Sukses

Langkah Jokowi Bangun Citra Indonesia yang Kuat

Atas permintaan Jokowi, Kantor Staff Kepresidenan mengadakan survei untuk melihat citra Indonesia di mata WNI maupun di mata warga asing.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Indonesia tengah berupaya membangun citra nasional atau nation branding. Selama ini, nation branding yang dibuat tidak satu suara dan terkesan hanya berdasar kepentingan kementerian tertentu.

Presiden Joko Widodo atau Jokowi kemudian meminta agar Indonesia punya satu nation branding yang kuat. Tidak hanya berbicara soal slogan dan logo, tapi pembenahan seluruh aspek pendukung juga harus diperhatikan.

Terkait hal ini, Kantor Staff Kepresidenan mengadakan survei untuk melihat citra Indonesia di mata warganya maupun di mata warga asing. Berdasarkan survei tersebut, sedikitnya ada 3 hal yang harus dibenahi untuk bisa mendatangkan banyak turis ke Indonesia.

"Hasil survei, hanya 50 persen yang tahu tentang Indonesia. Kemudian hanya 26 persen yang pernah berkunjung ke Indonesia, dan hanya 5 persen responden yang berkunjung ke Indonesia secara rutin," kata Staff Ahli Keseluruhan III KSP Erik Sumartono Darmanto di Kantor KSP, Jakarta, Senin 13 Februari 2017.

Hasil survei juga memperlihatkan, kekuatan citra Indonesia di mata dunia hanya 5,2 persen, khususnya di mata turis asing. Angka ini jauh dibanding Thailand yang notabene sama-sama ASEAN yang bisa mencapai 9,4 persen.

Untuk dapat mendongkrak posisi itu, Indonesia perlu memperhatikan beberapa hal yang mempengaruhi kekuatan citra bangsa ini di mata internasional. Pertama aksesabilitas, keamanan dan stabilitas, serta populer. Terhadap 3 asfek ini, Indonesia relatif lemah.

"Indonesia cukup baik dalam hal popularitas atau buzz. Itu pun hanya rata-rata saja," imbuh Erik.

Setiap wisatawan tentu mencapai pengalaman yang unik saat bepergian. Indonesia juga punya potensi itu. Dari sisi alam dan budaya, Indonesia sudah sangat kuat. Hanya saja butuh peningkatan dari aspek wisata sejarah dan kuliner lokal.

Sikap penduduk Indonesia juga sudah cukup baik terhadap wisatawan asing. Tapi, perlu peningkatan kompetensi terutama bagi mereka yang bertindak sebagai pemandu wisata

"Berwisata ke Indonesia dinilai sepadan antara biaya yang dikeluarkan dengan pengalaman yang didapat Selama perjalanan berlangsung," ucap Erik.

Survei sendiri dilakukan terhadap 7.610 respondens dengan wawancara kuantitatif, 490 interaksi kualitas, 26 wawancara dengan pemangku kepentingan di 16 negara termasuk Indonesia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini