Sukses

Mengintip Kehidupan Palangka Raya, Calon Ibu Kota Negara

Ada sejumlah spot atau tempat menarik yang perlu didatangi saat berkunjung ke Kota Palangka Raya.

Liputan6.com, Jakarta - Cuaca hangat menyambut kedatangan kami di Bandara Tjilik Riwut, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, pagi itu. 

Suasana bandara seketika sepi setelah satu per satu penumpang pesawat pergi meninggalkan lokasi. Belum ada lagi pesawat yang mendarat di bandara itu hingga kami memutuskan pergi meninggalkan lokasi satu jam kemudian.

Kami lantas menuju ke tempat penginapan di kawasan Jalan RTA Milono, Kecamatan Pahandut, Kota Palangka Raya. Hanya berjarak sekitar 7 kilometer dari bandara.

Sepi. Lagi-lagi kata itu yang terbesit selama melintasi rute menuju penginapan. Hanya ada beberapa kendaraan yang tidak terlalu sulit dihitung jumlahnya saat berpapasan.

Kota Palangka Raya relatif sepi jika dibandingkan dengan daerah-daerah di Pulau Jawa dan Sumatera. Meski begitu, pembangunan infrastrukturnya tak mau ketinggalan dengan daerah-daerah maju lainnya. Bahkan nyaris tak ditemukan jalan rusak dan berlubang. Semua jalanan beraspal mulus.

Nama Palangka Raya belum lama ini kembali disorot publik seiring bergulirnya wacana pemindahan ibu kota negara. 

Palangka Raya menjadi satu dari beberapa daerah yang tengah dikaji sebagai lokasi pemindahan Ibu Kota negara dari Jakarta.

Tugu Sukarno di Palangka Raya (Liputan6.com/ Nafiysul Qodar)

Kota Pegawai

Kota yang baru genap berusia 60 tahun ini berpenduduk sekitar 376 ribu jiwa. Penduduk asli Kota Palangka Raya adalah Suku Dayak Ngaju. Namun tak sedikit penduduk Kota Palangka Raya merupakan pendatang yang berasal dari beragam suku, seperti Banjar, Jawa, Sunda, Madura, Batak, dan Bali.

Palangka Raya merupakan kota terluas di Indonesia. Memiliki luas wilayah mencapai 2.400 kilometer persegi atau setara 3,6 kali luas Jakarta. Namun hampir tak ada penduduknya yang menggantungkan hidup dengan bercocok tanam atau nelayan. Mayoritas penduduk Palangka Raya bekerja sebagai pegawai.

"Umumnya di Kota Palangka Raya itu beraktivitas sebagai PNS, pegawai swasta, buruh harian, ada juga yang di pertambangan, ada yang bekerja di daerah lain tapi tinggalnya di sini," ujar Mambang Tubil, Ketua Harian Dewan Adat Dayak Palangka Raya saat berbincang dengan Liputan6.com, Jumat 21 Juli 2017.

Maka tak heran jika suasana di sebagian Kota Palangka Raya terlihat relatif sepi. Keramaian hanya terlihat di kawasan jantung kota, atau sekitar Jalan Imam Bonjol, Jalan Tjilik Riwut, dan Jalan A Yani.

Namun demikian, Anda tak perlu khawatir mati gaya saat berkunjung ke Palangka Raya. Sebab, minimarket, kafe, dan restoran cepat saji mulai menjamur di kota yang lahir pada 17 Juli 1957 ini. Beragam kuliner Nusantara juga tak sulit ditemukan.

Pertumbuhan yang cukup pesat ini tak lepas dari peran Bung Karno, sebagai peletak batu pertama pembangunan Kota Palangka Raya. Saat itu pula, Presiden pertama RI tersebut memiliki cita-cita menjadikan Palangka Raya sebagai ibu kota negara di masa mendatang.

"Kalau orang tahu sejarah Palangka Raya, dari hutan belantara menjadi kota," kata Mambang.

 

Saksikan video di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Spot Menarik

Ada sejumlah spot atau tempat menarik yang perlu Anda datangi saat berkunjung ke Kota Palangka Raya. Salah satunya yakni Jembatan Kahayan.

Jembatan besi yang membelah Sungai Kahayan di Kota Palangka Raya ini memiliki panjang 640 meter dan lebar 90 meter. Jembatan yang dibangun pada 1995 itu merupakan salah satu ikon Kota Palangka Raya.

Spot kedua, adalah Tugu Bung Karno. Lokasinya persis berada di tepi Sungai Kahayan dan hanya berjarak beberapa ratus meter dari Jembatan Kahayan. Tugu Bung Karno juga berada di seberang Gedung DPRD Provinsi Kalimantan Tengah.

Tempat itu merupakan cikal bakal berdirinya Kota Palangka Raya. Di situ lah Bung Karno meletakkan batu pertama yang menandai lahirnya Ibu Kota Kalimantan Tengah ini. 

Dermaga Kereng Bangkirai di Palangka Raya (Liputan6.com/ Nafiysul Qodar)

Museum Balanga menjadi salah satu tempat yang perlu dikunjungi untuk mengetahui sejarah Kota Palangka Raya. Museum ini berada di Jalan Tjilik Riwut atau hanya berjarak sekitar 2,5 kilometer dari Bundaran Besar. Museum Balanga buka tiap hari Senin-Sabtu.

Spot lain yang perlu dikunjungi adalah Dermaga Kereng Bangkirai. Berada di Kecamatan Sabangau, dermaga ini menyajikan nuansa pantai. Padahal Kota Palangka Raya jauh dari laut.

Palangka Raya juga memiliki tempat wisata air berukuran besar. Namanya Kalawa Waterpark. Sejumlah wahana air tersedia di tempat ini. Lokasinya berada di Bukit Tunggal, Jekan Raya, Kota Palangka Raya.

 

3 dari 3 halaman

Transportasi umum

Transportasi umum menjadi salah satu kelemahan Kota Palangka Raya. Jumlahnya angkutan perkotaan atau angkot kian merosot seiring meningkatnya kendaraan pribadi, baik roda dua maupun roda empat. Ditambah lagi banyaknya angkutan yang tak laik jalan.

Dibandingkan dengan daerah-daerah di Jawa dan Sumatera, angkot di Kota Palangka Raya terbilang sangat sedikit jumlahnya. Jadwal operasinya pun tak menentu.

"Kalau pas ramai ya ada yang sampai jam 7 malam. Tapi kalau sepi penumpang, bisa cuma operasi sampai jam 5 sore," ucap Budi, warga pendatang yang telah menetap selama 10 tahun.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, jumlah angkot di Kota Palangka Raya tersisa sekitar 200 unit. Sekilas, orang akan kebingungan mengetahui trayek angkot di Palangka Raya. Apalagi warnanya seragam, oranye.

Bagi sebagian masyarakat Palangka Raya, keberadaan angkot masih sangat dibutuhkan. Terutama bagi kalangan pelajar dan sebagaian pegawai. Apalagi wisatawan yang tidak menggunakan jasa travel.

Gedung DPRD Pemprov Kalimantan Tengah (Liputan6.com/ Nafiysul Qodar)

Setidaknya ada tujuh trayek yang diakomodir angkot berwarna oranye itu. Agar tak salah naik, Anda harus memperhatikan kode abjad pada angkot tersebut.

Terdapat kode abjad A-H, berdasarkan trayeknya. Angkot dengan kode A mengantarkan penumpang dari Terminal Mihing Manasa menuju Jalan Tjilik Riwut KM 8. Dilanjutkan angkot kode B yang mengantarkan penumpang hingga Jalan Rajawali Ujung.

Angkot kode C mengangkut penumpang dari terminal menuju simpang tiga Jalan Galaxy. Perjalanan bisa dilanjutkan dengan angkot kode D hingga kawasan Bukit Hindu. Kemudian sepanjang jalan RTA Milono terdapat angkot kode E yang siap mengantar.

Di Jalan G Obos, Anda dapat menggunakan angkot dengan kode huruf F. Sementara angkot dengan kode G tidak ada. Angkot terakhir adalah kode H yang melayani trayek Darmosugondo - Babusalam.

Namun Anda tak perlu khawatir jika tidak menemukan angkot di Palangka Raya. Ada beberapa taksi yang siap mengantarkan Anda kapan saja. Mereka bisa dipesan melalui sambungan telepon yang nomornya dapat dicari di internet.

"Angkot emang agak susah mas di sini, apalagi kalau malam. Tapi saya bisa ditelpon kok," ucap Edi, salah satu sopir taksi di Kota Palangka Raya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.