Sukses

Mendikbud Muhadjir Sambangi Konferensi Wali Gereja Indonesia

Muhadjir mengatakan, Katolik melalui KWI dan lembaga pendidikannya, memiliki kontribusi besar dalam penyelenggaraan pendidikan.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy melakukan pertemuan dengan Uskup Agung Jakarta sekaligus Ketua Konferensi Wali Gereja (KWI) se-Indonesia, Mgr Ignasius Suharyo, dan didampingi 10 Uskup dari seluruh Indonesia. Pertemuan ini berlangsung secara tertutup.

Usai pertemuan, Muhadjir mengungkapkan, Kemdikbud ingin meminta saran dari KWI mengenai pendidikan dan kebudayaan dari sekolah-sekolah Katolik.

"Di KWI silaturahmi, audiensi dan tukar info, serta mohon saran, antara Uskup, Romo, terutama berkaitan pendidikan dan kebudayaan," ujar Muhadjir di Kantor KWI, Jakarta Pusat, Jumat (25/8/2017).

Dia mengatakan, Katolik melalui KWI dan lembaga pendidikannya, memiliki kontribusi besar dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Mereka memiliki pengalaman dan tradisi pendidikan yang cukup lama dan sangat kuat, untuk modal membenahi pendidikan di Indonesia.

Dia menjelaskan, sekolah Katolik sudah ada di Indonesia, bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka. Sehingga, sekolah-sekolah Katolik tersebut pasti memiliki tradisi dan kebiasaan-kebiasaan sehingga kemudian bisa dicontoh oleh yang lain.

"Misalnya boarding school, jelas berbasis nilai dan karakter, terlihat pengasuh para Romo dan guru selalu bersama siswa. Dasar nilai keagamaan di pendidikan Katolik sebagai contoh yang bisa dikembangkan penguatan karakter," kata Muhadjir.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pendidikan Karakter Anak

Muhadjir menjelaskan, pendidikan karakter anak bisa dimulai dengan sekolah yang bersih. Bersih dalam arti pendidikan antikorupsi sejak dini.

"Pembentukan sikap moral merupakan pendidikan nilai melalui pendidikan karakter yang salah satunya adalah integritas. Memulai sekolah sebagai sumber peradaban yang bersih, tidak mudah," ucap dia.

Kalau sekolah bersih, maka yang akan mengalir ke masyarakat juga menjadi bersih. Sedangkan kalau tercemar, maka jangan berharap masyarakatnya akan bersih.

"Salah satu alasan kenapa berkunjung ke KWI, saya harus jujur, sekolah kita belum bersih amat, dalam penyelenggaraan. Ada kasus yang menunjukkan kurang bersih, kita harus menangani serius," kata dia.

Muhadjir mengatakan, masih ada perbaikan yang perlu dilakukan dalam dunia pendidikan. Kecurangan dalam ujian, jual beli bangku, sistem penerimaan tertutup, hingga guru yang melanggar kode etik harus diperangi, walaupun akan selalu ada.

"Tapi harus dilawan keras, dalam konteks pendidikan antikorupsi jangan harap ada pencanangan besar-besaran lalu antikorupsi, melalui pendidikan karakter kita tanamkan kejujuran," jelas Muhadjir.

 

Saksikan video di bawah ini:

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.