Sukses

Polri Tepis Kabar Pengalihan Isu di Balik Penangkapan Teroris

Polri ingatkan bahaya terorisme mengancam jiwa semua orang.

Liputan6.com, Jakarta Isu tidak sedap menghampiri Polri. Berembus kabar penangkapan para teroris akhir-akhir ini adalah sebagai bentuk pengalihan isu yang tengah disorot masyarakat. Benarkah demikian?

Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar menyayangkan isu yang menerpa Korps Bhayangkara tersebut.

"Ada beberapa pihak yang kemungkinan menyampaikan ini adalah pengalihan isu. Ini adalah bagian dari klarifikasi kita. Jadi ini tidak ada niatan untuk pengalihan isu," ujar Boy di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Kamis (15/12/2016).

Menurut Boy, apa yang dibeberkan Polri dalam pengungkapan aksi teror adalah fakta yang ada. "Bom bukan rekayasa, tapi mereka buat sebagai kejahatan secara global," ujar Boy.

Pengungkapan sel-sel dan jaringan teroris, kata mantan Kapolda Banten ini, adalah bentuk kerja keras intelijen dalam upaya pencegahan aksi teror.

"Masyarakat jangan terkecoh yang menyebutkan pengalihan isu. Karena paham ISIS nyata terjadi dan berpengaruh signifikan berkaitan dengan keamanan dunia, termasuk Indonesia," Boy menegaskan.

Paham ISIS saat ini menjadi musuh bersama. Di Asia Tenggara, paham ini bercokol di Filipina Selatan. Ancaman ISIS sudah menjadi isu pertahanan nasional.

"Kita sampaikan ini jadi perhatian bersama dan kewaspadaan nasional terhadap mereka yang menyebarkan paham dan lakukan aksi nyata, yang membahayakan orang yang ada,"  ujar Boy.

"Jangan sampai dengan penilaian pengalihan isu, kita lemah dengan fakta ini," Boy menambahkan.

10 Tersangka Bom Panci

Berdasarkan hasil pengembangan penyidikan pengungkapan kasus bom panci di Bekasi, Densus 88/Antiteror menangkap 10 orang dengan peran masing-masing.

"Setidaknya ada 10 yang sudah diamankan yang teridentifikasi dalam satu jaringan. Di mana sel-sel baru ini merupakan sel dari Bahrun Naim dan beberapa tokoh-tokoh yang tergabung dalam JAD (Jamaah Ansharut Daulah) di Suriah seperti Bahrunaim, Bahrun Syam, Abu Whalid alias Syaifudin yang terakhir informasinya merupakan mereka yang mendapatkan tugas di Asia Tenggara berbasis di Filiphina Selatan," kata Boy

Adapun 10 orang tersebut adalah, Muhammad Nur Solihin alias Abu Ghurob Alias Abu Abdullah bin Burhadi (26), yang merupakan tokoh pimpinan sel yang juga melakukan perekrutan langsung Dian Yulia Novi yang merupakan calon 'pengantin'.

"Termasuk teridentifikasi menerima transfer uang. Jadi transfer ini dari luar negeri dari Bahrun Naim," Boy membeberkan.

Tersangka selanjutnya adalah Agus Supriyadi alias Agus bin Panut Harjo Sudarmo (36). Dia berperan membawa bahan peledak dari tempat asalnya di Jawa Tengah ke Jakarta.

"Termasuk menyiapkan sarana transprotasi dan menyimpan di kontrakannya Dian bersama Nur Solihin," ujar Boy.

Ada pula Suyanto alias Abu Iza alias Abu Daroini bin Harjo Suwito (40), berperan penyedia  rumahnya yang dijadikan sebagai tempat perakitan bom.

Kemudian tersangka khafid bin Antoni alias Toni bin Rifai laki-laki (22) yang masih mengenyam bangku kuliah ini berperan penting  membuat bahan peledak di rumahnya di Ngawi dari panduan Bahrun Naim dari jarak jauh. "Merakit bom bersama, intens komunikasi dengan BN," kata dia.

Adapun peran Wawan Prasetyawan alias Abu Umar bin Sakiman (24), adalah sebagai berinisiatif menyimpan bahan peledak dan komponen bom yang dirakit oleh Nur Solihin, dengan memindahkan dari kantor Azam Dakwah Centre (ADC) dan dibawa pulang ke rumahnya.

Tersangka Dian Yulia Novi alias Ayatul Nissa Binti Asnawi (27), berperan sebagai calon 'pengantin'.

"Bersama mencari kontrakan dengan Nur Solihin mencari save house mereka di bilangan Bintara Jaya Bekasi. Termasuk pernah tercatat menerima uang dari Bahrun Naim melalui Nur Solihin untuk biaya kontrakan dan sebagainya biaya harian," Boy mengungkapkan.

Tersangka lain, Arida Putri Maharani binti Winarso (25), dianggap mengetahui tentang rencana pembuatan bom. "Dia juga fasilitator menerima dana dalam rangka pembuatan bom," kata Boy.

Rangkain penangkapan terus dilakukan. Dari tersangka Wawan Densus 88 menangkap Imam Syafii (33), Sumarno (44), dan Sunarto (30). "Keterlibatan pelaku teror di Candi Resto Solo, 3 Desember lalu. Ketiganya sudah dibawa dan masih dalam pemeriksaan," kata Boy.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.