Sukses

Djarot: Kalau Jadi Bungker Radikalisme, Telegram Harus Diblokir

Djarot sangat mendukung pemblokiran Telegram.

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengetahui adanya ancaman pembunuhan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok pada Desember 2015 lewat Telegram.

"Saya tidak main Telegram, tapi saya dapat info seperti itu. Makanya Telegram dapat sanksi diblokir Kominfo," ucap Djarot di Hotel Pullman, Jakarta Pusat, Rabu (19/7/2017).

Djarot sangat mendukung pemblokiran Telegram. Sebab, kata dia, selain adanya ancaman kepada Ahok, terdapat pula pembicaraan akan radikalisme.

"Kalau memang jadi bungker untuk diskusi radikalisme, tentang Islam yang mengaitkan ISIS harus diblokir," ujar dia.

Karena hal itu, mantan Wali Kota Blitar itu menyarankan kepada mereka untuk belajar agama Islam di tempat semestinya, seperti di pondok pesantren. "Kalau mau belajar di sekolah Islam, Universitas Islam, tidak di media seperti itu," kata dia.

Menurut data yang sudah didapat, sejak 2015-2017 teroris sudah menggunakan Telegram sebagai sarana untuk berkomunikasi.

"Data kasus terorisme yang terjadi sejak 2015-2017, seluruh pelaku menggunakan Telegram untuk berkomunikasi. Hanya dua kasus yang tidak (pakai Telegram)," ujar Dirjen Aplikasi Informatika Kemkominfo Semuel A Pangerapan di kantor Kemenkominfo, di Jakarta, Senin 17 Juli 2017 malam.

 

Saksikan video menarik di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.