Sukses

Hindari Kejahatan, Jemaah Haji Indonesia Diminta Selalu Waspada

Personel Linjam di setiap sektor diminta waspada dengan orang-orang tidak dikenal yang masuk ke hotel jemaah calon haji.

Liputan6.com, Mekah - Sejumlah peristiwa yang merugikan jemaah calon haji Indonesia mulai bermunculan di Mekah, Arab Saudi. Mulai dari tindak kriminal sampai kasus penipuan terkait jasa dorong kursi roda.

Oleh karena itu, Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) meminta jemaah selalu waspada dan berkoordinasi dengan petugas mengenai kendala yang dihadapi.

Berdasarkan data-data yang masuk melalui Kasie Perlindungan Jemaah (Linjam) PPIH Daerah Kerja Mekah Letkol Rijal Kani, setidaknya ada dua kasus pencopetan dan lima kasus penipuan terkait jasa dorong kursi roda. Pelaku adalah mukimin yang tidak bertanggungjawab dan mencari keuntungan dari jemaah.

Untuk itu, guna memberi keamanan dan kenyaman, Rijal Kani telah meminta kepada seluruh personel Linjam di setiap sektor untuk waspada dengan orang-orang tidak dikenal yang masuk ke hotel.

"Sudah banyak yang kita tangkap, dari sektor 2, 5, 6 dan 8. Mereka ini mukimin, yang menawarkan jasa dorong kursi roda. Sudah kita data semua, yang memiliki surat resmi (iqomah) kita beri peringatan dan yang tidak berizin akan kita serahkan kepada pihak keamanan di Arab Saudi," kata Rijal di Mekah, Rabu (9/8/2017).

Rijal menegaskan, kejadian ini tidak bisa dibiarkan. Untuk itu, dibutuhkan koordinasi dengan petugas, agar mereka yang memiliki niat baik membantu meski mendapat bayar tetap harus didata.

"Kementerian haji Arab Saudi sebenarnya sudah siapkan petugas jasa dorong bagi jemaah lansia untuk tawaf dan sai. Harganya saat ini mencapai 250 real," ucap dia.

Layanan mobil golf untuk jemaah haji lanjut usia atau lansia. (Liputan6.com/Taufiqurrohman)

Jemaah Jangan Mudah Percaya

Pelaksana Linjam Mayor Reza Fajar Lesmana menambahkan, penertiban terhadap oknum mukimin di pemondokan jemaah akan terus dilakukan. Perlindungan demi memberi rasa aman kepada jemaah harus diutamakan.

"Kita akan pantau terus keberadaan mereka di pemondokan jemaah. Karena itu jemaah, jangan mudah percaya sebelum berkoordinasi dengan petugas," kata Reza.

Reza menceritakan, sebelumnya ada jemaah yang mengeluarkan uang sampai 1.000 real dan Rp1,8 juta sebagai jasa dorong untuk tawaf dan sai. Meski oknum ini menyelesaikan tugasnya, harga yang diambil sangat tidak wajar.

"Kami mengimbau agar jemaah selalu berkoordinasi dan jangan mudah percaya begitu saja," imbau Reza.

 

Saksikan video di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.