Sukses

AS Peringatkan Korut

AS memperingatkan Korea Utara, agar menahan diri dari "tindakan-tindakan yang bisa meningkatkan ketegangan" di tengah kekhawatiran Pyongyang yang kemungkinan sedang mempersiapkan pengujian rudal baru.

Liputan6.com, Washington: Amerika Serikat memperingatkan Korea Utara, agar menahan diri dari "tindakan-tindakan yang bisa meningkatkan ketegangan" di tengah kekhawatiran Pyongyang yang kemungkinan sedang mempersiapkan pengujian rudal baru. Demikian dikatakan juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Philip Crowley di Washington, AS, Jumat (25/6)

Crowley mengatakan, Washington mengetahui pengumuman Korea Utara mengenai deklarasi zona "dilarang berlayar" selama sembilan hari di lepas pantai barat negara itu, yang di masa silam mengisyaratkan akan dilakukan pengujian rudal. "Kami akan tidak senang melihat Korea Utara melakukan babak lain peluncuran rudal," tambahnya.

Kementerian Pertahanan Korea Selatan menyatakan, mereka yakin bahwa deklarasi zona "dilarang berlayar" itu berkaitan dengan latihan artileri reguler Korea Utara. Seoul mengkaji, katanya, kemungkinan Pyongyang sedang bersiap-siap mengujitembakkan rudal jarak dekat.

Kekhawatiran terakhir AS itu disampaikan pada peringatan meletusnya Perang Korea 60 tahun lalu. Crowley tidak bersedia menjelaskan secara terinci kekhawatiran AS dengan mengatakan, hal itu menyangkut permasalahan intelijen.

Ketegangan meningkat sejak tenggelamnya sebuah kapal perang Korea Selatan, Cheonan, pada 26 Maret, yang disebut-sebut ditorpedo kapal selam Korea Utara. Pekan lalu, Dewan Keamanan PBB mengungkapkan keprihatinan atas tragedi yang menewaskan 46 orang itu. DK PBB tidak menyebutkan siapa pelakunya.

Hubungan antara kedua negara Korea itu memanas akhir-akhir ini terkait  tenggelamnya kapal Korea Selatan itu. Jumat (4/6), Duta Besar Korea Selatan untuk PBB Park In-kook menyerahkan surat keluhan soal penyerangan itu kepada Dubes Meksiko Claude Heller, yang bulan ini menjadi presiden DK yang beranggotakan 15 negara.

Dalam sebuah pernyataan singkat kepada wartawan, Park tidak memberikan penjelasan terinci mengenai apa yang Seoul ingin DK PBB lakukan atau kapan mereka menghendaki sebuah pertemuan. "Kami ingin DK melakukan tindakan yang sesuai dengan gentingnya situasi," katanya.

Penyelidik internasional pada 20 Mei mengumumkan hasil temuan mereka yang menunjukkan bahwa sebuah kapal selam Korea Utara menembakkan torpedo berat, untuk menenggelamkan kapal perang Korea Selatan itu. Seoul menyebutnya sebagai tindakan agresi paling serius yang dilakukan Pyongyang sejak perang Korea 60 tahun lalu.

Korea Selatan mengumumkan serangkaian pembalasan yang mencakup pemangkasan perdagangan dengan negara komunis tetangganya itu. Sebaliknya, Korea Utara membantah terlibat dalam insiden tersebut dan membalas tindakan Korea Selatan itu dengan ancaman-ancaman perang.

Seorang diplomat Korea Utara mengatakan, ketegangan di semenanjung Korea setelah tenggelamnya kapal perang Korea Selatan begitu tinggi sehingga "perang bisa meletus setiap saat". Dalam pernyataan pada Konferensi Internasional mengenai Perlucutan Senjata, wakil utusan tetap Korea Utara untuk PBB di Jenewa, Ri Jang-Gon menyalahkan "situasi buruk" itu kepada Korea Selatan dan AS.

Kedua negara Korea itu tidak pernah mencapai sebuah perjanjian pedamaian sejak perang 1950-1953 dan hanya bergantung pada gencatan senjata era Perang Dingin.(ANT/SHA)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.