Sukses

Bukan Penjara, Inikah yang Dikhawatirkan Ahok Saat Menangis?

Ahok menangis saat membacakan nota keberatan di sidang perdananya di Pengadilan Negeri Jakarta Utara.

Liputan6.com, Jakarta Gubernur DKI Jakarta nonaktif, ‎Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sudah menjalani sidang perdana kasus dugaan penistaan agama di Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Dalam sidang perdana itu, Ahok juga mengajukan nota keberatan atas dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU).

Guru Besar Universitas Indonesia, Sulistyowati Irianto, melihat sosok Ahok selama ini telah menunjukkan sikap sebagai nasionalis tulen. Sebab, selama ini dia tak asal omong. Ahok berkomitmen dengan tugas dan kewajibannya sebagai Gubernur DKI Jakarta.

"Jadi Ahok itu identitasnya Indonesia betul, nasionalis betul dan track record-nya mau menyejahterakan warga itu tidak asal ngomong‎," ujar Sulistyowati saat dihubungi di Jakarta, Rabu 14 Desember 2016.

Selain itu, kata dia, Ahok juga berani mengikuti proses hukum yang menjeratnya. Karena itu, tidak heran bila Ahok tidak takut dipenjara akibat kasus dugaan penistaan agama ini. Yang dikhawatirkan Ahok, kata dia, justru takut dianggap menghina anggota keluarganya yang beragam Islam.

"Dia tidak takut dipenjara, tetapi dia takut dianggap menistakan keluarga Islamnya. Dia bukan nangis karena dipenjara, karena takut menistakan keluarganya sendiri. Itu kan sesuatu personaliti, karakter yang luar biasa," kata dia.

Sulistyowati menilai ketika Ahok menangis saat membacakan nota keberatan, di sanalah dapat terlihat kejujuran Ahok. Pembelaan itu menceritakan tentang sejarah kehidupannya sedari kecil dan sangat dekat dengan orang-orang beragama Islam di sekitarnya.

"Bagi saya itu pembelaan yang sangat jujur ya. Tentang bagaimana sejarah kehidupannya dia sejak dari kecil. Banyak orang baru tahu, bahwa dia itu ternyata sangat dekat dengan keluarga-keluarganya yang Muslim. Ini begitu suprise, bahwa dia dekat dengan orang-orang yang dari keluarga Muslim yang cukup dihormati masyarakat," ucap dia.

Bahkan dia melihat, sidang perdana itu malah menjadi momen tersendiri. Ahok justru mendapat banyak simpati yang sesungguhnya dari masyarakat usai persidangan itu.

"Semakin dia di-bully, semakin dia mendapat simpati luar biasa dari orang-orang lintas agama juga. Buktinya banyak orang datang ke Rumah Lembang atas inisiatif sendiri," kata Sulistyowati.

Sebagai ahli antropologi hukum, Sulistyowati juga melihat kasus dugaan penistaan agama ini banyak kejanggalan dalam prosesnya. Mulai dari penyelidikan, pelimpahan kasus sampai persidangan.

"Masyarakat ini sudah mulai melihat bagaimana hukum negara itu tidak adil bagi Ahok. Dari proses penyelidikan, penyidikan. Bahkan gelar perkara di-voting. Mana ada di-voting kan?" tandas Sulistyowati.‎

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.