Sukses

Calon Gubernur DKI Pilihan JK

Ketum PAN Zulkifli Hasan membeberkan peran Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK dalam pemilihan nama Anies Baswedan di Pilkada DKI 2017.

Liputan6.com, Jakarta - Pilkada DKI 2017 sudah usai. Pemenangnya pun sudah ada, meski baru ditetapkan KPU DKI Jakarta pada Jumat, 5 Mei 2017. Namun, cerita seputar Pilkada DKI 2017 ternyata belum habis. Banyak cerita menarik yang belakangan terungkap ke publik.

Salah satunya adalah cerita yang diungkapkan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan. Tiba-tiba saja dia membeberkan peran Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK dalam pemilihan nama Anies Baswedan di Pilkada DKI 2017.

Konon, menurut Zulkifli, Anies Baswedan awalnya tak pernah disebut atau masuk radar partai politik (parpol) koalisi di luar pengusung calon petahana Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Namun, saat hari terakhir, nama Mantan Mendikbud itu akhirnya muncul atas rekomendasi JK.

"Jam 12.00 malam sampai jam 01.00 pagi itu ada intervensinya Pak JK. Saya kan suka terus terang. Pak JK boleh enggak ngaku, saya dengar kok teleponnya," kata Zulkifli di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa 2 Mei 2017.

Ketua MPR Zulkifli Hasan saat menerima kunjungan pengurus Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI56), di Gedung Nusantara 3, komplek parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (4/4). (Liputan6.com/Johan Tallo)

"Memang, calon saya kalah. Calon saya AHY sama Sylvi kan? Tapi begini, dulu kita sudah janji. Karena dulu terus terang, saudara Anies itu tidak ada yang mau. Ini saya buka rahasianya. Boleh cerita enggak? Biar jelas, gitu kan. Kita kan suka yang jelas-jelas terang," ujar Zulkifli.

Dia mengatakan, awalnya nama yang sudah disepakati oleh Demokrat, PAN, PKB, PPP, Gerindra dan PKS, adalah Yusril Ihza Mahendra - Sandiaga Uno, tapi belum final. Keenam parpol itu juga sempat melirik pengusaha Chairul Tanjung, tapi ia tidak bersedia karena bisnisnya tengah menurun.

"Jadi dulu, calon itu Yusril, Sandi, sudah. Dihitung-hitung enggak menang. Sampai jam 12.00 malam sebelum pendaftaran. Maka dicarilah kesepakatan enam partai itu, (Chairul) Tanjung barangkali. Jam 12.00 kurang baru ketemu dan kontak Chairul Tanjung. 'Gila kalian, ini usaha saya lagi susah, kok disuruh maju gubernur'. Itu jawabnya," tutur Zulkifli.

Namun, saat pertemuan di Cikeas, berkembang kabar akan mengusung Agus Harimurti Yudhoyono sebagai calon. Meski Gerindra dan PKS tak ikut dalam pertemuan tersebut, Prabowo Subianto menyetujuinya dengan syarat yang menjadi gubernur tetap Sandiaga Uno.

"Begitu AHY sudah putus ceritanya, Pak Prabowo bilang boleh, tapi jadi wakil. Sandi yang gubernurnya, karena Sandi sudah bekerja lama. Sandi datang jam 09.00 ke rumah saya di Widya Chandra. Waktu itu dia bilang enggak apa-apa saya jadi wakil, tapi pertemukan Pak Prabowo dengan Pak SBY," urai Zulkifli.

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bersama Ketua Umum PKS, Sohibul Iman calon gubernur dan wakil gubernur DKI, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno berfoto bersama di DPP Gerindra, Jakarta, Rabu (15/2). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Ia menambahkan, saat negosiasi Agus-Sandi itulah, Gerindra dan PKS tak bisa merapat dengan empat parpol lainn, akhirnya kedua partai ini berkoalisi mengusung calon sendiri.

"Nah, saya tahu kalau Pak Prabowo, Pak SBY ketemu mesti ada jaminan lima tahun selesai. Kira-kira itu Pak isinya. Sehingga tak jadi ketemu. Sudah putus AHY. Di sini ya Sandi sama Mardani (Jubir PKS)," ucap Zulkifli.

Namun, saat pasangan Sandi-Mardani belum final, di situ Jusuf Kalla meyakinkan koalisi parpol di luar pengusung calon petahana agar mengusung Anies Baswedan yang dipasangkan dengan Sandiaga Uno.

"Pak JK-lah yang meyakinkan sehingga berubah, tapi di sini sudah kadung mau mengumumkan Pak Agus sama Sylvi, jam 02.00 pagi di sana baru putus. Akhirnya Anies diambil, Sandi jadi wakil," kata Zulkifli.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Jawaban Anies-Sandiaga

Gubernur terpilih DKI Jakarta Anies Baswedan menanggapi pernyataan Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan yang menyatakan, pencalonannya di Pilkada DKI 2017 atas peran Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK.

"Enggak tahu. Saya enggak terlibat," ucap Anies di Jakarta Convention Center (JCC), Jalan Jenderal Gatot Subroto, Senayan, Gelora, Jakarta Pusat, Rabu, (3/5/2017).

Anies mengatakan, dirinya sama sekali tidak mengetahui soal pengusul namanya itu. Dia hanya mengetahui dirinya diusung parpol untuk maju dalam ajang Pilkada DKI 2017 setelah dipanggil Partai Gerindra.

"Saya dipanggil Gerindra, tapi di dalamnya (proses pencalonan) seperti apa, itu yang tahu teman-teman di Gerindra. Teman-teman cek saja dengan para pelaku karena saya enggak terlibat di situ," ujar Anies.

Sementara, calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno tak secara jelas menanggapi kabar peran JK tersebut. Dia lebih banyak menggambarkan suasana saat menjelang pencalonan dirinya dan Anies ketimbang peran para tokoh yang ramai disebut.

Ketum Partai Gerindra, Prabowo Subianto berfoto bersama dengan Paslon Gubernur DKI Jakarta Nomor Urut 3 Anies Baswedan - Sandiaga Uno beserta petinggi partai pendukungnya usai menggelar Konferensi Pers di Jakarta, Rabu (19/4). (Liputan6.com/Johan Tallo)

"Saat itu, 23 September. Jadi 21 sampai 23 September itu adalah masa-masa yang sangat krusial. Saya akan tulis buku tentang itu nanti di waktu yang tepat karena yang mengalami secara konkret itu saya," ujar Sandiaga di Posko Melawai, Jalan Melawai Raya V, Blok M, Jakarta Selatan, Rabu (3/5/2017).

Sandiaga Uno mengaku saat pencalonan, dia yang melakukan lobi-lobi politik. Dia ingin ungkap hal ini sejelas-jelasnya dalam sebuah buku nanti. Oleh karena itu, untuk saat ini dia tak mau menyebutkan nama-nama yang ikut berperan dalam memasangkan dirinya dengan Anies Baswedan.

"Saya yang pegang mandat dari Gerindra dan PKS. Saya yang lobi-lobi termasuk telepon-telepon. Yang masuk itu, semua ada di saya. Jadi supaya meluruskan, saya akan tulis buku, tapi jangan sekarang karena kita kan fokus rekonsiliasi," tutur Sandiaga.

 

 

3 dari 3 halaman

Istana Tak Membantah

Orang dekat JK yang juga juru bicara Wakil Presiden RI Husein Abdullah ikut berkomentar seputar kabar peran Wapres Jusuf Kalla dalam mengusung pasangan calon Gubernur DKI Jakarta. Menurut dia, apa yang disampaikan Zulkifli Hasan tak sepenuhnya benar.

"Pak JK memberi pertimbangan dalam momen politik kebangsaan yang penting dan tentu layak didengarkan. Karena pengalaman dan intuisinya yang tajam. Saya kira itu maksud Pak Zulkifli," kata Husein saat dikonfirmasi, Rabu (3/5/2017).

Dia menegaskan, apa yang dilakukan JK yang kini menjabat sebagai Wapres bukanlah mengintervensi. Namun, JK hanya memberikan pertimbangan sebagai politikus senior.

"Bukan intervensi (seperti diucapkan Zulkifli Hasan), tapi memberi pertimbangan politik yang logis, dalam kapasitas sebagai politikus senior. Politikus senior yang dicintai banyak orang," tegas Husein.

Keterangan yang lebih jelas didapat dari pengusaha dan politikus Golkar, Erwin Aksa. Dia menceritakan, saat malam penentuan Cagub-Cawagub DKI Jakarta itu, JK tengah berada di Amerika Serikat mengikuti sidang umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

"Pak JK memang menelepon Pak Prabowo dan dimintai pertimbangan soal calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta," kata Erwin saat berbincang dengan Liputan6.com, Rabu (3/5/2017).

Ada alasan sendiri mengapa JK saat itu mengusulkan nama Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan untuk DKI 1.

"Sebagai orang tua dan mengenal Anies sangat dekat, beliau mengusulkan Anies," ujar Erwin yang juga kemenakan JK tersebut.

Wapres Jusuf Kalla (JK) mendatangi  TPS 03 Kelurahan Pulo, Jakarta Selatan, Rabu (19/4). Ditemani istri, Mufidah Kalla dan sang cucu, JK memberikan suaranya pada Pilkada DKI putaran kedua di TPS bernuansa Betawi tersebut. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Menurut dia, pemilihan nama Anies sudah dipertimbangkan dengan matang. "Sebagai tokoh politik senior dan punya intuisi tajam, beliau tidak asal mengusulkan," kata Erwin.

Soal kedekatan Erwin dengan pasangan Anies-Sandiaga memang bukan cerita baru. Bahkan, Sandiaga mengatakan Erwin yang merupakan politikus Golkar itu sangat membantu pada saat terakhir masa Pilkada DKI 2017 putaran kedua.

Sandiaga menjelaskan, pengusaha tersebut membantu pada segi penggalangan basis-basis. Sebab, Erwin selain masih aktif dalam politik, aktif pula dalam organisasi-organisasi.

"Jadi lebih penggalangan basis-basis, simpul-simpul. Karena Pak Erwin juga di Golkar masih aktif di organisasi-organisasi, itu juga banyak membantu untuk di saat-saat terakhir," papar dia.

Selanjutnya, Sandiaga juga tidak mempermasalahkan terkait partai yang menaungi sahabatnya itu. "Enggak masalah, karena dia membantu sebagai teman, sebagai mantan HIPMI," jelas Sandiaga. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini