Sukses

Sigma: Sejumlah Isu Penting Tak Terjawab di Debat Cagub DKI

Terlewatnya tanggapan atau jawaban paslon bisa disebabkan beberapa faktor.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Eksekutif Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) Said Salahudin menyayangkan sejumlah isu yang berkembang selama debat calon Gubernur DKI Jakarta tidak direspons oleh pasangan calon (paslon).

"Pada sesi saling menanggapi dan saling bertanya antar pasangan calon, misalnya, beberapa hal yang pada tingkat tertentu penting untuk ditanggapi atau dijawab oleh para paslon justru terlewatkan," ujar Said Salahudin di Jakarta, Senin, 16 Januari 2017.

Padahal, ujar pemerhati kepemiluan tersebut, penjelasan dan klarifikasi paslon atas hal itu dapat menjadi informasi yang penting bagi pemilih untuk menilai kelebihan dan kekurangan masing-masing paslon.

Ia mengatakan terlewatnya tanggapan atau jawaban paslon bisa disebabkan faktor ketidaksengajaan, seperti alpa atau terbatasnya waktu, tetapi bisa juga karena faktor kesengajaan.

Maksudnya, ujar aktivis 98 itu, secara sadar paslon sengaja tidak mau menanggapi atau menjawab isu yang berkembang dalam debat sebagai strategi untuk menutupi kelemahannya.

"Ada beberapa hal yang luput ditanggapi atau dijawab oleh peserta debat yang jumlahnya bervariasi pada tiap-tiap paslon. Tetapi di sini saya coba menunjukkan dua hal saja dari masing-masing paslon," kata Said seperti dikutip dari Antara.

Paslon nomor satu ketika itu tidak menjawab pertanyaan paslon dua yang menanyakan tentang bagaimana mengelola dana Rp 1 miliar RT/RW supaya mereka bisa mempertanggungjawabkan dana tersebut dan tidak masuk penjara.

Ia mengatakan substansi pertanyaan paslon dua sebetulnya terkait dengan cara atau metode dari paslon satu untuk mengantisipasi agar tidak muncul penyimpangan dalam pengelolaan anggaran tersebut.

"Sayangnya, walaupun paslon satu memberikan jawaban, tetapi substansi pertanyaan mengenai 'metode' dimaksud tidak dijabarkan oleh paslon satu," kata Said.

Padahal, uraian mengenai metode dimaksud cukup penting disampaikan agar calon pemilih bisa mengukur peluang keberhasilan dari program yang ditawarkan paslon 1 itu.

"Walaupun program itu sudah pernah dibantah jauh-jauh hari oleh paslon satu dengan mengatakan bahwa mereka tidak pernah menggagas program tersebut, tetapi pada sesi debat klarifikasi mengenai hal itu tidak disampaikan oleh paslon satu," ujar pengamat politik tersebut.

Padahal, penjelasan dari paslon satu penting disampaikan agar calon pemilih bisa mengerti bahwa program tersebut hanyalah berupa isu yang tidak dapat dimintakan pertanggungjawaban seandainya paslon satu menang dalam pilkada.

Paslon dua tidak menjawab pertanyaan paslon satu yang menanyakan tentang bagaimana perasaan mereka selaku pengambil kebijakan, ketika melihat kehidupan warga semakin sulit.

"Pertanyaan paslon satu ini berlatar derita dan nestapa warga korban penggusuran akibat kebijakan dari paslon dua, seperti tergambar dalam film Jakarta Unfair," kata dia.

Atas pertanyaan itu, paslon dua memang memberikan jawaban, tetapi substansi pertanyaan paslon satu mengenai "perasaan" atau reaksi batin mereka melihat derita dan nestapa warga korban penggusuran tidak diungkapkan.

Padahal, lanjut dia, sebagai calon pemimpin, ada baiknya jika paslon petahana mau menunjukkan sekadar rasa empatinya kepada warga yang menjadi korban dari kebijakan yang mereka buat sebelumnya.

Paslon tiga tidak menanggapi pernyataan paslon dua yang menyatakan bahwa calon gubernur dari paslon tiga pernah menolak memasukkan pendidikan antinarkoba dalam kurikulum ketika menjabat sebagai Mendikbud.

Pernyataan paslon dua itu sebetulnya penting ditanggapi, sebab calon pemilih perlu mengukur komitmen paslon tiga terhadap upaya pemberantasan narkoba. Sebab, salah satu komitmen paslon tiga pada sesi debat adalah memberantas narkoba.

"Walaupun pascadebat pernyataan paslon dua dibantah oleh paslon tiga, tetapi penyampaian klarifikasi di luar forum debat tentu berbeda nilai dan jangkauan pengaruhya dengan pelurusan masalah yang disampaikan di luar acara debat," kata dia.

Kedua, paslon tiga juga tidak merespons secara tegas pernyataan paslon dua yang pada intinya menyatakan mereka hanya bisa berteori tanpa bisa melakukan aksi dalam soal pembangunan.

"Jawaban memang diberikan oleh paslon tiga, tetapi terkait dengan substansi pernyataan bahwa mereka hanya bisa berbicara atau berteori saja tidak direspons secara clear oleh paslon tiga," kata dia.

Walaupun pernyataan paslon 2 itu sebetulnya bukan soal yang berat, sebab hanya menyangkut kritik yang lazim dilontarkan oleh paslon petahana kepada kompetirornya yang belum pernah menjabat, tetapi hal itu ada baiknya untuk diklarifikasi.

"Calon pemilih tentu perlu memastikan paslon yang akan dipilih nantinya tidak hanya mampu berteori, tetapi juga dapat memberikan gambaran yang kongkret mengenai prospek keberhasilan dari program yang paslon tawarkan kepada mereka," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.