Sukses

Kekerasan di Kampus Calon Polisi

Ironis memang, ketika seorang calon perwira polisi tewas karena diduga dianiaya oleh rekannya di dalam kampus.

Liputan6.com, Jakarta - Kekerasan di lembaga pendidikan sepertinya tak pernah habis. Bahkan di lembaga pendidikan tempat mencetak aparat penegak hukum seperti Akademi Kepolisian di Semarang, Jawa Tengah, kekerasan juga terjadi. Ironis memang, ketika seorang calon perwira polisi tewas karena diduga dianiaya oleh rekannya di dalam kampus.

Kabar itu menyebutkan, seorang Taruna Akademi Kepolisian Tingkat II, Muhammad Adam, tewas di Rumah Sakit Bhayangkara, Semarang, Jawa Tengah. Kabid Humas Polda Jawa Tengah Kombes Djarod Pandakova membenarkan peristiwa tersebut.

"Korban diduga dianiaya kakak seniornya," kata Djarod saat dikonfirmasi Liputan6.com, Kamis, 18 Mei 2017.

Korban diketahui mengembuskan napas terakhir di RS Bhayangkara pada Kamis dinihari tadi sekitar pukul 02.45 WIB.

Menurut Djarod, peristiwa ini terjadi ketika 22 Taruna Akpol tingkat dua yang tergabung dalam Korps HIT (Himpunan Indonesia Timur) diminta menghadap para seniornya. Alasan pemanggilan karena korban dan beberapa rekannya dianggap melakukan kesalahan.

"Korban merasa kesakitan dan kejang, kemudian Taruna Tingkat III berupaya menyadarkan dengan cara CPR dan membasahi mukanya dengan air," kata Djarod.

Korban sempat dilarikan ke Rumah Sakit Akpol. Namun, dokter di rumah sakit menyatakan korban sudah meninggal dunia.

Hasil penelusuran di lokasi kejadian, polisi membawa dua barang bukti kopel atau sabuk dengan kepala logam, serta benda berupa tongkat yang terbuat dari plastik.

Presiden Jokowi berfoto bersama dengan Taruna Akademi Militer TNI dan Akpol saat acara silaturahmi di Istana Bogor, Selasa (18/8/2015). Silaturahmi ini berkaitan peringatan kemerdekaan HUT RI ke-70 di Istana Merdeka Jakarta.(Liputan6.com/Faizal Fanani)

Namun, belum diketahui milik siapa kedua benda tersebut. Benda tersebut ditemukan di lokasi kejadian, yaitu gedung flat A yang merupakan ruangan kosong.

"Di flat A, berkumpulnya di situ. Kopel milik siapa belum tahu," ujar Djarod Padakova, Semarang, Jawa Tengah, Kamis, 18 Mei 2017.

Dia mengatakan, selain menemukan dua benda tersebut, polisi juga telah melakukan autopsi setelah mendapat izin dari keluarga korban. Hasil autopsi, di bagian paru-paru Brigdatar Mohammad Adam terdapat luka.

"Hasil autopsi sudah keluar. Korban luka di paru-paru kanan dan kiri karena tekanan kuat. Korban pingsan dan kekurangan oksigen," ucap dia.

Sedangkan visum luar menunjukkan adanya luka memar di bagian dada tengah, kiri, dan kanan. "Autopsi dilakukan siang hingga sekitar pukul 17.00 WIB," kata dia.

Djarod juga menyebutkan, luka diduga akibat penganiayaan yang dilakukan senior.

Sementara itu, menurut Kepala Divisi Humas Polri Irjen Setyo Wasisto, korban Adam tewas dengan luka lebam di bagian dada. Fakta itu diketahui dari hasil pemeriksaan sementara terhadap jenazah Mohammad Adam di Rumah Sakit Bhayangkara Semarang.

"Pemeriksaan luar ditemukan ada bagian tubuh yang lebam. Di bagian dada," kata Setyo di kompleks Mabes Polri, Jakarta.

Namun, dia belum bisa menyimpulkan penyebab meninggalnya Mohammad Adam. Dia juga belum mengetahui apakah ada unsur penganiayaan atas tewasnya korban.

"Yang jelas yang bersangkutan meninggal. Kita belum bisa mengatakan apa hasil pemukulan dan lain-lain," ucap Setyo.

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Belum Ada Tersangka

 

Menanggapi tewasnya Taruna Akpol Semarang, Mohammad Adam, Polri bergerak cepat. Sebanyak 21 Taruna Akpol langsung diperiksa penyidik Polda Jawa Tengah.

"Langkah-langkah yang sudah diambil adalah memeriksa 21 orang," kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen Setyo Wasisto di kompleks Mabes Polri, Jakarta.

Menurut Setyo, pemeriksaan terhadap 21 taruna itu untuk mencari tahu kegiatan yang dilakukan sebelum tewasnya Adam. "Dari situ kita tahu ada kegiatan apa," ucap Setyo.

Dia belum bisa mengungkapkan penyebab kematian Mohammad Adam. Yang pasti saat ini pemeriksaan masih terus dilakukan. "Kita tunggu hasil pemeriksaannya," kata Setyo.

Dari Polda Jateng, hasil penyelidikan sementara menyebutkan ada 12 taruna tingkat III yang diduga terlibat.

"(Meninggalnya) Brigdatar Mohammad Adam No Akademi 15.269 akibat diduga adanya tindakan pemukulan yang dilakukan oleh taruna tingkat III Brigadir Satu Taruna (Brigtutar) sebanyak 12 taruna," ujar Kabid Propam Polda Jawa Tengah Kombes Pol Budi Haryanto dalam keterangan tertulisnya, Jumat (19/5/2017).

Budi menjelaskan, ada 22 taruna tingkat II yang diduga mengetahui saat terjadinya pemukulan yang dilakukan oleh taruna tingkat III terhadap taruna tingkat II. Sementara taruna tingkat III ada 12 orang.

Selain memeriksa taruna tingkat II dan III, kata Budi, pihaknya juga memeriksa dua taruna tingkat III yang membawa taruna Akpol itu ke Rumah Sakit Akpol.

Di antara 12 taruna tingkat III yang diduga terlibat penganiayaan Adam, Budi menyebutkan, ada satu orang yang diduga sebagai pelaku utama, yakni Brigtutar KS.

Mabes Polri memberi keterangan terkait tewasnya taruna akpol

"Brigtutar KS diduga tersangka utama," Budi menandaskan.

Yang jelas, Polri berjanji akan menindak tegas jika tewasnya Mohammad Adam akibat tindak pidana. Untuk itu pula, Setyo memastikan penyidikan kasus ini akan dilakukan secara terbuka dan tak akan ada yang ditutupi.

"Pemeriksaan para saksi akan mengarah pada siapa pelakunya. Pada prinsipnya Kapolri menyampaikan untuk menindak tegas. Artinya siapa pelakunya akan ditindak pidana. Tidak ada ditutupi, akan tindak tegas," kata Irjen Pol Setyo.

Terakhir, saksi yang diperiksa terkait kematian Muhammad Adam bertambah menjadi 35 orang. Kapolda Jawa Tengah Irjen Condro Kirono mengatakan, pemeriksaan 35 saksi untuk mengarahkan kepada pelaku penganiayaan yang dilakukan terhadap korban.

"Sudah jadi masukan kepada tim penyidik Polda Jawa Tengah dan mengarah pada saksi-saksi yang diperiksa," kata Condro di lobi Mapolda Jateng, Jumat (19/5/2017).

Ia menjelaskan setelah 21 saksi diperiksa, jumlah bertambah 14 orang. Para saksi merupakan Taruna Akpol tingkat II dan tingkat III yang berada di lokasi.

"Sampai sekarang ada 35 saksi di mana dari 21 taruna tingkat II dan sisanya tingkat III," ujar Condro.

Proses gelar perkara internal juga masih dilakukan tim penyidik sejak Jumat pagi dan dilanjutkan sore hari. Karena itu, hingga kini belum ada penetapan tersangka.

 

 

3 dari 3 halaman

Menekan Budaya Kekerasan

 

Kapolri Jenderal Tito Karnavian pun turut menyesali tewasnya Muhamad Adam. Apalagi jika benar Adam tewas karena penganiayaan yang dilakukan senior atau rekannya.

"Saya menyesalkan peristiwa itu. Karena beberapa bulan yang lalu pada saat saya kunjungan ke Akpol, saya sudah tegaskan kepada seluruh taruna dan seluruh pengasuh supaya budaya kekerasan tidak boleh terjadi lagi," ujar Tito, Jumat (19/5/2017).

Kapolri menambahkan, budaya kekerasan tidaklah sejalan dengan program Profesional Modern Terpercaya (Promoter) yang digaungkan Polri. Promoter adalah menekan budaya kekerasan berlebihan. "Ini momentum untuk mengubah itu."

Demi menuntaskan kasus ini, ujar Tito, Kapolda Jawa Tengah telah diperintahkan untuk mengusutnya. Dia juga meminta Propam mengawasi pendidikan kepolisian di Akpol agar peristiwa serupa tidak kembali terulang.

"Saya sudah perintahkan dan telepon Kapolda Jawa Tengah untuk memproses pidana. Saya juga minta Propam ikut turun untuk melihat bagaimana lembaga Akpol menghentikan budaya pemukulan senior junior di Akpol. Saya kira dalam waktu dekat saya juga akan datang ke sana (Akpol)," ujar Tito.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Sementara itu, anggota Komisi III DPR Muslim Ayub mengatakan, pekan depan pihaknya akan mengunjungi kampus tempat Muhammad Adam kehilangan nyawa.

"Nanti Rabu, 24 Mei kita akan ke Semarang. Gubernur Akpol harus kita sampaikan, bahwasanya peristiwa ini bukan sekali, tapi ratusan kali," ujar Ayub di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (19/5/2017).

Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) ini akan menyampaikan data mengenai banyaknya para taruna yang menjadi korban penganiayaan selama menempuh pendidikan di Akpol.

Untuk itu, ia ingin memastikan langkah apa yang akan dilakukan Gubernur Akpol dan Polri agar insiden serupa tidak terulang.

"Hal ini kita garisbawahi, kita tegaskan. Jangan ada senior lakukan pemukulan terhadap junior yang nanti menimbulkan kematian. Hal-hal ini memang kita harus tinggalkan," ujar Ayub.

Dia mengatakan, tidak ada alasan senior di sekolah Kepolisian yang boleh melakukan penganiayaan, meskipun di luar jam dinas atau jam tugas yang ditujukan dalam rangka pembinaan.

"Tidak ada. Tapi ini kebiasaan yang dijalankan dan itu tidak perlu. Kalau latihan fisik kenapa dipukul? Tidak boleh ada lagi pemukulan. Junior kita hormati, senior kita hargai," kata Ayub.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.