Sukses

Serakah Harga di Bulan Penuh Berkah, Ramadan

Selain daging dan ayam, kenaikan juga terjadi pada telur, minyak goreng, dan bawang putih.

Liputan6.com, Jakarta - Mendekati Ramadan, seperti tahun-tahun sebelumnya, harga-harga kebutuhan pokok di pasar tradisional di sejumlah daerah melesat naik. Namun hal ini tidak menyurutkan antusias konsumen untuk berbelanja demi memenuhi kebutuhan di hari pertama puasa.

Di Pasar Ciawi, Bogor, Jawa Barat misalnya. Sekilo harga daging sapi dijual dengan harga Rp 130 ribu dari Rp 100 ribu. Di Pasar Bandarjo, Unggaran, kenaikan terjadi pada harga sayur-mayur, seperti tomat, wortel, kol, dan kentang yang rata-rata mengalami kenaikan hingga Rp 2 ribu.

Di Pasar Beringharjo, Yogyakarta juga tak jauh berbeda. Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (3/5/2017), selain daging dan ayam, kenaikan juga terjadi pada telur, minyak goreng, dan bawang putih.

Sementara di Pasar Wonomulyo, Polewali Mandar, hampir semua jenis kebutuhan pokok naik. Lonjakan tertinggi terjadi pada bawang putih. Dari Rp 30 ribu naik menjadi Rp 50 rbu per kilogram. Sedangkan bahan pokok lainnya rata-rata naik hingga Rp 5 ribu.

Tidak hanya di daerah saja kenaikan kebutuhan pokok terjadi. Di Jakarta, harga-harga juga tak dapat dikendalikan.

Di Pasar Senen maupun Tomang, harga daging sapi mencapai Rp 120 ribu per kilogram atau naik sebesar Rp 10 ribu. Daging sapi impor pun ikutan naik. Dari Rp 75 ribu menjadi Rp 80 ribu hingga Rp 90 ribu per kilogramnya.

Sedangkan untuk harga sayur-mayur, cabai merah keriting, kentang, dan tomat juga mengalami kenaikan 20 hingga 30 persen. Bawang putih mengalami kenaikan paling signifikan, yaitu mencapai 100 persen.

Di tengah kenaikan harga bawang terkuak fakta, bahwa Indonesia ketergantungan 97 persen dari kebutuhan 498 ribu ton bawang putih yang diimpor dari Cina.

Jelang Ramadan, pasar murah kerap digelar dan tak luput dari serbuan warga. Sejumlah warga bahkan ada yang pingsan demi bisa berhemat dengan membeli paket sembako murah.

Sementara itu, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita tetap meyakini, stok kebutuhan pokok tetap aman dan menganggap pemberitaan media terlalu dibesar-besarkan.