Sukses

Polisi Bekuk Pencetak dan Pengedar Uang Palsu di Pekanbaru

Polisi di Pekanbaru Riau dan Denpasar Bali membongkar sindikat pencetak sekaligus pengedar uang palsu.

Patroli, Pekanbaru - Polresta Pekanbaru menangkap pembuat uang palsu di sebuah tempat hiburan malam di kota itu. Polisi juga menyita uang kertas palsu dari komplotan pencetak dan pengedar uang palsu, Siswanto alias Endol dan Al Mandi alias Rizky.

Sekilas, uang-kertas pecahan baru tersebut terlihat asli. Namun jika diperhatian lebih seksama, uang-uang kertas tersebut sesungguhnya palsu.

Seperti ditayangkan Patroli Siang, Jumat (9/6/2017), satu pelaku lain masih dinyatakan buron. Sebuah printer dan alat pres disita bersama uang tunai palsu jutaan rupiah.
 
Komplotan Endol ini terbongkar atas laporan sebuah pengelola tempat hiburan malam karena menerima uang transaksi palsu lebih dari Rp 1 juta. Mereka ternyata sengaja bertransaksi di tempat-tempat hiburan memanfaatkan kelengahan kasir yang sibuk melayani transaksi pengujung di bawah kondisi penerangan yang kurang alias remang-remang.
 
Komplotan Endol sengaja mencetak uang rupiah pecahan baru agar calon korban gampang percaya. Uang kertas rupiah pecahan baru palsu tersebut  diproduksi dengan cara diprint dengan kertas menggunakan tinta berwarna. Uang diperbanyak dengan cara di-fotocopy. Untuk memperhalus kertas, uang dipres menggunakan sebuah alat pres sederhana.
 
Modus serupa juga dilakukan seorang buruh bernama Bambang, di Desa Tuwed, Jembrana Bali. Aksinya terbongkar karena ia kerap berkoar bisa menggandakan uang kepada warga sekitar. Warga pun curiga sehingga melaporkannya ke polisi. Dari tangan Bambang, polisi menyita 386 lembar uang kertas pecahan seratus ribu rupiah.
 
Bambang mengaku awalnya hanya iseng, namun belum sempat menggunakan uang tersebut, ia ditangkap polisi. Uang palsu milik Bambang ini juga diproduksi dengan cara di-print. Berbekal printer dan kertas ia bisa mencetak ratusan lembar uang palsu.
 
Tempat hiburan remang-remang, pasar atau kios-kios kecil selalu menjadi target tempat transaksi para pelaku mengedarkan uang palsu. Atas dasar itu, jajaran Polsekta Semarang Selatan bersama dinas perdagangan melakukan sosialisasi kepada pedagang di pasar tradisional pada awal Ramadan.

Petugas memperkenalkan cara membedakan uang asli dan uang palsu kepada para pedagang, terutama yang sudah berusia lanjut agar tidak gampang ditipu pembeli.
 
Dari sosialisasi keliling pasar ternyata mayoritas pedagang belum bisa membedakan uang asli dan palsu sehingga perlu diberikan pemahaman cara membedakan uang palsu dan asli dengan teknik 3D (dilihat, diraba, diterawang).

Para pedagang yang sudah berumur kerap menjadi target pelaku. Para pedagang di sini mengaku pernah menjadi korban lantaran memang tidak tahu membedakan mana uang asli dan mana uang palsu. Apalagi pelaku kerap bertransaksi terburu-buru.