Sukses

Begini Tawar-Menawar Vonis Kasus Korupsi Hakim Tipikor Bengkulu

Untuk vonis ringan, pihak Wilson diduga menggelontorkan uang sebesar Rp 125 juta.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rahardjo menyebut ada tawar-menawar harga antara Hakim Pengadilan Negeri Tindak Pidana Korupsi (PN Tipikor) Bengkulu Dewi Suryana dengan pihak keluarga terdakwa kasus korupsi Wilson. Agus menyebut, jika menambahkan uang dari kesepakatan awal, maka vonis hakim akan terus berkurang masa kurungannya.

"Memang kelihatannya negosiasi lebih ketat. Ada informasi permintaannya begini, permintaan diputus satu tahun saja. Tapi ada permintaan tambahan, ditambah Rp 50 juta lagi. Tapi dari pihak keluarga enggak nambah," tutur Agus di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (7/9/2017).

Wilson sendiri merupakan terdakwa perkara korupsi kegiatan rutin pada Dinas Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kota Bengkulu Tahun 2013. Dia dituntut satu tahun enam bulan penjara dan denda Rp 50 juta.

Sementara, majelis hakim PN Tipikor Bengkulu akhirnya menjatuhkan vonis satu tahun tiga bulan penjara dan denda Rp 50 juta. Untuk vonis ringan itu, pihak Wilson diduga menggelontorkan uang sebesar Rp 125 juta.

"Sehingga putusannya satu tahun tiga bulan itu. Apa gara-gara tadi tidak menuruti kenaikan harga. Ini semua masih dikembangkan, diperdalam," ucap dia.

Ditetapkan Tersangka

Hakim Dewi Suryana telah ditetapkan tersangka oleh KPK bersama Panitera Pengganti Hendra Kurniawan. Kemudian satu lagi dari pihak swasta, yakni Syuhadatul Islamy, yang juga merupakan keluarga dari Wilson.

Dari tangan Dewi, KPK menyita uang Rp 40 juta. Sementara di rumah pensiunan Panitera Pengganti PN Bengkulu Dahniar, disita uang tunai Rp 75 juta yang diduga bagian dari suap. Jika ditotal, KPK baru mengamankan Rp 115 juta dari kesepakatan suap Rp 125 juta.

"Ini terkait hilangnya juga masih diteliti. Karena yang satu merasa memberikannya dalam kantong Rp 50 juta, yang satu menerima kok Rp 40 juta. Jadi itu, tercecer Rp 10 juta diteliti lebih jauh," Agus menandaskan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini