Sukses

Warga di Gorontalo Khawatirkan Munculnya Fenomena Equinox

Prakirawan BMKG Gorontalo Fathuri mengatakan bahwa panas terik saat equinox tergantung kondisi geofrafis daerah.

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah warga di Kota Gorontalo mengaku khawatir kemungkinan adanya dampak negatif, dari peristiwa alam rutin equinox yang akan terjadi pada 20 Maret 2017.

Nuwa Abdulah, warga setempat mengaku khawatir akan isu adanya suhu meningkat tajam pada waktu terjadinya equinox, sehingga bisa mempengaruhi daya tahan tubuh.

"Gorontalo kan memang panas cuacanya, kalau terjadi equinox setahu saya akan makin panas. Takut nanti jadi sakit atau minimal sakit kepala," ujar Nuwa di Gorontalo, seperti dilansir Antara, Minggu (19/3/2017).

Karena khawatir, Nuwa bahkan berencana tidak keluar rumah pada 21 Maret mendatang, untuk menghindari dampak equinox.

Sementara warga lainnya, Nuryana menilai fenomena equinox tidak perlu dikhawatirkan, namun tetap perlu diantisipasi bila timbul dampaknya pada hari tersebut.

"Saya sih berencana pakai payung dan tabir surya saja, soalnya banyak yang bilang nanti cuaca akan panas. Tapi kalau baca-baca berita lagi, katanya tidak ada dampak berarti. Ya tetap diantisipasi saja," dia menandaskan.

Sementara, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat agar tidak perlu mengkhawatirkan dampak dari equinox sebagaimana isu yang berkembang.

Prakirawan BMKG Gorontalo Fathuri mengatakan bahwa panas terik saat equinox tergantung kondisi geofrafis daerah.

"Walaupun matahari berada diatas wilayah kita, faktor musim dan angin berpengaruh mengusir panas terik tersebut. Contohnya di daerah yang banyak angin, di wilayah dataran tinggi, dan daerah yang lagi musim hujan, panas matahari maksimum tidak terlalu berpengaruh," ujar dia.

Equinox

Equinox adalah salah satu fenomena astronomi, di mana matahari melintasi garis khatulistiwa yang terjadi dua kali dalam setahun, yaitu pada 21 Maret dan 23 September.

Saat fenomena ini berlangsung di luar bagian bumi hampir relatif sama, termasuk wilayah yang berada di subtropis bagian utara maupun selatan.

Keberadaan fenomena tersebut tidak selalu mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis, di mana rata-rata suhu maksimal di wilayah Indonesia bisa mencapai 32-36 derajat Celsius.

Equinox juga dinyatakan bukan merupakan fenomena seperti HeatWave yang terjadi di Afrika dan Timur Tengah, yang dapat mengakibatkan peningkatan suhu udara secara besar dan bertahan lama.

BMKG juga menyatakan secara umum kondisi cuaca di wilayah Indonesia cenderung masih lembab atau basah. Beberapa wilayah Indonesia saat ini sedang memasuki masa transisi atau lebih dikenal pancaroba.

Masyarakat tetap mengantisipasi kondisi cuaca yang cukup panas, dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan tetap menjaga kesehatan keluarga serta lingkungan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini