Sukses

Hari Peduli Autis Sedunia, Warga Nyalakan Ikon Bogor Warna Biru

Maya menjelaskan, jumlah anak laki-laki dengan autis 4,5 kali lebih banyak daripada jumlah anak perempuan dengan autis.

Liputan6.com, Bogor - Peringatan Hari Peduli Autis Sedunia sekaligus bulan autisme, setiap 2 April selalu diperingati para pemerhati autisme dengan cara unik, untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap individu dengan autisme.

Tak terkecuali di Kota Bogor, peringatan Hari Peduli Autis Sedunia pun diselenggarakan dengan menyorotkan cahaya warna biru pada ikon Kota Bogor.

Meski hujan sempat mengguyur, namun semangat para aktivis peduli autisme tak surut, terutama anak berkebutuhan khusus. Mereka antusias mengikuti acara ini di Plaza Tugu Kujang dan Lawang Salapan.

Ketua Pelaksana Hari Autis Sedunia Maya Rahmayanti mengatakan, dengan mengusung tema Light It Up Blue, ia mengajak semua pihak menyuarakan kepedulian kepada anak berkebutuhan khusus, dengan menyorotkan cahaya biru pada ikon Kota Hujan.

"Ada beberapa alasan kenapa warna yang digunakan adalah biru. Pertama, mengikuti warna yang digunakan sebagai simbol Hari Kepedulian Autisme sedunia, jadi seluruh dunia menggunakan kode warna yang sama," kata Maya, Bogor, Jawa Barat, Minggu (2/4/2017).

Kedua, dari tinjauan psikologi warna, warna biru memberikan efek ketenangan, melambatkan metabolisme sehingga dapat menurunkan ketegangan tubuh. Warna biru juga melambangkan stabilitas dan ketenangan.

Ketiga, kata Maya, biru memiliki gelombang frekuensi yang tinggi, kedua setelah warna violet. Dari beberapa sumber penelitian, banyak anak dengan autisme memiliki gelombang energi warna biru yang lebih dominan.

Maya mengatakan, berdasarkan survei yang dilakukan Autism & Developmental Disablities Mentoring (ADDM) Network, USA di 11 negara bagian pada tahun 2012, didapatkan data, 1 dari 68 anak yang disurvei terindikasi Autism Spectrum Disorder (ASD).

Dalam survei tersebut, jumlah anak laki-laki dengan ASD 4,5 kali lebih banyak daripada jumlah anak perempuan dengan ASD.

Sampai saat ini, menurut Maya, penyebab autis belum diketahui, dan empati masyarakat terhadap individu dengan autis juga masih kurang.

Belum Paham Mendidik Anak Autis

Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto yang turut hadir mengatakan, warga Kota Bogor masih banyak yang belum memahami cara mendidik, memperlakukan, dan membesarkan anak berkebutuhan khusus itu.

"Masih banyak pula yang tidak tahu menempatkan anak-anak tersebut di sekolah dan di lingkungannya," kata Bima.

Karena itu, kata dia, tujuan peringatan Hari Autis Sedunia untuk menyampaikan pesan kepada orangtua, khususnya yang memiliki anak autis agar bisa memastikan anak tersebut diperlakukan dan ditempatkan dengan baik.

"Ini juga jadi evaluasi kita semua untuk berkomitmen memperhatikan anak-anak istimewa ini," ujar dia.

Terkait sarana dan prasarana, kata Bima, infrastruktur, tenaga pendidik, serta sekolah bagi anak berkebutuhan khusus ini menjadi program Pemkot Bogor ke depan.

"Ini sudah sejalan dengan program Pemkot sebagai kota yang ramah anak," ujar dia.

Tak hanya itu, menurut Bima, Pemkot Bogor juga akan mendorong agar anak penyandang autis bisa diterima bekerja di perusahaan.

"Ketika proses edukasi berjalan baik, dan mereka (penyandang autis) siap masuk dunia kerja, tentunya pemkot harus siap memberikan tempat untuk mereka bekerja di suatu tempat," Bima menandaskan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini