Sukses

Forum Rektor Desak Pengadilan Internasional Atasi Krisis Rohingya

Krisis etnis Rohingya di Rakhine, Myanmar, mengusik kalangan akademisi. Forum Rektor Indonesia mengeluarkan pernyataan keras.

Liputan6.com, Jakarta - Forum Rektor Indonesia (FRI) mendesak Komisi Hak Asasi Manusia PBB menginvestigasi pelanggaran HAM di Myanmar. Ketua FRI Suyatno juga meminta pengadilan internasional  bertindak tegas atas aksi pembantaian muslim Rohingya yang dilakukan militer Myanmar.

"Komisi HAM PBB perlu melakukan pengadilan internasional terhadap pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi atas tindakan militernya tersebut, karena ini jelas bertentangan dengan kemanusiaan," kata Suyatno seperti dilansir dari Antara, Senin (4/9/2017).

Ia mengatakan, tindakan pemerintah Myanmar bertentangan dengan HAM dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. FRI mengutuk keras militer Myanmar dan meminta Pemerintah Myanmar menghentikan genosida terhadap etnis Rohingya.

"Tindakan militer Myanmar mengusir dan membunuh Etnis Rohingya secara keji yang berlanjut hingga kini, dan tetap didiamkan oleh pemerintah Myanmar merupakan upaya genosida etnis Rohingya," ujar Rektor Universitas Muhammadiyah (Uhamka) Prof Dr Hamka Jakarta itu.

FRI juga mendesak penghargaan Nobel Perdamaian yang diberikan kepada Aung San Suu Kyi dicabut. Suyatno beralasan, Suu Kyi tidak berniat dan berupaya menciptakan perdamaian di Myanmar.

FRI meminta Pemerintah Myanmar, negara-negara ASEAN dan PBB melindungi Etnis Rohingya. Suyatno mendesak Negara-Negara anggota ASEAN untuk bertindak tegas terhadap Myanmar.

Salah satu opsinya dengan mengeluarkan keanggotaan Myanmar jika terus melakukan upaya genosida Etnis Rohingya. FRI juga mendesak Pemerintah RI untuk mengevaluasi semua bentuk kerja sama dengan pemerintah Myanmar.

 

Saksikan Video Menarik Di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Aksi Nyata

Presiden Joko Widodo atau Jokowi pun telah memberikan pernyataan resmi menyikapi krisis kemanusiaan di Rakhine, Myanmar. Ia menyesalkan aksi kekeraan pada etnis Rohingya di Rakhine, Myanmar. Ia mengatakan, perlu tindakan nyata untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang dialami etnis muslim itu.

"Perlu sebuah aksi nyata, bukan hanya pernyataan kecaman-kecaman. Dan pemerintah berkomitmen terus untuk membantu mengatasi krisis kemanusiaan, bersinergi dengan kekuatan masyarakat sipil di Indonesia dan juga masyarakat internasional," kata dia dalam pernyatan pers di Istana Negara, Minggu malam (3 September 2017).

Jokowi menugaskan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menjalin komunikasi intensif dengan berbagai pihak. Di antaranya, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan Komisi Penasihat Khusus Untuk Rakhine State Kofi Annan.

Sore ini, Menteri Luar Negeri berangkat ke Myanmar. Kepergian Retno mendesak pemerintah Myanmar agar menghentikan dan mencegah kekerasan, serta memberikan akses bantuan kemanusiaan.

"Penanganan kemanusiaan aspek konflik tersebut, pemerintah telah mengirim bantuan makanan dan obat-obatan. Ini di bulan Januari dan Februari sebanyak 10 kontainer," kata Jokowi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.