Sukses

Arab Saudi Tegaskan Ancaman Skorsing Haji karena Ahok Adalah Hoax

Pemerintah Arab Saudi menyatakan ancaman skorsing pengiriman calon jamaah haji bila Ahok tidak dihukum adalah hoax atau berita bohong.

Liputan6.com, Jakarta - Pesan berantai berisi ancaman pemerintah Arab Saudi menskorsing pengiriman calon jemaah haji bila Ahok tidak dihukum berat dalam kasus dugaan penistaan agama beredar viral. Namun, pemerintah Arab Saudi menyatakan pesan berantai itu adalah hoax atau berita bohong.

"Guna menanggapi berita hoax yang beredar seputar pernyataan di atas, Kedubes Saudi Arabia di Jakarta sekali lagi menegaskan bahwa berita tersebut adalah hoax," ujar Kepala Biro Media Kedutaan Besar Saudi Arabia untuk Indonesia Ahmad Suryana di Jakarta, Sabtu (11/2/2017).

Pesan hoax yang beredar tersebut menyebutkan bahwa Kerajaan Arab Saudi memantau terus kasus dugaan penistaan agama dengan terdakwa Ahok. Dalam pesan hoax itu juga terdapat ultimatum dari Kerajaan Arab Saudi untuk pemerintah Indonesia.

Ultimatum yang tertulis dalam pesan hoax itu menyebutkan, "bila HASIL KEPUTUSAN tidak memberikan EFEK JERA, maka pemerintah Saudi akan melakukan skorsing pada jemaah haji asal Indonesia hingga dua musim berikutnya."

Penyebar Hoax Terancam Pidana

Polisi telah menyatakan tidak segan-segan menindak penyebar hoax yang bisa membuat kekacauan di masa tenang pilkada.

"Ya memang, dalam kehidupan demokrasi kita juga enggak mau hantam kromo. Tapi yang jelas kalau melewati batas dan arahnya merusak kita pidana," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Rikwanto.

Rikwanto mengaku pihaknya sudah memetakan atau memantau akun-akun mana saja yang seringkali menyebarkan hoax dan berpotensi merusak masa tenang pilkada. Namun polisi tentunya akan memilah-milah dalam mengambil tindakan.

"Tentu kita tidak gegabah atau bekerja hanya berdasar UU ITE saja. Kalau itu separuhnya (di medsos) bisa dipenjara itu. Kita pilah-pilah betul lah pastinya. Ada buzzer memang dan sudah dipetakan dan itu jadi industri menghasilkan kita lihat ya," tambah Rikwanto.

Dia menerangkan, saat ini hoax yang beredar di medsos atau pesan berantai kebanyakan ada dua latar belakang. Yang pertama hoax itu dibuat dari pelintiran berita sebenarnya. Yang kedua, hoax seringkali muncul dari berita yang dibuat-buat tanpa konfirmasi dan seringkali melakukan pencatutan nama.

"Banyak sekali hoax. Hoax ada dua, yaitu berita benar dipelintir dan berita yang memang dibuat-buat. Ya, mereka tujuannya bisa menimbulkan kekacauan atau senang-senang saja," Rikwanto menandaskan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.