, tetapi sudah kita lakukan penggeseran pasien, sudah kita geser ke Klungkung dan Gianyar," terangnya.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan TNI pun telah membuka posko pengungsian dan prajuritnya telah diperbantukan sebagai tenaga medis.

"Kita bersama TNI dan mitra lainnya membuat posko pengungsian. Sampai ke rumah sakit Sanglah, kita siap menerima bantuan," jelas Nila.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pengungsi Hingga 134 Ribu Jiwa

Jumlah pengungsi dari ancaman meletusnya Gunung Agung terus bertambah. Hingga Kamis sore tadi, jumlah pengungsi mencapai 134.229 jiwa di 484 titik pengungsian yang tersebar di sembilan kabupaten/kota di Bali.

Banyaknya jumlah pengungsi ini disebabkan penduduk yang tinggal di luar radius berbahaya pun ikut mengungsi. Sesungguhnya mereka tinggal di tempat yang aman.

"Namun karena sulitnya memahami dan mengetahui batas radius berbahaya di lapangan, menyebabkan masyarakat ikut mengungsi," ucap Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam keterangan tertulis, Kamis (28/9/2017) malam.

Menurut dia, batas radius berbahaya yang ada di peta, tidak tampak di lapangan, sehingga warga sulit mengetahui posisi sebenarnya. Apalagi, ketika itu, kenaikan status Awas ditetapkan malam hari, saat terjadi gempa yang beruntun dan ditambah beredarnya banyak informasi palsu (hoax).

"Sehingga masyarakat yang tinggal di daerah aman pun ikut mengungsi. Ini adalah hal yang manusiawi dan sering ditemukan di tempat lain," katanya.

Sutopo merinci, pengungsi sebanyak 134.229 jiwa tersebut berada di Kabupaten Badung, 15 titik (5.879 jiwa), Kabupaten Bangli, 30 titik (6.158 jiwa), Kabupaten Buleleng, 26 titik (16.901 jiwa), dan Kota Denpasar, 51 titik (11.036 jiwa).

Selain itu, Kabupaten Gianyar, 16 titik (12.084 jiwa), Kabupaten Jembrana, 29 titik (420 jiwa), Kabupaten Karangasem, 122 titik (49.575 jiwa), Kabupaten Klungkung, 173 titik (27.395 jiwa), dan Kabupaten Tabanan, 26 titik (4.851 jiwa).

Sutopo memaparkan pula, aktivitas vulkanik Gunung Agung masih tinggi. Tingginya gempa vulkanik menunjukkan masih berlangsungnya dorongan magma ke permukaan. Pengamatan visual tanda-tanda erupsi belum tampak. "Tidak dapat diprediksi pasti kapan Gunung Agung akan meletus. Status tetap Awas (Level IV)," ujarnya.

Saksikan video di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.