Sukses

JK: Gaji Rendah, WNA Sulit Jadi Pekerja Kasar di Indonesia

Gaji pekerja kasar di Indonesia tidak besar. Bila mau dibandingkan justru lebih besar bekerja di negara asal mereka.

Liputan6.com, Jakarta - Kabar kedatangan 10 juta pekerja asal China ke Indonesia terus berkembang. Hal ini dinilai cukup aneh terlebih gaji pekerja di Indonesia tidak sebesar di negara asal mereka.

Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai, tidak mudah bagi warga negara asing bekerja kasar di Indonesia. Terlebih gaji pekerja kasar di Indonesia tidak besar. Bila mau dibandingkan justru lebih besar bekerja di negara asal mereka.

"Tidak mudahlah negara lain itu datang ke Indonesia kalau hanya bekerja kasar, bekerja biasa. Kenapa? gaji kita di sini kalau pekerja-pekerja itu katakanlah Rp 2 juta, Rp 3 juta. Sedangkan di China contohnya gaji minimum itu sekitar Rp 4,5 juta sampai Rp 5 juta. Jadi tidak mudah itu sebenarnya orang bekerja di Indonesia," jelas JK di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (23/12/2016).

Contoh lain dapat dilihat pada pengungsi yang ada di Indonesia. Para pengungsi asal Myanmar, Bangladesh, Afghanistan, dan beberapa negara lainnya datang ke Indonesia karena terpaksa singgah. Sebab, tujuan utamanya ke Australia.

"Jadi hampir-hampir orang, tidak ada orang pekerja itu mau datang ke Indonesia, karena gaji murah di sini. Pekerja itu selalu datang dari gaji murah ke gaji mahal. Tidak ada orang datang berniat dari gaji mahal ke gaji murah, itu hukumnya itu," imbuh JK.

Saat ini memang ada pekerja asal China yang bekerja di Indonesia. Mereka lebih banyak bekerja di sektor infrastuktur dan kelistrikan. Pekerja yang didatangkan juga tenaga ahli bukan pekerja kasar. Tenaga ahli ini didatangkan untuk mengoperasikan teknologi yang digunakan sambil memberi pelatihan kepada tenaga ahli Indonesia.

"Kalau melatih dulu baru bekerja kapan itu selesainya, listrik itu contohnya. Maka yang paling banyak itu yang bekerja di listrik sebenarnya, kontraktor. Karena apalagi proyek listrik itu terima bersih. Karena tidak mudah, petunjuknya, enginer-nya orang China. Orang Bugis melihat bahasa China bagaimana caranya bekerja," JK memungkas.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.