Sukses

Usai Bom Kampung Melayu, Polisi Awasi Mantan Napi Teroris

Bom Kampung Melayu mengejutkan publik. Tak ingin hal itu terulang, Polri memperketat pengamanan.

Liputan6.com, Cirebon - Bom Kampung Melayu mengejutkan publik. Tak ingin hal itu terulang, Polri memperketat pengamanan. Tak hanya memperketat keamanan markasnya, polisi mengawasi pergerakan mantan narapidana teroris di beberapa daerah.

Polresta Cirebon adalah salah satu yang langsung menerapkannya. Polresta Cirebon memperketat pengawasan terhadap napi teroris yang bebas awal Mei 2017.

Kapolresta Cirebon AKBP Adi Vivid Agustiadi Bachtiar mengatakan, ada pengawasan khusus terhadap napi teroris asal Cirebon, Arief Budiman.

"Kami selalu melakukan pengawasan khusus terhadap napi teroris di Cirebon yang sudah bebas," ucap Adi Vivid usai mengikuti kegiatan Pawai Obor 2017, Kamis 25 Mei 2017.

Menurut dia, belum ada hal yang mencurigakan dari aktivitas Arief. Dia menilai aktivitas sehari-hari Arief masih normal. Namun, tim gabungan terus memantau pergerakan Arief Budiman.

Polisi juga tengah memantau beberapa aktivitas kelompok yang ada di Kota Cirebon. "Pantauan dari kami, ada beberapa jaringan yang sedang dimonitor. Sejauh ini kegiatan mereka masih normal dan belum terlihat kegiatan yang sifatnya akan melakukan penyerangan," kata Adi Vivid.

Arief Budiman merupakan napi teroris yang bebas dari Lapas Pasir Putih Nusakambangan pada 6 Mei 2017. Arief Budiman telah menjalani masa hukuman penjara selama 7 tahun dan dinyatakan bebas murni berdasarkan Surat Lepas Nomor W13.PAS.PAS24.PK.01.01.02-100, tertanggal 6 Mei 2017.

Setelah bebas, Arief Budiman langsung diantar sampai ke Pos Wijayapura dan diserahterimakan kepada Anggota Densus 88 untuk diantar kepada keluarganya di Kelurahan Kebon Baru, Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon. Arief Budiman merupakan napi teroris jaringan bom Cirebon.

Dia terlibat langsung dalam pengeboman di Masjid Adzikra Polresta Cirebon, yakni menyimpan sisa bom lain untuk diserahkan ke Ahmad Basuki.

Namun, karena takut, Ahmad Basuki menolak dan menitipkan kembali ke Arief Budiman. Setelah itu Arief Budiman menemui Andri Siswanto dan musala. Keduanya menyarankan bom tersebut untuk dibuang ke kali.

"Kami juga sudah berkoordinasi dengan instansi terkait dalam upaya mencegah dan menangkal paham radikal di masyarakat Kota Cirebon," sebut Adi Vivid.

Ilustrasi Foto Teroris (iStockphoto)

Kepolisian Daerah Kalimantan Timur pun meningkatkan kewaspadaan menyusul teror bom Kampung Melayu, Jakarta Timur. Aparat intelijen disiagakan mewaspadai perilaku mantan teroris.

"Kami tingkatkan kewaspadaan pengamanan di seluruh Kaltim dan Kaltara," kata Kepala Polda Kaltim Inspektur Jenderal Safaruddin, Kamis 25 Mei 2017.

Dia mengatakan, polisi sudah memegang data para mantan teroris yang berdomisili di Kaltim. Mayoritas di antaranya sudah mulai berbaur dengan masyarakat setempat.

"Kami tahu ada beberapa mantan pelaku teror yang berdomisili di Kaltim. Kami perintahkan pengawasan dan kewaspadaan," papar Safaruddin tanpa menyebutkan nama mantan pelaku aksi teror di Kaltim.

Selain itu, dia meminta peningkatan pengamanan di sejumlah objek vital, sarana ibadah, hingga lokasi berkumpulnya masyarakat. Dia tak ingin kecolongan dan teror bom di Jakarta merembet ke kota lain jelang Ramadan.

"Polisi harus terus meningkatkan kewaspadaannya. Memang di antara korban adalah personel polisi, semoga amal ibadahnya diterima Tuhan Yang Maha Esa," ujar Safaruddin.

assa dari Solidaritas Merah Putih menggelar aksi lilin dan tabur bunga di lokasi bom Terminal Kampung Melayu, Jakarta, Kamis (25/5). Aksi tersebut sebagai bentuk malam solidaritas duka untuk bom Kampung Melayu.(Liputan6.com/Faizal Fanani)

Dalam dua tahun terakhir, polisi mengamankan beberapa tersangka teroris di Balikpapan dan Samarinda. Pertama, Detasemen Khusus 88 menangkap Fajrun bin Slan, warga Ambon di Perumahan Herr I, Jalan Swadaya 1, RT 24, Balikpapan. Fajrun ditangkap berselang sehari saat Jakarta dihantui aksi teror bom di Sarinah.

Kedua, teror terjadi di Samarinda, akhir tahun 2016 lalu. Seorang residivis terorisme, Juhanda alias Joh alias Jo Bin Muhammad Aceng Kurnia (32 tahun) melempar bom molotov ke Gereja Oikumene Sengkotek Samarinda.

Kronologi kejadian saat pelaksanaan ibadah Minggu di Gereja Oikumene Sengkotek Samarinda. Saat umat kristiani beribadah, seorang pria mengenakan kaus hitam bertuliskan kata jihad melemparkan satu bungkusan yang kemudian diketahui sebagai bom molotov.

Warga sekitar lokasi kejadian sempat menangkap serta memukuli pelaku sebelum diserahkan ke Polsek Samarinda Seberang.

Bom Kampung Melayu

Polisi sudah mengantongi dua inisial terduga teroris bom Kampung Melayu. Keduanya meninggal setelah meledakkan bom bunuh diri. Kepolisian masih memastikan kedua terduga tersebut melalui uji sampel DNA.

Dua inisial tersebut salah satunya adalah INS, warga Gang Warta, Jalan Cibangkong, Kelurahan Cibangkong, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung. INS diperkirakan memiliki keterkaitan dengan orang yang terlibat dengan insiden bom panci di Lapangan Pendawa, Kota Bandung, Jawa Barat bernama Agus.

Sementara pelaku lainnya berinisial AS, merupakan warga Kampung Ciranji, RT 04/05, Desa Sirnagalih, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.