Sukses

Polisi: Bomber di Gereja Samarinda Rakit Molotov Selama 3 Hari

Pelaku mampu merakit bom secara mandiri setelah ikut dalam konflik Aceh selama tahun 2009-2011.

Liputan6.com, Jakarta Seorang pelaku melakukan teror di Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Selatan. Lelaki bernama Juhanda itu melempar bom molotov ke arah parkiran gereja hingga membuat sejumlah orang terluka bahkan balita Intan meninggal dunia.

Menurut Kadiv Humas Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar, pelaku tidak membutuhkan waktu lama dalam mempersiapkan aksinya itu. Dia merakit bom molotov di kediamannya.

"Pelaku merakit di rumahnya di belakang masjid tanpa nama di Jalan Cipto Mangunkusumo. Dilakukan sendiri selama 3 hari. Setelah bom dirakit, pada Hari Minggu tanggal 13 yang bersangkutan mendatangi TKP kemudian melemparkan bom tersebut di halaman rumah ibadah," ujar Boy di Mabes Polri, Jakarta, Senin (14/11/2016).

Juhanda mampu merakit bom secara mandiri setelah ikut dalam konflik Aceh selama tahun 2009-2011. Boy menyebut, Juhanda ikut kelompok Dul Matin dalam kecamuk Aceh.

"Bahan-bahan yang digunakan dalam merakit bom adalah pupuk, belerang, arang, cuka, alkohol 70 persen. Bahan-bahan tersebut umumnya bisa didapat di pasaran," kata Boy.

15 Orang sudah dimintai keterangan, mereka bakal ditahan selama 7X24 jam untuk diperiksa sebelum ditetapkan sebagai tersangka. Apalagi menurut Boy, ke 15 orang ini memiliki keterlibatan dengan Juhanda. Sebab dari kediaman pelaku, polisi menyita beberapa dokumen yang berhubungan dengan rencana aksi teror tersebut.

"Di rumah milik Joko, rekan pelaku di Lowajana Indah Blok VV Jo 13 kami geledah. Hasilnya didapatkan laptop, HP, dokumen, dan lainnya," jelas Boy.

Barang-barang itu masih diperiksa Densus 88, dari telepon seluler itu polisi bakal melacak percakapan telepon dan mendalami dokumen-dokumen tersebut.

Juhanda, peneror itu sempat melarikan diri usai melempar bom ke gereja. Dia menceburkan diri ke dalam sungai hingga warga mengejar dan menangkapnya.

Akibat serangan itu, seorang balita bernama Intan 2,5 tahun meninggal dunia akibat infeksi pernapasan dan luka bakar serius. Ia tak mampu bertahan setelah sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Abdil Wahab Sjahranie, Samarinda.

Tiga korban lainnya masih dalam perawatan intensif. Serangan bom itu terjadi saat jamaat gereja akan mengakhiri ibadah mereka. Sementara anak-anak tengah bermain di pelataran parkir, empat orang terluka, satu meninggal dunia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini