Sukses

Jokowi: Jangan Jadikan Agama Komoditas Politik

Jokowi menjelaskan, maksud pernyataannya itu bukan berarti kemudian memisahkan secara tegas antara agama dengan politik.

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan masjid dan gedung salawat KH Surowijoyo di Pondok Pesantren Singo Ludiro, Sukoharjo. Pondok pesantren memiliki hubungan dekat dengan keluarga Jokowi.

Jokowi tiba di komplek pesantren yang beralamat di Mojolaban, Sukoharjo disambut ribuan jemaah pengajian dan santri. Selanjutnya, mantan Wali Kota Solo itu berjalan ke dalam kerumuman jemaah pengajian untuk menyalami.

Setelah acara dibuka, Jokowi menyampaikan pidato singkat. Dalam kesempatan itu, ia kembali menegaskan untuk tidak mencampuradukkan agama dan politik. Ini berkaitan dengan konteks persatuan bangsa.

"Jangan sampai agama dijadikan komoditas politik‎," tegas Jokowi, Sabtu (8/4/2017).

Dia menjelaskan, maksud pernyataannya itu bukan berarti kemudian memisahkan secara tegas antara agama dengan politik. Kedua ranah itu harus tersambung dalam konteks yang benar. Ia menyontohkan bagaimana saat membuat kebijakan harus berlandaskan nilai agama.

"Politik dan agama harus menyambung tapi dalam konteks benar. Setiap kebijakan harus dilandasi dengan nilai agama Islam. Jadi jangan dibelokan antara agama dan politik," jelas Jokowi.

Peresmian gedung dan masjid di pesantren ditandai dengan penandatanganan prasasti. Selain itu, Jokowi juga memberikan 3 sepeda sebagai hadiah kepada santri dan jemaah yang hadir dalam acara tersebut.

Pengasuh Pondok Pesantren Singo Ludiro, KH Agung Syuhada mengatakan pihaknya sangat berterima kasih atas kehadiran Jokowi ke pesantren untuk meresmikan bangunan gedung dan masjid yang baru.

Selanjutnya, dia mengungkapkan bahwa pesantren ini tempat mengajinya keluarga Presiden Jokowi, dalam hal ini ibunda Presiden dan adik kandung Presiden.

"Bu Noto, Mbak Ida dan Mbak Titik sering ikut pengajian di sini. Beliau sudah sekitar 15 tahun ikut pengajian di pesantren ini," ungkap Agung Syuhada.

Pesantren ini memiliki 197 santri. Mereka berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. Para santri yang mengaji di pesantren tersebut juga memperoleh pendidikan formal mulai dari SD hingga SMA. Bahkan, biaya untuk sekolah dan biaya makan dan minum ditanggung pesantren,

"Nyantri di sini gratis, mulai makan, minum dan sekolah. Selain itu, di pesantren ini mengajarkan kitab dan hafalan Alquran," demikian Agung Syuhada menandaskan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.