Sukses

3 Penyebab Penyalahgunaan Senjata Api oleh Polisi

Kompolnas meminta pihak Polri untuk mengevaluasi penyebab ini agar kejadian penyalahgunaan senpi oleh polisi tidak berulang kembali.

Liputan6.com, Jakarta - Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) mencatat terdapat sejumlah penyebab terjadinya penyalahgunaan senjata api (senpi) oleh aparat polisi, seperti yang terjadi pada dua kasus terbaru, yakni di Lubuklinggau dan Bengkulu. Dua kasus ini merupakan bukti bahwa anggota polisi pemegang senpi tidak menguasai prosedur penggunaannya.

Anggota Kompolnas Irjen Pol (Purn) Bekto Suprapto menyebutkan setidaknya ada tiga penyebab terjadinya penyalahgunaan tersebut.

"Pertama, banyak di antara anggota yang belum tahu aturannya pemakaian, Masalah kedua adalah kurangnya kesempatan untuk latihan menembak. Ketiga adalah ketersediaan peluru yang terbatas," papar Bekto dalam diskusi bertajuk 'Fenomena Polri: Penggunaan Senjata Api oleh Polisi' di Jakarta Selatan, Kamis, 27 April 2017.

Menurut pandangan Kompolnas, idealnya seorang anggota polisi yang memiliki hak memegang senpi harus dilatih secara berkala. Namun, kenyataan di lapangan, Kompolnas tidak melihat hal itu sama sekali.

"Latihan ideal yakni (berkala) tiga bulan sekali. Tapi di Indonesia cuma dilatih how to shoot, tidak kapan waktu yang tepat harus menembak. Kompolnas mengirim tim ke Lubiklinggau, dalam catatan Polres di sana, Brigadir K latihan menembak terakhir 2008. Itu saat dia masih sekolah," kritis Bekto.

Oleh karena itu, Kompolnas akan tegaskan masalah ini kepada Polri untuk dievaluasi agar kejadian serupa tidak terulang. "Kami harus bicarakan dengan Polri, tolong diurai masalahnya dan evaluasi," tutup dia.

Sebelumnya diberitakan, Brigadir K diketahui melepas tembakan ke arah sipil saat melakukan razia kendaraan di Lubuklinggau, Sumatera Selatan. Dengan dalih berusaha kabur, timah panas itu meluncur dan menimbulkan korban jiwa.

Tidak lama berselang, kejadian serupa menimpa anak kandung dari seorang polisi berpangkat Aipda. Si anak yang sedang terbangun di tengah malam ditembak sang ayah karena dikira maling. Alhasil, timah panas menghujam dan menewaskan anak itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini