Sukses

Striptease, Tarian nan Menggoda

Denyut nadi aktivitas kota besar seakan tak pernah berhenti. Pekatnya malam dihiasi taburan lampu berwarna-warni, aroma minuman keras, hentakan musik, dan penari erotis!

Liputan6.com, Bandung: Goyangan seksi yang biasa disebut tari erotis senantiasa menggugah hasrat. Pesta yang melibatkan penari erotis kerap digelar di hotel, klub malam, atau ruangan karaoke yang disewa secara khusus. Sejumlah kota besar menghidangkan sensasi-sensasi bagi kaum hedonisme itu.

Kota Paris Van Java, Bandung, Jawa Barat, misalnya. Di balik ketenangannya, ternyata menyimpan cerita menarik. Di beberapa kamar kos mewah, rumah warga, atau apartemen, sering digelar pesta bertema tarian erotis. Penasaran dengan pesta meriah ala stripter?

Tim SIGI SCTV yang menelusuri Kota Kembang mendapat nomor telepon seorang wanita yang bisa disewa. Sebut saja namanya Putri.

Bagi Putri yang masih kuliah tingkat akhir di sebuah universitas, kesulitan ekonomi menjadi faktor utamanya menjadi sexy dancer. Ia memperoleh pendapatan Rp 500 ribu per setengah jam. Jumlah itu belum termasuk tip dari penonton.

Suatu malam, dengan langkah pasti, Putri melenggang ke kamar apartemen yang sudah disewa. Perkenalan dimulai dengan tanya-jawab ringan. Tak berapa lama, perempuan muda itu mulai meliuk dengan goyang yang sensual. Perlahan-lahan, pakaiannya dilucuti seirama dengan hentakan lagu. Akhirnya, tidak ada sehelai benang pun menempel di tubuhnya.

Jika menyewa apartemen dirasa mahal, para pemburu kesenangan biasa mencari sexy dancer di klub yang menyajikan pertunjukan private. Salah satunya, Kafe Bell Air di kawasan Pasir Kaliki.

Kafe itu menyajikan tarian erotis pada malam pergantian tahun kemarin. Alhasil, protes masyarakat membuat kafe itu sempat disegel untuk sementara waktu. Pro dan kontra tentang keberadaannya membuat pejabat daerah setempat turun tangan.

Hukum membidik para penari dengan dua pasal sekaligus, yaitu pasal 34 Undang-undang nomor 44 tentang Pornografi dan pasal 282 KUHP. Pernah, 10 penari erotis yang sedang tampil di kawasan Tamansari, Jakarta Barat, ditangkap polisi. Mereka termasuk dalam usia sekolah. Enam striper yang nekat unjuk kebolehan saat Bulan Ramadhan juga mengalami nasib serupa.

Namun tidak semua kalangan menyikapi kasus striptis itu secara kontra. Lembaga Bantuan Hukum Bandung punya sudut pandang berbeda. "Kasus pornografi yang terjadi haruslah dikaitkan dengan faktor ekonomi yang mendesak. Tarik ulur solusi striptis inilah yang masih melilit sejumlah pihak terkait," katanya.

Efektifkah?

Yang pasti, langkah itu diharapkan mampu mengurangi secara perlahan upaya menempatkan perempuan bukan sebagai pelaku serta pesakitan.(OMI/SHA)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.