Sukses

PKB: Persekusi Imbas Pilkada DKI, Negara Perlu Redakan Konflik

Menurut Karding, penyebab persekusi ada dua hal.

Liputan6.com, Jakarta - Aksi pemburuan sewenang-wenang terhadap seorang atau sejumlah warga yang kemudian disakiti, dipersusah atau ditumpas, yang lebih dikenal dengan sebutan persekusi, belakangan ini sering terjadi. Aksi ini bisa menimpa siapa saja, tak mengenal umur atau kalangan.

Sekretaris Jenderal DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Kadir Karding mengatakan, aksi persekusi yang belakangan muncul merupakan imbas polarisasi yang terjadi selama Pilkada DKI 2017.

Karena itu, Karding mengimbau, penting bagi pemerintah dan aparat hukum, merangkul dan menyatukan pihak-pihak yang selama ini bertikai selama Pilkada DKI 2017.

"Saya berharap negara meredakan konflik di masyarakat. Jangan anggap remeh pertikaian di akar rumput," ucap Karding dalam keterangan tertulisnya, Selasa (6/6/2017).

Menurut Karding, penyebab persekusi ada dua hal. Pertama, karena kesadaran dan pemahaman hukum masyarakat rendah. Kedua, ketidakpercayaan terhadap aparat penegak hukum, khususnya kepolisian.

"Jadi, polisi juga mesti introspeksi kenapa masyarakat bisa melakukan persekusi. Apakah selama ini polisi sudah bersikap adil menindaklanjuti setiap laporan masyarakat?" ujar dia.

Anggota Komisi III DPR ini mendukung langkah Polri menindak para pelaku persekusi di masyarakat. Hal ini agar masyarakat sadar bahwa Indonesia merupakan negara hukum.

"Persekusi itu tindakan main hakim sendiri, tidak bisa dibiarkan berkembang. Kalau main hakim sendiri masyarakat sendiri yang juga akan dirugikan," Karding menandaskan.

Baru-baru ini bocah berinisial M di Cipinang Muara, Jakarta Timur menjadi korban persekusi, lantaran diduga menghina pimpinan dan ormas di Facebook. Bocah berumur 15 tahun itu dipaksa menandatangani surat perjanjian, agar tidak mengulangi perbuatannya.

Selain mendapat intimidasi, M juga mendapat kekerasan fisik dari sejumlah orang yang diduga anggota ormas tersebut. Bahkan, dalam video yang sempat beredar di media sosial, dia mendapat ancaman pembunuhan.

Tak hanya itu, dokter Fiera Lovita di Buktitinggi, Sumatera Barat juga mengalami hal yang sama, lantaran dituduh menghina pimpinan ormas di Facebook. Dia bersama keluarganya diteror sejumlah orang yang diduga anggota ormas.

Bahkan, demi keamanan, sang dokter bersama keluarga kecilnya akhirnya dievakuasi ke Jakarta. Fiera Lovita dan kedua anaknya kini masih trauma akibat aksi persekusi itu.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.