Sukses

Tarian Perdamaian dari Penari 14 Negara Memukau WCF

Memayu Hayuning Bawono, tarian yang dipersembahkan oleh 156 penari yang berasal dari 14 negara.

Liputan6.com, Nusa Dua Memayu Hayuning Bawono, tarian yang dipersembahkan oleh 156 penari yang berasal dari 14 negara memukau penonton di  malam Gala Dinner World Culture Forum (WCF) 2016 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC).

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan, keharmonisan tercermin dalam gerak kolaborasi 156 penari.

"Sangat bagus. Luar biasa dan ini adalah kolaborasi yang dibentuk dalam waktu singkat," ungkap Muhadjir di Bali, Rabu 12 Oktober 2016 malam.

Ia juga mengapresiasi Bimo Wiwohatmo sebagai koreografer dari tari yang memiliki pesan perdamaian ini. Dia mampu membangun penampilan yang mencerminkan keharmonisan.

 

 Memayu Hayuning Bawono, tarian yang dipersembahkan oleh 156 penari yang berasal dari 14 negara memukau penonton

 

"Tarian ini membawa semangat multikultural dengan baik dan di dalamnya terdapat simbol keberlanjutan. Tidak hanya tariannya, pertunjukan tari tersebut juga berhasil mengharmoniskan antara teknologi dan seni. Teknik pencahayaan juga bagus, sangat mendukung pertunjukannya," tukas Muhadjir.

Sementara itu, koreografer tari Memayu Hayuning Bawono, Bimo Wiwohatmo meyakini bahwa sesungguhnya satu gerakan bersifat universal. Seperti ketika orang berjalan, kata Bimo, memang bisa berjalan dengan gaya masing-masing, tapi tidak ada masalah jika tempo dan teknik geraknya disamakan.

"Ada sesuatu yang baru dalam multigerak yang mereka tampilkan, ada pengalaman baru buat mereka. Seperti gerak terakhir dalam sangkakala, itu adalah kebersatuan, kebersamaan dalam simbol lingkaran yang tidak ada ujung dan pangkalnya," papar Bimo.

Tarian itu juga bermakna bahwa umat manusia di seluruh bumi adalah sama. Tak ada pengkotak-kotakan. Sebab, kata dia, Pengkotakan itu hanya sebuah nama.

 

Memayu Hayuning Bawono, tarian yang dipersembahkan oleh 156 penari yang berasal dari 14 negara memukau penonton

 

Sementara menurut Bimo ada banyak tantangan dalam membuat tarian Memayu Hayuning Bawono, salah satunya adalah bahasa.

"Tantangan terbesar untuk membuat koreografi tersebut adalah masalah bahasa. Meski faktanya ada yang tidak bisa berbahasa Inggris terutama dari Taiwan. Yang lain kadang-kadang bahasa inggrisnya terbatas juga, tapi faktanya teratasi," ucap dia.

Karena, lanjut Bimo, kesenian sebenarnya bukan merupakan bahasa verbal tetapi bahasa tubuh.

"Koreografi dari tari yang dipertunjukkan di hadapan ratusan peserta WCF 2016 tersebut dibuat dalam waktu lima hari dan waktu tersebut sangat tidak wajar," pungkas Bimo.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini