Sukses

Kisah 4 Dukun Palsu, dari Aa Gatot hingga Dimas Kanjeng

Bukan fenomena baru. Namun peristiwa penipuan dengan iming-iming harta berlipat dan ketenangan spritual di masyarakat terus berulang.

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa pekan terakhir pengungkapan dukun palsu marak memarnai pemberitaan. Terlebih dari pengungkapan di Probolinggo, Jawa Timur, yang menjerat Padepokan Dimas Kanjeng dengan tersangka Taat Pribadi.

Taat yang mengaku sakti mandraguna ini mampu menggandakan uang dan emas. Pengikutnya mencapai ratusan dan datang dari berbagai penjuru Nusantara. Selain penipuan, dia juga dijerat dengan pembunuhan berencana dua pengikutnya.

Ada dugaan dua pengikutnya yang dibunuh mengetahui praktik penipuan Taat Pribadi. Penyelidikan kepolisian menyebutkan pelaku pembunuhan melibatkan pecatan tentara.

Tidak hanya Dimas Kanjeng, kehebohan praktik dukun palsu terungkap dari kasus yang menjerat Gatot Brajamusti alias Aa Gatot.

Polisi menciduk Gatot karena kasus narkotika. Dari penyelidikan kepolisian diketahui bahwa sabu yang dikonsumsi Gatot sebagai medium sang "guru spiritual" melakukan pemerkosaan kepada pengikutnya. Gatot tidak menyebut bahwa yang dikonsumsi itu adalah narkotika, tapi aspat atau pengusir jin.

Tidak jauh dari Ibu Kota, Polres Metro Kota Depok menangkap Anton Herdiyanto alias Aji. Penangkapan dilakukan setelah polisi menemukan dua mayat pria yang tewas karena racun sianida.

Anton rupanya mencampur kopi untuk para korban dengan racun potas sianida. Sebelumnya kepada tersangka, kedua korban tersebut meminta Anton untuk mengadakan emas batangan dengan membayar Rp 2 juta.

Di Subang, polisi mencokok Abdul Muhjib pada Agustus 2016. Polisi bergerak mengamankan Muhjib karena mengiming-imingi warga Karawang masuk surga dengan membayar uang sebesar Rp 2 juta.

Berikut kisah empat dukun palsu yang mampu menggandakan harta tersebut.

Masuk Surga Bayar Rp 2 Juta

Abdul Muhjib diamankan Polres Karawang setelah sebelumnya polisi mendapat laporan bahwa ada masyarakat yang mengaku nabi dan mengiming-imingi janji masuk surga. Namun, untuk itu tidak gratis. Masyarakat yang ingin masuk surga diminta Rp 2 juta.

Setelah memeriksa, polisi akhirnya memulangkan Muhjib ke padepokannya di Subang. "Untuk meredam amarah warga di Karawang, dia dipulangkan ke Padepokan di Sanggar Buana Putra Darul Imam Atauhid. Itu punya gurunya," kata Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Yusri  Yunus, di Bandung, Jawa Barat, Jumat, 5 Agustus 2016.

Ilustrasi (Istimewa)

Dia menjelaskan, Kepolisian Karawang sempat mengamankan Muhjib bersama lima anggotanya. Polisi kemudian bermusyawarah dengan masyarakat setempat untuk meredam masyarakat agar tidak terprovokasi aksi Muhjib.

"Dalam kesepakatan itu, hasilnya bahwa ajaran dia (Abdul Muhjib) beserta lima pengikutnya menyimpang dari ajaran Islam," kata dia.

Muhjib yang mengaku nabi meminta pengikutnya untuk mengucapkan syahadat yang telah diubah kalimatnya. Kalimat syahadat versi Muhjib adalah "Asyhadu an-laa ilaaha illallaah wa asyhadu anna muhjib da rasuulullaah" (Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi Muhjib utusan Allah).

Warga Medal Sari lalu melaporkan Muhjib ke MUI Karawang. Setelah itu, MUI meminta Muhjib dan lima rekannya untuk bertobat dan menandatangani surat perjanjian dengan MUI dan warga untuk tidak menyebarkan ajarannya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Aa Gatot 'Guru Spiritual'

Gatot ditangkap aparat gabungan Polres Mataram dan Polres Lombok Barat, Minggu, 28 Agustus 2016, sekitar pukul 23.00 WIB, di sebuah hotel berbintang di Mataram. Penangkapan dilakukan usai dirinya terpilih kembali menjadi Ketua Umum Persatuan Artis Film Indonesia (Parfi).

Dari penggeledahan aparat, ditemukan sabu dan alat isap atau bong. Dia tidak sendiri. Ada artis Reza Artamevia dan istri ketiga Gatot, Dewi Aminah.

Penyelidikan kepolisian didapat fakta bahwa Gatot menyebut sabu tersebut dengan aspat. Gatot memberikan aspat ini kepada murid-muridnya. Dia menyebut aspat sebagai makanan jin.

Elma Theana sebagai salah satu mantan murid setia Gatot Brajamusti angkat bicara. "Kalau saya dari awal dicekokin sabu saya enggak mau. Dulu kan dibilangnya aspat," ujar Elma saat ditemui di kawasan Tendean, Jakarta Selatan, Senin, 5 September 2016.

Selama di padepokan, Elma diajarkan untuk menyatu dengan para jin yang dianggap dapat memberikannya pelajaran. "Aspat memang makanan jin. Waktu itu ceritanya dia mau mengajarkan bagaimana jin bisa menyatu dengan manusia untuk sama-sama belajar," tutur Elma Theana.

Tidak seperti barang terlarang, aspat dipergunakan secara bebas di padepokan Gatot Brajamusti. "Namanya aspat bukan sesuatu yang harus disembunyikan di sana. Kita memang diberikan," ungkap ibu satu anak tersebut.

Elma pun mengungkap dengan gamblang fungsi aspat yang diajarkan pria yang juga menjadi guru spiritual Reza Artamevia itu padanya. "Seperti mediasi untuk kita berhubungan dengan jin itu. Enggak terus-terusan. Hanya media saja untuk jinnya masuk ke badan kita," ujar Elma Theana.

Dari praktik tersebut terungkap bagaimana sabu digunakan Gatot untuk memperkosa murid-muridnya. Hal ini diakui oleh Reza Artamevia dalam pemeriksaan penyidik Polda Metro Jaya.

"Yang jelas kalau ditanya, pelecehan memang Ada. Reza melihat, mengiyakannya," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Awi Setiyono saat dihubungi Liputan6.com, Selasa, 27 September 2016.

Praktik seks menyimpang itu, kata Awi, juga disaksikan asisten rumah tangga Aa Gatot.

"Makanya istilahnya ada threesome," kata Awi.

Praktik itu dilakukan setelah Aa Gatot mengisap aspat alias sabu. Gatot menyebut aspat adalah untuk membantu mengusir jin.

Penyelidikan tersebut didapat polisi berdasarkan laporan dua korban ke Polda Metro Jaya.

3 dari 3 halaman

Taat Pribadi Pengganda Uang

Simsalabim... tumpukan uang keluar dari balik badan Taat Pribadi.

Hal ini membuat aktivis Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Marwah Daud Ibrahim terkesima. Dia percaya kemampuan Taat Pribadi memproduksi uang dari badannya adalah sebuah karomah.

Taat Pribadi adalah tokoh terkenal yang disegani masyarakat di Jawa Timur. Selain memiliki padepokan, dia terkenal sebagai seorang pengganda uang. Taat Pribadi membangun padepokan yang dinamai Dimas Kanjeng dan berada di Dusun Cengkelek, Desa Wangkal, Probolinggo, Jawa Timur.

Marwah menjadi pengikut setia Dimas Kanjeng hingga akhirnya menjadi ketua yayasan padepokan.

"Apa yang dimiliki guru ini adalah anugerah dari Tuhan, itu karomah," ujar Marwah Daud Ibrahim.

Bahkan, doktor komunikasi internasional jebolan universitas di Amerika ini meyakini kemampuan Taat Pribadi mendatangkan uang adalah fakta.

Atas keyakinannya itu, Marwah bersedia membuktikan Taat Pribadi betul-betul memiliki kemampuan menggandakan atau mendatangkan uang.

"Jika diizinkan melakukan ritual, kami akan datangkan uang di hadapan Presiden," ujar wanita yang pernah menjadi asisten peneliti Bank Dunia itu.

Nama Dimas Kanjeng Taat Pribadi menjadi sorotan setelah polisi menangkapnya dalam kasus pembunuhan terhadap dua santrinya.

Awalnya, Direktorat Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri tengah menyidik kasus dugaan tindak pidana penipuan Rp 25 miliar, yang diduga dilakukan Kanjeng Dimas Taat Pribadi di padepokannya.

Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri Brigadir Jenderal Agus Andrianto mengatakan, laporan tersebut telah diterima pada 20 Februari 2016 terkait penipuan Rp 25 miliar.

Namun ketika mulai diselidiki, kata Agus, seorang saksi bernama Abdul Gani tak kunjung hadir saat dipanggil. Ternyata, ia diduga menjadi korban pembunuhan yang dilakukan Taat Pribadi.

"Saksi kami ini dipanggil beberapa kali enggak pernah datang. Kita tanya orang di Probolinggo, ternyata saksi itu meninggal dunia. Saksi kunci kita yang dibunuh itu ditemukan di Wonogiri," tutur Agus.

Agus menjelaskan, Abdul Gani dikenal cukup dekat dengan Taat Pribadi. Bahkan, dia diduga mengetahui penggandaan uang yang dilakukan Taat Pribadi di Padepokannya.

"Tapi karena sudah mulai sadar, dia juga yang menjadi pengumpul (uang), kemudian takut dipertanggungjawabkan secara hukum, yang bersangkutan membantu orang yang pernah menyetor (uang)," Agus menerangkan.

Tidak hanya Abdul Gani, Taat Pribadi juga diduga membunuh santri lain, yaitu Ismail.

Dalam pembunuhan itu, Taat Pribadi diduga memerintahkan anak buahnya bernama Wahyu untuk menghabisi Abdul Gani dan Ismail, karena kedua santri itu berencana membongkar mengenai penggandaan uang yang dilakukan sang guru. Abdul Gani dan Ismail menjabat sultan di padepokan itu.

Saat ditangkap, Taat Pribadi sempat ditantang polisi untuk mengeluarkan uang dari badannya.

Dukun Palsu Pembunuh Bersianida

Dua jasad korban pembunuhan ditemukan Sabtu 1 Oktober 2016. Jasad Shendi ditemukan di Jalan Pertanian Raya RT 05/RW 04 Kelurahan Grogol, Kecamatan Limo, Depok.

Sementara jasad Ahmad Sanusi ditemukan di dalam saluran drainase, Jalan Makam Kopo RT 09/RW 09 Kelurahan Limo, Kecamatan Limo, Kota Depok.

Polisi bergerak cepat menelusuri jejak pelaku pembunuhan. Minggu 2 Oktober kemarin, polisi menangkap Anton Herdiyanto alias Aji (34) di Tulang Bawang, Lampung.

Hasil penggeledahan dan laboratorium forensik polisi menemukan bahwa kedua korban tewas karena racun sianida.

Polisi lalu menggeledah kontrakan tersangka Anton. "Di situ kami temukan barang-barang berbau klenik seperti keris, tulisan berbahasa Arab, bahasa semarmesem, dan lain-lain," ujar Kapolrestro Kota Depok Kombes Harry Kurniawan.

Sementara motif pembunuhan adalah menguasai harta korban. Korban Shendy dan Sanusi diiming-iming mampu menarik emas. Syaratnya, korban harus memberikan mahar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.