Sukses

2 Buku yang Wajib Dibaca Anak Bangsa Versi Syafii Maarif

Maarif mengatakan, pendidikan menjadi kunci menangkal kondisi bangsa saat ini yang cenderung mudah dipecah belah.

Liputan6.com, Yogyakarta - Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif mengatakan, nasionalisme adalah ideologi bangsa yang mempersatukan perbedaan budaya, suku, bahasa, agama, dan latar belakang. Indonesia, sebagai bangsa yang pernah dijajah, tidak mungkin utuh jika tidak bersatu.

"Itu yang tidak semua orang bisa memahami, misal HTI," ujar dia saat menjadi salah satu pengisi acara Zikir Kebangsaan di halaman kantor DPD PDIP DIY, Rabu malam, 24 Mei 2017. Ia membawakan tema Nasionalisme dan Islam.

Maarif mengatakan, pada 1930, ada sekelompok orang Islam yang menentang nasionalisme karena dianggap paham kesukuan dan tidak sesuai dengan paham Islam.

"Padahal, nasionalisme bertujuan mempersatukan. Jadi jangan dikaitkan dengan paham kesukuan," ucap dia.

Maarif juga mengatakan soal perbaikan atau revitalisasi pendidikan. Baginya, pendidikan menjadi kunci menangkal kondisi bangsa saat ini yang cenderung mudah dipecah belah.

Terkait pendidikan, ia menyarankan dua buku yang wajib dibaca seluruh anak bangsa, terlebih politikus, yakni Indonesia Merdeka yang ditulis oleh Bung Hatta dan Indonesia Menggugat yang ditulis Sukarno.

"Dua buku itu saling melengkapi dan banyak berbicara soal latar belakang perjuangan serta tujuan sebuah kemerdekaan, wawasan kebangsaan harus digalakkan kembali supaya bangsa tidak kehilangan arah," beber Syafii Maarif.

Ia menilai, Indonesia krisis negarawan dan lebih banyak bermunculan politikus sumbu pendek. Padahal, kalau bangsa ini ingin bertahan, harus ada negarawan di setiap tingkat atau lapisan.

Negarawan dan politikus berbeda, karena politikus memiliki jangkauan pendek dan lebih bercorak pragmatis. Artinya, hanya memikirkan seputar kekuasaan lewat pileg, pilkada dan pilpres. Sementara, negarawan adalah sosok yang memikirkan bangsa untuk ratusan bahkan ribuan tahun yang akan datang.

"Negarawan pasti politikus, politikus belum tentu negarawan," tegas Maarif.

Ia juga ingin umat Islam ikut bergerak dan menunjukkan sikap nasionalisme, sehingga kelompok kecil yang mengatasnamakan Islam tidak menjadi wakil suara rakyat Islam di Indonesia.

"Apa yang terjadi di Irak dan Suriah, karena umat Islam yang mayoritas diam, jangan sampai yang koar-koar ini dianggap sebagai wakil Islam," imbuh dia.

Menurut Syafii Maarif, untuk menunjukkan sikap bisa lewat gerakan atau aksi yang lebih masif dan terpublikasikan (tanpa merugikan orang lain).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini