Sukses

Pulau Larat, Tapal Batas Indonesia-Australia

Pulau Larat turut menjadi bagian dari 92 pulau yang terletak di garda terdepan Nusantara. di pulau ini terdapat titik dasar batas wilayah laut teritorial Indonesia dan Australia.

Liputan6.com, Maluku Tenggara Barat: Pernah dengar nama Pulau Larat? Sebagai informasi bila belum, di pulau ini terdapat titik dasar batas wilayah laut teritorial Indonesia dan Australia. Lantaran itulah, Pulau Larat turut menjadi bagian dari 92 pulau yang terletak di garda terdepan Nusantara.

Menurut catatan Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional yang dilansir di akhir April silam, secara administratif pulau kecil dengan luas tak lebih dari 6.875 hektare itu adalah daratan utama dari Kecamatan Tanimbar Utara, Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB).

Pulau Larat hanya dapat ditempuh melalui jalur laut, baik dari Ibu Kota MTB, Saumlaki, maupun kapal laut perintis dari Surabaya, Jawa Timur. Khusus dari Saumlaki, terdapat dua perahu motor yang berkapasitas 20 dan 50 penumpang. Waktu tempuh antara Saumlaki-Larat sekitar 4-5 jam, tergantung cuaca di pesisir laut Pulau Yamdena, yang merupakan wilayah laut terbuka.

Larat adalah satu dari sejumlah pulau-pulau kecil di Maluku yang indah. Pulau ini merupakan hasil dari bentukan karang, sehingga nampak datar dengan topografi yang tidak terlalu bergelombang. Dari asal namanya cukup menjelaskan, jika Larat dilihat dari laut nampak seperti suatu hamparan tanah datar yang memancarkan cahaya. Larat diadopsi dari kata Larit yang berarti cahaya. Bukan hanya cahaya dalam arti sebenarnya, tetapi juga cahaya kehidupan bagi masyarakat di Tanimbar.

Pulau Larat sempat memiliki satu bandar udara yang berukuran hampir sama besar dengan Bandara Olilit, di Saumlaki. Namun sayang, tak ada satu pun penerbangan yang singgah di Larat. Menurut Camat Tanimbar Utara J.J. Keiwulan, dulu ada penerbangan pesawat Merpati ke Larat. Namun, belakangan jalur penerbangan seolah ditutup dan tak ada lagi hingga sekarang.

Meskipun hanya dapat dijangkau melalui laut, Keiwulan menganggap wilayahnya bukan kawasan terisolir. Di setiap desa memiliki potensi terutama sumberdaya alamnya, dan dapat diakses baik melalui darat maupun laut.

Kawasan penting di pulau ini terletak di bagian tengah pulau, yakni berjarak sekitar 17 kilometer dari Kota Larat. Topografi kawasan ini bergelombang sampai berbukit rendah. Penduduknya lebih banyak tersebar di wilayah pesisir barat, utara, dan timur. Sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani peladang, nelayan, serta beternak sebagai sambilan. Jenis tanaman komoditi utama adalah kelapa, kopi, kapuk, dan jambu mete.

Jangan pula membayangkan jika Anda dapat melakukan komunikasi melalui telepon seluler seleluasa di Jawa. Penggunaan telepon seluler hanya dapat dilakukan di sekitar kantor kecamatan. Itupun hanya ada satu penyedia jasa layanan telepon seluler yang mampu menembus kebuntuan komunikasi di Larat. Meskipun demikian, masih ada beberapa warung telekomunikasi yang dapat menghubungkan warga Larat dengan wilayah lain di Indonesia.

Komoditas utama di Larat saat ini adalah rumput laut. Rumput laut menjadi primadona di pulau berbentuk menyerupai bumerang tersebut. Di setiap rumah di setiap desa di Larat, banyak ditemui hasil panen rumput laut. Bahkan untuk berbudidaya rumput laut mereka tak segan-segan memasangnya di sepanjang jalur pelayaran Saumlaki-Larat. Jadi, bisa dibayangkan saat perahu-perahu motor masuk ke Selat Larat dengan ekstra hati-hati agar tak tersangkut tali-tali tempat rumput laut berkembang biak.

Rumput laut yang dikenalkan Pemerintah Kabupaten MTB sekitar dua tahun lampau, secara perlahan telah menggeser kopra. Rumput laut sangat menjanjikan bagi masyrakat Larat, karena dapat dipanen setiap bulan, dan harganya pun menggiurkan jika dibandingkan kopra. Harga rumput laut di Larat mencapai Rp 9.000 per kilogram.(Bakosurtanal/EPN)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.