Sukses

Harga Garam Mahal, Perajin Ikan Asin Terpaksa Kurangi Produksi

Melonjaknya harga garam dari Rp 50 ribu menjadi Rp 200 ribu per karung.

Liputan6.com, Jakarta - Perajin ikan asin di Muara Angke, Jakarta Utara, menjerit. Melonjaknya harga garam dari Rp 50 ribu menjadi Rp 200 ribu per karung, membuat mereka harus memutar otak supaya bisa tetap berproduksi.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Senin (31/7/2017), mau tidak mau para perajin mengurangi penggunaan garam. Untuk mengakali mahalnya garam, air garam terpaksa dipakai 2 kali untuk memproduksi ikan asin. Sementara produksi ikan asin pun berkurang drastis.

Usaha pengeringan ikan di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, juga terpuruk. Untuk tetap bertahan, sejumlah pengusaha ikan kering terpaksa mengurani produksi mereka hingga 70 persen. Pedagang lainnya terpaksa mengurangi porsi garam, meski berdampak pada kualitas produksi ikan kering mereka.

Langkanya garam terjadi akibat gagal panen garam. Di Desa Sedayu Lawa, Kecamatan Brondong, Lamongan, Jawa Timur, tampak pertanian garam terbengkalai, dampak dari cuaca buruk yang membuat gagal panen garam.

Meski demikian, tak semua petani gagal membuat garam. Aripin misalnya, ia membuat garam menggunakan prisma tertutup. Untuk setiap petaknya, bisa dihasilkan garam 40 hingga 50 kilogram setiap kali panen, dengan jarak waktu 1 minggu.

Metode dengan prisma ini lebih efektif dibandingkan dengan lahan terbuka, yang hanya bisa menghasilkan 20 kilogram hingga 3 kilogram garam.