Sukses

Kisah Hibah Senjata China dan Ide Bentuk Angkatan Kelima

Publik tengah dihebohkan dengan kabar beredarnya senjata ilegal. Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang mengungkapnya.

Liputan6.com, Jakarta - Publik tengah dihebohkan dengan kabar beredarnya senjata ilegal. Jumlahnya tak sedikit, 5 ribu senjata api.

Adalah Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo pemicunya. Orang nomor satu di jajaran TNI itu menyatakan, ada oknum di luar instansi militer yang akan mendatangkan ribuan senjata tersebut secara ilegal.

Dalam aksinya, kata Gatot, institusi tersebut bahkan mencatut nama Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Gatot menyebut ada jenderal nakal yang berusaha membantu mendatangkan senjata ilegal tersebut.

Oleh karena itu, pihaknya pun siap melakukan pengawasan. Bahkan TNI siap menumpas aksi tersebut.

Seragam dari para jenderal yang menjadi korban G 30 S / PKI dipajang di Museum Lubang Buaya, Jakarta, Selasa (30/9/2014) (Liputan6.com/Johan Tallo)

"Data intelijen kami akurat," kata Gatot di hadapan para jenderal aktif dan jenderal purnawirawan Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Jumat 22 September 2017.

Aksi keras TNI terhadap masuknya senjata non-militer bukan kali pertama. Sejarah mencatat, TNI (saat itu ABRI) bereaksi keras terhadap rencana pemberian senjata dari China (1965) yang dinilai ilegal.

Cerita bermula dari kunjungan kenegaraan Wakil Perdana Menteri yang juga Menlu RI Subandrio ke Tingkok atau China pada 1963. Subandrio disambut hangat Perdana Menteri Chou En-Lai, Presiden Mao Tse-Tung, dan Menlu Chen Yi. Mereka menawarkan bantuan peralatan militer untuk 40 batalyon tentara. Gratis dan tanpa syarat.  

Subandrio pun menyampaikan tawaran tersebut ke Presiden Sukarno. Tanpa pikir panjang, Presiden pertama RI itu pun menerima dan menyambut baik tawaran tersebut. "Asal bantuan itu tidak mengikat, mengapa tidak diterima?" ujar Subandrio menirukan ucapan Sukarno, seperti dikutip dalam tulisan Subandrio, "Kesaksianku tentang G30S".

China pun lantas menanyakan kapan bantuan tersebut bisa dikirim. Namun, Sukarno rupanya bingung dengan pertanyaan ini. Baru pada awal 1965 Bung Karno mempunyai jawaban. Dia mengusulkan pembentukan Angkatan Kelima. Tujuannya satu, menampung bantuan senjata dari China tersebut.

Jika persenjataan yang dikirim cukup untuk 40 batalyon, maka Angkatan Kelima berkekuatan sekitar itu. Sebab, tujuannya memang untuk memanfaatkan maksimal pemberian senjata gratis RRT.

Bung Karno menyebut ini adalah pasukan istimewa yang berdiri sendiri, tidak terkait dengan angkatan lain.

Humaidi dalam tesisnya (2008) "Politik Militer Angkatan Udara Republik Indonesia Dalam Pemerintahan Sukarno 1962-1966" menyebut, ada dua versi terkait ide pembentukan angkatan kelima.

Pendapat pertama menyebut, yang melontarkan ide ini adalah Ketua Central Comitee (CC) PKI DN Aidit. Pendapat ini berdasar keterangan pada Januari 1965 di mana Aidit mengusulkan ke Presiden agar kaum buruh dan tani dipersenjatai dan diberi latihan militer.

Diorama yang menggambarkan penyiksaan para Jenderal oleh oknum PKI di Monumen Pancasila Sakti, Jakarta, Selasa (29/9/2015). Pemerintah akan mengadakan upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila pada 1 Oktober mendatang. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Rakyat yang disenjatai tersebut akan dijadikan angkatan kelima selain Angkatan Laut, Udara, Darat, dan Polri yang sudah ada.Pendapat kedua, pencetus ide angkatan kelima adalah Presiden Sukarno sendiri.

Panglima Angkatan Udara Omar Dani dalam pembukaan kursus Lemhanas di Istana Negara, 20 Mei 1960 menyatakan, Presiden dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri China Chou En Lai menjelaskan bahwa China punya empat angkatan, yakni darat, laut, udara, dan milisia.

Ide angkatan kelima ditawarkan Sukarno sebagai wadah agar sukarelawan yang dilatih dalam Dwikora dan Trikora bisa dikontrol.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ditolak Militer

Namun, usulan angkatan kelima ditentang keras kalangan tentara.  Menpangad Letjen  A  Yani tegas menolak usulan angkatan kelima.  Para  jenderal  lainnya  mendukung  sikap  Yani. Dalam rapat Sukarno dengan para panglima angkatan, hanya Panglima Angkatan Udara Omar Dani yang menyetujui usulan tersebut.

Sikap  Yani  kemudian  menjadi  pembicaraan  di  kalangan  elite  politik. Sejumlah spekulasi  bermunculan. Bung  Karno  sendiri  tetap  tidak  menjelaskan  rinci  bentuk  angkatan  kelima  tersebut. 

"Saya  sebagai  orang  yang  paling  dekat  dengan  Bung Karno saat itu pun tidak diberitahu," ujar Subandrio.

Menelusuri sejarah lewat 5 novel yang berkisah tentang G30S PKI. | via: youtube.com

Bung  Karno kemudian memanggil  Yani.  Dijadwalkan,  Yani  akan  diterima Presiden  di  Istana  Negara  pada 1  Oktober  1965  pukul  08.00  WIB. Agendanya cuma satu, tentang angkatan kelima.

Yani merasa pemanggilan dirinya adalah untuk pencopotan jabatan. "Saya mungkin akan dicopot dari Menpangad, sebab saya tidak setuju Angkatan Kelima," ujar Yani dikutip Subandrio. Ucapan  Yani  ini  juga  cepat  menyebar. 

Namun  Yani  dibunuh  beberapa  jam  sebelum  ia  menghadap  Presiden  Soekarno.  Jika  diperkirakan  Yani  dibantai  sekitar  pukul  04.00  WIB,  berarti  empat  jam  kemudian mestinya ia menghadap Presiden.

Pertentangan soal angatan kelima itu juga membuat hubungan militer dan Partai Komunis Indonesia memanas. Tentara dan PKI saling curiga dan tidak percaya. Panasnya hubungan dua institusi tersebut mencapai puncaknya dengan munculnya Gerakan 30 September yang diduga didalangi oleh PKI.

Tujuh jenderal jadi korban aksi tersebut. Salah satunya adalah Jenderal Ahmad Yani. Namun, aksi G30S berhasil digagalkan. Kegagalan G30S sekaligus juga menghapus ide pembentukan angkatan kelima. 

Angkatan Darat dengan Supersemar akhirnya membubarkan PKI dan ormas-ormasnya, terutama di antaranya dari Pemuda Rakyat, Gerwani, Barisan Tani Indonesia, dan SOBSI yang dituduh merupakan unsur angkatan kelima.

Penangkapan besar-besaran pun dilakukan. Pemerintahan saat itu, pasca-Supersemar yang dipegang oleh Mayor Jenderal Soeharto, menahan para perwira militer yang dikatakan terlibat dalam Gerakan 30 September dan melatih angkatan kelima.

Saksikan vidio pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.