Sukses

HEADLINE: Asma Dewi, Ibu Rumah Tangga di Pusaran Sindikat Saracen

Perempuan ini terlibat aktif dalam gerakan 212 dan kampanye Pilkada DKI Jakarta lalu. Apa benar dia cuma seorang ibu rumah tangga?

Liputan6.com, Jakarta - Tanpa perlawanan, Asma Dewi diborgol sejumlah polisi yang mendatangi kediamannya di Kompleks Polri di Jalan Ampera Raya, Jakarta Selatan, Jumat 8 September 2017 lalu. Ibu rumah tangga itu tak bisa mengelak ketika petugas menjelaskan dia ditahan atas tuduhan telah menyebarkan ujaran kebencian di media sosial.

Asma dipergoki getol mengumbar hate speech berbau SARA di dua akun Facebook dengan identitas: Asma Dewi dan Asma Dewi Ali Hasjim. Tak cuma itu, setelah diselidiki lebih dalam, ternyata dia diduga kuat terkait komplotan penebar kebencian di dunia maya Saracen.

Penyidik Siber Bareskrim bahkan menemukan aliran dana dari Asma Dewi ke Saracen. Asma pernah mentransfer uang senilai Rp 75 juta kepada anggota Saracen berinisial NS.

Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto membenarkan kabar yang beredar bahwa kakak Asma Dewi adalah anggota Polri aktif.

"Aktif, kakaknya aktif. Kakaknya ada yang polwan dan polisi laki-laki," kata Setyo di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa 12 September.

Kakak Asma Dewi saat ini berdinas di Mabes Polri. Meski demikian, ia enggan mengungkap identitas sang kakak. 

"Ada di Mabes Polri. Kakaknya laki-laki, saya lupa, itu junior saya," Setyo menambahkan.

Menurut penelusuran jurnalis Liputan6.com, nama Asma Dewi tak asing di telinga para alumni 212, aksi demonstrasi besar menolak Ahok-Djarot di kawasan Monas pada 2 Desember 2016. Asma Dewi juga merupakan pengurus Presidium Alumni 212.

Pada hari H pencoblosan Pilkada DKI putaran kedua, namanya juga muncul dalam selebaran undangan Tamasya Al Maidah. Di situ tercantum nomor kontak Asma Dewi sebagai salah satu pihak yang dapat dimintai informasi mengenai gerakan ini.

Tamasya Al Maidah merupakan gerakan alumni 212 yang mengajak warga muslim, baik di luar maupun di Jakarta, agar datang ke TPS-TPS Pilkada DKI untuk turut mengawasi hasil pemungutan suara dan mendukung pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.  

Koordinator Tamasya Al Maidah, Ansufri Idrus Sambo, misalnya, mengaku kenal baik dengan Asma Dewi. Ansufri menegaskan Asma memang salah satu alumni 212.

"Pada waktu kami membentuk gerakan Tamasya Al Maidah dia ikut bantu-bantu, sama dengan yang lainnya," ujar Ansufri kepada Liputan6.com, Selasa.

Namun, Ansufri membantah kabar Asma Dewi pernah menjabat sebagai koordinator atau bendahara. Saat itu, kata Ansufri, Tamasya Al Maidah 51 diketuai oleh dirinya. Adapun posisi sekretaris dijabat Ustadz Hasri Harahap serta Ketua Penasihat Amien Rais.

Tamasya Al Maidah, menurut dia, hanya merupakan gerakan temporer yang dirancang untuk mengawal jalannya Pilkada DKI Jakarta putaran kedua. Anggotanya bersifat terbuka bagi alumni 212 dan siapa saja yang "mau berjuang dan membantu memenangkan gubernur muslim di Jakarta". 

Asma Dewi di dalam ruang tahanan Polri. (facebook)

Saat ditemui Liputan6.com di rumah di mana Aswa Dewi ditangkap, pihak keluarga mengungkapkan dalam kesehariannya perempuan ini hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Asma dikenal aktif di pengajian dan sebuah koperasi yang beranggotakan ibu-ibu.

Adik Asma, Mala, menyatakan kakaknya tidak mungkin memiliki uang sebanyak Rp 75 juta untuk membayar Saracen. Sehari-hari dia hanya mengandalkan penghasilan suaminya yang memiliki lahan pertanian di Gorontalo.

"Sepengetahuan saya, Mbak Dewi tidak punya uang sebanyak itu. Tidak punya usaha apa-apa, hanya mengandalkan dari suami dan keluarga. Suaminya itu sarjana pertanian, punya sawah di Gorontalo, jadi mengembangkan pertanian di tanahnya di Gorontalo," kata Mala saat berbincang dengan Liputan6.com. "Tidak mungkin bisa kirim uang Rp 75 juta. Rumah saja tinggalnya sama orangtua dan saudara-saudaranya di sini."

Dalam pengamatan jurnalis Liputan6.com, rumah keluarga yang ditempati Asma Dewi bersama anak-anaknya cukup besar. Dua mobil terparkir di garasi, yakni Honda CRV dan Toyota Innova.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tim Sukses Anies-Sandi?

Dalam laman Facebook-nya, Asma Dewi kerap mengunggah foto-foto dirinya bersama para politikus. Salah satunya, ada foto dia sedang berpose bersama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Foto lainnya, dia berfoto bersama Wakil Gubernur DKI terpilih Sandiaga Uno.

Apakah Asma Dewi merupakan bagian dari tim sukses Anies-Sandi?

Ketua Tim Sukses Anies-Sandi, Mardani Ali Sera, mengatakan Asma Dewi memang kerap mengikuti kampanye pasangan nomor urut 3 saat Pilkada DKI 2017 lalu. Namun, ia menegaskan nama Asma tidak tercantum dalam struktur tim sukses Anies-Sandi.

"Dia memang beberapa kali ikut kampanye. Tapi kami pastikan dia bukan bagian dari anggota Timses," demikian dijelaskan Wakil Sekjen PKS itu.

Asma Dewi bersama Prabowo Subianto. (facebook.com/Asma Dewi)

Hal senada ditegaskan Sandiaga Uno. Ia menyatakan, Asma Dewi bukanlah anggota tim kampanyenya. "Saya sebagai orang yang memegang daftar anggota tim kampanye, nama tersebut tidak menjadi bagian dari tim kampanye."

Sandiaga menegaskan kasus ujaran kebencian yang melibatkan Asma Dewi dan Sindikat Saracen akan dijadikan bahan evaluasi pihaknya. "Ini masalah hukum. Tentunya kita harus memastikan tidak ada lagi ujaran kebencian, khususnya di wilayah Jakarta," kata Sandi.

Asma Dewi bersama Sandiaga Uno. (facebook.com/Asma Dewi)

 

3 dari 3 halaman

Asma Dewi Menjawab

Pengacara Asma Dewi, Djuju Purwanto, membantah kliennya punya kaitan apa pun dengan komplotan Saracen. Ia juga menyanggah Asma pernah mentransfer dana Rp 75 juta ke Saracen.

"Kami tidak tahu, ini informasi dari mana?" kata Djudju kepada Liputan6.com, Selasa, 12 September. "Dari keterangan dia (Asma Dewi), hal itu sama sekali tidak benar. Dalam pemeriksaan awal, tidak pernah ditanyakan seperti itu."

Djudju menyesalkan berkembang tudingan Asma terlibat Saracen, apalagi sampai mentransfer sejumlah uang ke sindikat tersebut. Sejak awal penahanan, kliennya hanya dikenai tuduhan terkait ujaran kebencian.

"Kalau memang dikaitkan dengan ujaran kebencian, ya silakan polisi selidiki ujaran kebenciannya saja. Jangan melebar ke Saracen yang belum tentu terbukti. Apalagi transfer duit belum terbukti. Klien kami tidak ada transfer-transfer."

Djudju menyatakan akan mengajukan penangguhan penahanan. "Sebab, ini sangat subjektif," kata dia lagi.

Tak cuma itu, tidak tertutup kemungkinan Asma Dewi akan mengajukan gugatan praperadilan. Pasalnya, dia menganggap penangkapan kliennya tidak sesuai prosedur. "Kami akan lihat prosedur penangkapan. Kami bisa ke praperadilan. Banyak pelanggaran ini," Djudju menandaskan.

Kronologi Penangkapan Asma Dewi

Kasubdit II Dit Siber Bareskrim Polri, Kombes Irwan Anwar, mengungkap kronologi penangkapan Asma Dewi.

Penangkapan dan penggeledahan dilakukan pada Jumat, 8 September 2017 sekitar pukul 10.00 WIB. "Berdasarkan LP No. LP/904/IX/2017/Bareskrim tertanggal 6 September 2017 telah dilakukan penangkapan atas nama Asma Dewi, umur 52 tahun, lahir di Banda Aceh, agama Islam... pekerjaan ibu rumah tangga," Irwan menerangkan.

Awalnya, polisi mendapati penyebaran ujaran kebencian oleh Asma Dewi melalui post di sebuah akun Facebook atas nama Asma Dewi Ali Hasjim. Setidaknya, ada empat post yang dijadikan polisi sebagai bukti permulaan ujaran kebencian berbau SARA yang dilakukan Asma Dewi.

Salah satunya adalah post di akun Facebook atas nama Asma Dewi pada 22 Juli 2016. Dia menulis: "Beredar Pesan Untuk TKI Agar Hati-Hati Bawa Tas Jangan Sampai Terbuka, Karena China Akan Hancurkan Indonesia Lewat TKI."

Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto menambahkan, pihaknya tengah bekerja sama dengan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) untuk menindaklanjuti aliran dana dari Asma Dewi ke komplotan Saracen. Polisi belum bisa membeberkan lebih jauh apakah dana Rp 75 juta yang dikirim Asma Dewi itu terkait dengan dana pemenangan salah satu calon di Pilkada DKI 2017.

"Untuk hal itu masih didalami, dana ke Saracen ini untuk apa. Dia (Asma Dewi) posting isu SARA di akun dia sendiri di Facebook dan juga ada kerja sama dengan Saracen," kata Setyo.

Polisi sedang memburu NS, orang yang menerima dana dari Asma Dewi. "NS adalah anggota inti Saracen. NS bayar ke D, dalam mutasi disebut untuk bayar Saracen. Kemudian, D transfer ke R, dia adalah bendahara Saracen," Setyo menjelaskan. (kd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.