Sukses

Pencemaran Laut di Indonesia Masih Tinggi

Kerugian akibat pencemaran adalah tangkapan nelayan yang menurun drastis. Para petambak udang dan bandeng juga kerap gagal panen, serta berkurangnya wisatawan karena pantai menjadi kotor dan bau bangkai ikan.

Liputan6.com, Padang: Tingkat pencemaran lingkungan laut Indonesia masih tinggi. Ini ditandai dengan terjadinya eutrofikasi atau meningkatnya jumlah nutrisi disebabkan oleh polutan. "Nutrisi yang berlebihan umumnya berasal dari limbah industri dan deterjen," kata Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kelautan dan Perikanan (Pusdatin KKP) Soen'an H. Poernomo, Ahad (16/5).

Menurut Soen'an, kasus pencemaran di lingkungan laut antara lain terjadi di muara sungai, seperti di Teluk Jakarta tahun 1992, 1994, 1997, 2004, 2005, dan 2006. Di Ambon juga terjadi pada tahun 1994 dan 1997. Lalu di Perairan Cirebon-Indramayu tahun 2006 dan 2007, Selat Bali dan muara sungai di Bali Timur tahun 1994, 1998, 2003, dan 2007. Meski kerap terjadi, inventarisasi kasus ini masih belum terdata dengan baik, termasuk kerugian yang dialami.

Secara umum, kata Soen'an, kerugian secara ekonomi akibat pencemaran adalah tangkapan nelayan yang menurun drastis. Para petambak udang dan bandeng juga kerap gagal panen, serta berkurangnya wisatawan karena pantai menjadi kotor dan bau bangkai ikan.(ANT/ULF)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.