Sukses

Dedi Mulyadi Berkisah tentang Filosofi Kain Sarung

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menerapkan kebijakan untuk memakai kain sarung bagi para pejabat dan pelajar pada setiap hari Jumat.

Liputan6.com, Jakarta Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi telah menerapkan kebijakan untuk memakai kain sarung bagi para pejabat dan pelajar pada setiap hari Jumat. Pada beberapa kesempatan, Dedi juga sering mengenakan kain sarung ketika menghadiri suatu acara. Seperti baru-baru ini saat didaulat menjadi salah satu pembicara dalam forum Seminar Nasional Sarung Nusantara yang diselenggarakan oleh Lembaga Takmir Masjid (LTM) Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU).

Sebagaimana diketahui, Dedi Mulyadi merupakan salah satu pengurus di lingkungan PCNU Purwakarta. Saat ini, dirinya menjabat sebagai Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Kaderisasi dalam organisasi yang banyak dihuni oleh para kiai pesantren tersebut.

Bersama dengan dua pembicara lain yakni Kiai Agus Sunyoto dan Prof Imam Suprayogo, Dedi yang merupakan salah satu pengurus di lingkungan PCNU Purwakarta sempat mengungkapkan rasa kebanggannya menjadi bagian dari warga Nahdliyin. Organsasi NU menurutnya telah memberi kesempatan untuk mempelajari Islam secara keseluruhan tanpa harus kehilangan identitas dirinya sebagai orang Sunda.

“Enaknya di NU itu, saya bisa belajar Islam secara menyeluruh tanpa harus meninggalkan identitas saya sebagai orang Sunda. Jadi, saya memilih surganya NU, ringan, tidak berat,” ungkapnya sambil berseloroh.

Pada acara tersebut, Dedi Mulyadi berkisah tentang kain sarung yang dihubungkan dengan kosmologi kesundaan atau cerita rakyat yakni Lutung Kasarung. Berdasarkan kisah tersebut menurutnya, Lutung Kasarung merupakan pewaris tahta kerajaan yang mengalami cobaan berupa pengasingan di hutan belantara, sebelum akhirnya diangkat menjadi pemimpin.

Dalam konteks ini, pria yang juga dikenal sebagai Budayawan Sunda tersebut mengatakan, sarung berfungsi sebagai media kaderisasi kepemimpinan. Sebab saat seseorang memakainya, ada banyak peraturan yang tidak boleh ia langgar akibat penggunaan sarung tersebut.

“Kemudian dari sini lahirlah akhlak, sebagaimana tadi Pak Kiai menyampaikan, tercipta karakter yang kuat,” katanya menambahkan.

Dedi pun sempat membagi “sarung” menjadi dua suku kata. Menurut dia, “sa” merupakan lambang keinginan manusia dengan segala unsur penciptaannya yang terdiri dari tanah, air, udara dan matahari. Unsur material inilah yang menurut dia harus dikurung. Hal ini tercermin dari suku kata yang kedua yakni “rung”.

Jika seluruh unsur material ini mampu dikurung, maka unsur hakikat kemanusiaan dalam diri manusia yakni ruh akan semakin menguat. “Segala ketamakan manusia yang tercermin dari keempat unsur tersebut harus dikurung,” pungkasnya menutup.

Usai menyampaikan paparan terkait filosopi sarung, Kiai Abdul Manan selaku perwakilan Pengurus Besar Nahdhatul Ulama terlihat menyematkan kain sarung berwarna hijau di leher Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi sebagai simbol perintah untuk menjaga nilai-nilai ke-NU-an di Jawa Barat.

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini