Sukses

Cak Imin: Islam dan Politik Tak Bisa Dipertentangkan

Muhaimin Iskandar atau Cak Imin memberikan ceramah di Universitas Diponegoro. Ia menyampaikan pesan-pesan kebangsaan.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar memberikan ceramah di Universitas Diponegoro, Semarang. Cak Imin mengupas topik relasi Islam dan Politik.

Belakangan, Islam dan politik coba dipertentangkan. Padahal, keduanya merupakan bagian yang integral dan saling berhubungan.

"Sejak kelahirannya, gerakan Islam merupakan entitas yang menjadi bagian dari kekuasaan politik ataupun dianggap sebagai ancaman bagi kekuasaan yang telah ada.  Kompromi, persuasi, koalisi, oposisi, konsensus bahkan perang, merupakan bagian integral dalam perkembangan Islam,” kata Cak Imin melalui keterangan pers, Rabu (30/8/2017).

Dalam pidato berjudul "Membumikan Pancasila dan Islam Rahmatan Lil ‘Alamin Dalam Sistem dan Lanskap Politik Nasional dan Daerah", Cak Imin coba mengupas hubungan erat antara Islam dan politik.

Cak Imin mengemukakan beberapa analisis terhadap sejumlah persoalan faktual yang sedang dialami oleh bangsa indonesia.

"Islam politik jangan dimaknai sebagai hal yang negatif. Islam politik sama sekali tidak identik dengan fundamentalisme," imbuh dia.

Untuk menjawab segala tantangan itu, konsep Islam Rahmatan Lil Alamain bisa menjadi solusi. Sedikitnya ada dua hal prinsip yang terkandung pada prinsip ini, yakni kemanusiaan dan keadilan.

 

Saksikan Video Menarik Di Bawah Ini:

 

Islam dan Kebangsaan

 

Kemanusiaan dapat diartikan sebagai belas kasih dan solidaritas kepada siapa pun. Hal itu dilakukan tanpa memandang latar belakang agama, sosial, budaya, dan pandangan politik.

"Sementara keadilan bermakna penegakan hukum yang dilaksanakan dengan seadil-adilnya dan pemenuhan hak-hak mendasar rakyat sesuai konstitusi," tutur Cak Imin.

Konsep ini sekaligus menegaskan tak boleh lagi ada dikotomi antara Pancasila dan Islam. Prinsip keadilan dan kemanusiaan juga terkandung Pancasila.

"Orang-orang yang mendikotomikan Islam dengan Kebangsaan adalah kaum tuna sejarah. Mereka pura-pura lupa bahwa perjuangan kemerdekaan di banyak negara Asia Afrika, bahkan negaranya sendiri, adalah kolaborasi solid antara cinta pada Islam dan cinta pada tanah air," ucap Cak Imin.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.