Sukses

Kisah Asmara Berujung Order Fiktif Gojek

Arti membantah menjadi dalang teror order fiktif Gojek. Ia menyebut semua komunikasi sudah diblokir Julianto dan Dafi.

Liputan6.com, Jakarta - Sabtu, 8 Juli 2017, dari sore hingga malam, rumah di bilangan Pisangan Baru Utara, Matraman, Jakarta Timur masih sepi. Di tempat itulah, Julianto Sudrajat alias Jajat tinggal. 

Menurut tetangga di sampingnya, rumah itu sepi sejak siang. Jajat sempat terlihat pergi meninggalkan kediamannya.

"Pagi tadi masih ada. Tapi kayaknya tadi pergi dari siang. Emang banyak yang cari Jajat," ucap tetangga Jajat, Sabtu, 8 Juli 2017.

Pegawai bank di kawasan Matraman, Jakarta Timur, itu mendadak diburu wartawan. Pengakuannya yang menjadi korban dari order jasa antar makanan berbasis aplikasi online Gojek menjadi viral.

Puluhan makanan tidak bertuan datang padanya. Ada sejumlah pesanan makanan via Gofood yang datang dialamatkan padanya tanpa tahu siapa pengirim dan tanpa persetujuan.

Hasilnya, ia mengalami kerugian finansial. Kondisi yang kurang lebih sama juga menimpa pihak Gojek.

Jajat bahkan telah melakukan klarifikasi terkait hal tersebut sekaligus meminta maaf. Ternyata Jajat tidak sendiri. Ada petugas Penanganan Sarana dan Prasarana Umum (PPSU) juga mengalami kondisi yang sama.

Salah satu anggota pasukan oranye itu bernama Ahmad Maulana. Ia bahkan melaporkan kasus ini ke Polsek Tanah Abang. Namun, Kanit Reskrim Polsek Metro Tanah Abang Kompol Mustakim mengaku belum menerima laporan itu.

"Belum ada. Belum ada laporan (order fiktif gojek) yang masuk ke kantor," ucap Mustakim kepada Liputan6.com, Sabtu, 8 Juli 2017.

 

Saksikan video di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dendam Asmara?

Kapolres Metro Jakarta Timur Andry Wibowo membenarkan Julianto Sudrajat alias Jajat melaporkan kasusnya ke Polres Jakarta Timur.

"Iya. Itu sudah dari kemarin, ke Polsek Matraman," ucap Andry kepada Liputan6.com, Sabtu, 8 Juli 2017.

Hingga saat ini, ia mengaku pihaknya masih melakukan penyelidikan. Pihaknya akan mengungkap apakah kasus itu benar berlatar belakang dendam asmara atau tidak.

"Ini lagi dilidik. Jadi sabar. Tapi yang bersangkutan telah membayar makanan itu (ke driver Gojek) karena kasihan. Jadi masih dilidik," ujar Andry.

Sementara Ahmad Maulana mengaku bertemu A di media sosial Facebook. Namun, saat bertemu foto dengan aslinya berbeda.

"(Pacaran) cuma dua mingguan. Kenal di Facebook, ketemu dekat rumahnya. Saya samperin, ternyata lain sama fotonya," kata Ahmad saat ditemui di Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu, 8 Juli 2017 malam.

Meski wajah A berbeda dengan foto di Facebook, Ahmad mencoba menjalin hubungan dengan perempuan itu. Ia bahkan pernah bertemu keluarga A.

"Pernah ke rumahnya dua minggu sebelum puasa. Biasa aja, silaturahmi kedua orangtua," tutur Ahmad.

Berjalan dua minggu, Ahmad mengatakan A pernah memintanya untuk menikahi dia. Namun, Ahmad belum juga menemukan rasa suka terhadap wanita itu dan memutuskan hubungan dengan A.

Sikap petugas PPSU yang memutuskan hubungan membuat A tidak suka. Apalagi Ahmad pernah meminjam uang A Rp 200 ribu untuk membeli kuota internet.

Dari sini-lah, ujar Ahmad, A mulai menerornya, meski belakangan utang itu telah dibayar. "Saya sudah bayar, tapi masih diteror. Datang makanan. Dia WA (WhatsApp)," papar Ahmad.

Teror tersebut berlangsung saat bulan Ramadan Juni lalu. Pada teror pertama, Ahmad dikirimi martabak seharga Rp 300 ribu. Namun tak dibayarkan di tempat kerjanya. Kemudian berlanjut nasi goreng seharga Rp 350 ribu yang juga tak dibayarkannya.

"Yang ketiga saya bayar seharga Rp 500 ribu, lima box (kotak)," tutur Ahmad.

Dia merasa yakin teror itu dilakukan oleh A, terduga yang sama dilakukan terhadap Julianto. Sebab saat hubungan asmaranya diputus, Ahmad mendapat ancaman dari A.

"Dari awal ngancem. Kalau putus, kamu dapat masalah. Saya teror dari pihak online. Saya enggak tahu online apaan, dong. Ternyata Gojek, Grab Bike, sama yang mobil Go-Car dipesenin itu juga, semuanya. Terus makanan dibawa ke rumah saya, sampai orangtua saya marah-marah," cerita Ahmad.

3 dari 4 halaman

Dalangnya

Sugiarti atau Arti membantah jadi dalang teror order fiktif gojek. Ia menyebut, tidak pernah terlibat dalam teror order makanan palsu itu.

"Sumpah demi Allah SWT, saya tidak pernah pesan (order palsu)," tegas Arti, Minggu, 9 Juli 2017 saat dikonfirmasi Liputan6.com.

Arti memang mengenal Julianto maupun Dafi, sapaan akrab Ahmad Maulana. Keduanya sempat memiliki hubungan spesial dengan Arti. Namun, hubungan Arti dengan Julianto dan Dafi kandas di tengah jalan.

Ia menduga, order palsu itu memang berasal dari ponsel miliknya. Namun, ponsel itu telah hilang pada 7 Juni 2017. "HP saya hilang 7 Juni 2017," ungkap dia.

Awalnya, dia membiarkan saja ponselnya hilang. Tapi, karena ada masalah ini, dia berniat melaporkan kehilangan ponsel ke polisi. Dengan begitu, dia tidak lagi dituding menjadi dalang order palsu kepada kedua mantan kekasihnya itu.

"Saya mau lapor kejadian HP hilang biar masalah ini tidak berlarut-larut, cepat clear," ucap Arti.

4 dari 4 halaman

Kisah Asmara

Arti mengatakan, ia lebih dulu mengenal Julianto melalui media sosial Facebook pada 26 Desember 2016. Dari perkenalan itu, Julianto sempat menyatakan keseriusan terhadap Arti. Bahkan, Julianto sudah meminta izin bertemu orangtua Arti guna melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan.

"Dia sempat minta izin ketemu orangtua Arti pengin serius sama Arti untuk menikah," kata Arti pada Liputan6.com, Minggu, (9/7/2017).

Hanya saja, keinginan itu kandas. Julianto tiba-tiba saja menghilang. Aplikasi pesan singkat Whatsapp dari Arti juga diblokir Julianto.

Sementara, Arti mengenal Dafi awal Ramadan Juni lalu. Dafi bahkan sudah datang ke rumah Arti dan meminta izin untuk menikahinya.

Tak berapa lama kenal, Dafi meminjam uang Arti Rp 700 ribu. Dafi beralasan, uang itu akan digunakan untuk membayar utang sang ibu. Arti kemudian mengirim uang Rp 200 ribu ke Dafi.

"Setelah aku transfer, WA, Facebook aku diblokir dan tinggalin aku, tidak ada kata putus. Malahan aku dijahatin, di-bully banyak orang medsos," ucap dia.

Tak lama kemudian, muncullah kasus order fiktif makanan melalui Go Food. Korbannya adalah Julianto dan Dafi. Keduanya kompak menuding Arti sebagai dalang dari semua ini.

Arti pun membantah. Dia menyebut, semua komunikasi sudah diblokir Julianto dan Dafi.

"Saya tidak pernah WA lagi karena WA aku diblokir duluan sama Achmad dan Julianto. Sumpah demi Allah SWT. Aku dari dulu sebelum kenal mereka tidak pernah jahatin orang," ucap Arti.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.