Sukses

6 Kasus Mutilasi, dari Bisikan hingga Asmara

Keluarga menduga Mutmainah yang kerap disapa Iin itu depresi berat.

Liputan6.com, Jakarta - Mutmainah memutilasi anak kandungnya yang berusia 1 tahun. Bayi itu ditemukan tak bernyawa di kamar kontrakannya dengan kondisi mengenaskan. 

Peristiwa itu terjadi di kamar kontrakan di Jalan Jaya 24, No 24, RT04/10, Cengkareng Barat, Cengkareng, Jakarta Barat, Minggu, 2 Oktober 2016 sekitar pukul 21.00 WIB.

Mutmainah adalah istri dari anggota Provost Polda Metro Jaya Aipda Denny Siregar. Keluarga menduga Mutmainah depresi.

Kasus mutilasi tersebut menambah deretan pembunuhan disertai mutilasi yang terjadi sebelumnya. Salah satunya kasus mutilasi wanita hamil yang dimutilasi kekasih sendiri.

Berikut lima kasus mutilasi menggemparkan yang dirangkum Liputan6.com:

1. Mutilasi Bayi Sendiri

Mutmainah, seorang istri anggota Provost Polda Metro Jaya, memutilasi anak kandungnya yang berusia 1 tahun. Bayi itu ditemukan tak bernyawa di kamar kontrakannya dengan kondisi mengenaskan.

Peristiwa itu terjadi di kamar kontrakan Mutmainah di Jalan Jaya 24, No 24, RT04/10, Cengkareng Barat, Cengkareng, Jakarta Barat, Minggu, 2 Oktober 2016 sekitar pukul 21.00 WIB. Selain Arjuna, bayi korban mutilasi, kakak korban berinisial Kar (3), juga ditemukan dengan luka di telinganya.

Posisi Mutmainah berada di dalam kamar dengan posisi duduk. Sementara jasad anaknya, Arjuna, ada di sebelahnya. Mutmainah hanya tersenyum dan tidak mengenakan busana.

Kontrakan Aipda Denny Siregar, anggota Provos Polda Metro Jaya (Liputan6.com/Muslim)

Keluarga menduga Mutmainah yang kerap disapa Iin itu depresi berat. Iin diduga tidak tahan dengan sikap suaminya.

"Dia pernah bilang, katanya gaji suaminya sebulan juga enggak pernah tahu, dikasih cuma satu juta per bulan," ucap ayah Iin, Jaelani.

Dua hari sebelum kejadian, Iin pernah mengeluhkan ikhwal hubungan rumah tangga mereka. Terutama terkait sikap suaminya yang keras. "Saya udah enggak tahan, Pak, sama Denny. Saya udah enggak tahan," ucap Iin sambil menangis seperti ditirukan Jaelani.

Sementara, polisi terus mendalami kasus mutilasi bayi yang dilakukan Mutmainah terhadap anak kandungnya. Istri anggota provost Polda Metro Jaya Aipda Denny Siregar itu diduga mengalami kelainan jiwa hingga tega menghabisi nyawa bayinya sendiri.

Kapolda Metro Jaya Irjen Mochamad Iriawan mengatakan, pihaknya masih mendalami kasus tersebut. Berdasarkan keterangan sementara, ibu yang akrab disapa Iin itu diduga tengah mendalami ilmu tertentu.

"Sudah kita dalami, ada kelainan jiwa. Dia menuntut ilmu tertentu yang mungkin dia tidak bisa menghadapi itu, sehingga ada bisikan-bisikan dari yang dia dengarkan. Apabila ilmunya bisa sempurna, dia harus mengorbankan anaknya," ujar Iriawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (4/10/2016).

Jenderal bintang dua yang akrab disapa Iwan itu menduga, Iin sudah mendalami ilmu tersebut sejak dua tahun. Sejak saat itu, beberapa keanehan kerap dijumpai sang suami terhadap istrinya.

"Memang suaminya sering juga diajak berantemlah dengan yang bersangkutan. Itu yang kita sayangkan kenapa bisa terjadi. Yang jelas hasil pemeriksaan yang kita periksa demikian," tutur dia.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Awi Setiyono, mengatakan pemutilasi bayi tersebut masih menjalani pemeriksaan psikologi di RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur. Kondisi kejiwaan Iin masih belum stabil.

"Makanya kemarin pun sempat ditanyain yang bersangkutan ya merasa tidak bersalah. Enggak ngaku melakukan pembunuhan, karena kejiwaannya enggak stabil," ujar Awi di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (4/10/2016).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

2. Mutilasi Wanita Hamil di Tangerang

Nur Astiyah atau Nuri (34) yang hamil tujuh bulan menjadi korban pembunuhan. Jasadnya ditemukan mengenaskan karena termutilasi di kamar kontrakan di Telagasari, Cikupa, Kabupaten Tangerang, Banten, pada Rabu, 13 April 2016. Beberapa bagian tubuhnya menghilang.

Setelah melakukan penyelidikan, polisi memastikan pelaku adalah Kusmayadi alias Agus, warga Kampung Jambu, Desa Sibanteng, Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Keduanya bekerja di sebuah restoran rumah padang yang sama. Agus merupakan kepala rumah makan, sedangkan Nuri menjadi kasir. Keduanya mulai tinggal satu rumah sejak Agustus 2015 di Jalan Haji Malik, dekat Pasar Cikupa, tepatnya di Kampung Telaga Sari.

Sebulan hidup bersama, Nuri rupanya sudah berbadan dua. Dia mengandung anak Agus. Sejak saat itu, cekcok antara keduanya kerap terjadi. Nuri menuntut kejelasan status hubungan kepada Agus. Juga jatah uang selama mereka hidup satu atap.

Puncaknya adalah di pekan kedua April. Agus mulai terpikir untuk menghabisi nyawa Nuri. Dia bertanya pada dua anak buahnya di Rumah Makan Gumarang terkait rencana pembunuhan.

Agus akhirnya ditangkap polisi di Surabaya, Jawa Timur, pada Rabu 20 April 2016 malam. Hingga kini, sidang kasus pembunuhan Nuri masih berjalan di Pengadilan Negeri Tangerang.

3 dari 6 halaman

3. Polisi Mutilasi 2 Anak Kandung

Brigadir Petrus Bakus, polisi anggota Sat Intelkam Polres Melawi, Kalimantan Barat, membunuh dua anak kandungnya pada Jumat dinihari, 26 Februari 2016, pukul 00.15 WIB. Polisi berpangkat brigadir itu juga memutilasi kaki-tangan anaknya, F serta A yang berusia lima dan tiga tahun.

Perbuatannya diketahui sang istri, W. Saat itu, W terbangun karena pelaku mendatanginya. W kaget karena Petrus membawa parang. Pelaku kemudian berkata, "Mereka baik, mereka mengerti, mereka pasrah. Maafkan Papa ya, Dik."

Petrus Bakus mengaku mendengar bisikan yang memerintahkannya untuk berbuat keji pada kedua anak kandungnya.

"Dia menganggap apa yang dilakukannya itu perintah dari Tuhan. Dia mendapat bisikan untuk melakukan itu semua. Jadi dia merasa sadar dan tidak menyesal. Anaknya pun ikhlas katanya. Tersenyum saat dibunuh dan dia tenang," kata Kapolda Kalbar Brigadir Jenderal Polisi Arief Sulistyanto di Pontianak, Jumat, 26 Februari 2016.

Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Kalimantan Barat, AKBP Supriadi, menyatakan berdasarkan hasil prarekonstruksi, Bakus membunuh kedua anaknya terlebih dulu sebelum dimutilasi. Hal itu sesuai dengan keterangan Bakus.

Supriadi mengungkapkan parang yang digunakan untuk membunuh dibeli Bakus tiga hari sebelum pembunuhan, yaitu Selasa, 23 Februari 2016. Namun, dalam pemeriksaan, Bakus mengaku parang itu akan digunakan untuk membersihkan halaman belakang rumah.

4 dari 6 halaman

4. WNI Dimutilasi di Australia

Mayang Prasetyo, perempuan warga negara Indonesia (WNI) tewas dibunuh kekasihnya berkebangsaan Australia di Brisbane. Kepolisian setempat mengatakan korban dimutilasi.

Peristiwa itu juga sudah dibenarkan oleh Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Tatang Razak. Ia mengaku sudah mendapat kabar dari Kedutaan Besar Indonesia di Canberra.

"Peristiwa pembunuhan yang mengejutkan Australia itu diketahui pada Sabtu, 4 Oktober 2014 sekitar pukul 21.00 waktu setempat," ungkap kepolisian setempat.

"Pelaku ditemukan meninggal dunia dan diduga bunuh diri. Kami memperlakukan investigasi kasus ini sebagai pembunuhan dan bunuh diri," ucap juru bicara Kepolisian Queensland.

Awal mula peristiwa itu diketahui, seperti diuraikan harian Courier Mail, karena tetangga terduga pelaku Marcus Peter Volke mengeluh mencium bau tidak sedap sejak Kamis pekan lalu. Aroma tak mengenakkan itu disebutkan berasal dari apartemen yang ditinggali Volke bersama kekasihnya yang berkebangsaan Indonesia.

Pada hari Sabtu, 6 Oktober, polisi yang mendapat laporan akhirnya mendatangi apartemen Volke, namun ia kemudian melarikan diri. Lalu pihak berwenang mendatangi kediamannya.

Di dalam apartemen Volke, polisi menemukan potongan tubuh manusia yang sebagian berada di atas kompor. Volke sendiri ditemukan meninggal dunia beberapa ratus meter dari lokasi apartemennya dengan luka sayatan di leher yang diduga bunuh diri.

Volke dan korban diketahui bekerja di kapal pesiar sebagai juru masak. Mereka belum lama tiba di Brisbane setelah bertugas di perjalanan pesiar ke beberapa negara.

5 dari 6 halaman

5. Janda 1 Anak Dimutilasi Selingkuhan

Warga di Desa Gambelan, Selat, Klungkung, Bali, digegerkan dengan penemuan dua bagian tubuh manusia. Dugaan kuat, bagian itu adalah jenazah korban mutilasi.

Di tempat berbeda, warga juga kembali menemukan tiga bagian tubuh manusia di wilayah Kabupaten Karangasem, Bali. Diduga organ tubuh itu ada kaitannya dengan penemuan di Klungkung.

Hasil pemeriksaan sementara memperlihatkan, korban dibunuh dengan cara kejam. Selain dimutilasi, korban yang diduga berjenis kelamin perempuan itu juga dirusak wajahnya. Akibatnya korban sulit diidentifikasi.

Aparat Polda Bali membentuk tim khusus untuk mengungkap kasus pembunuhan ini. Wakapolda Bali Brigjen Pol I Gusti Ngurah Raharja Subiakta memberikan perhatian khusus untuk kasus ini.

Hasilnya, seorang pria asal Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT), ditangkap diduga pelaku pembunuhan sadis dengan cara dimutilasi.

Kapolda Bali Irjen Pol AJ Benny Mokalu menjelaskan, penangkapan pelaku bermula dari analisis kepolisian berdasarkan sejumlah alat bukti, termasuk keterangan para saksi.

"Dari situ dugaan mengarah kepada dia (F)," terang Benny di Denpasar, Senin, 23 April 2014.

Dia menjelaskan, F bekerja di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Klungkung. Ia adalah pegawai kontrak.

Bersamaan dengan penangkapan F, polisi juga mengamankan sebilah samurai yang diduga digunakan untuk memotong-motong tubuh korban. Informasi yang berkembang, pelaku nekat memutilasi tubuh korban lantaran perselingkuhan.

Dari pengakuan pelaku, identitas korban yang perlahan terkuak berjenis kelamin perempuan itu diduga bernama Diana Sari, seorang janda beranak satu yang memiliki hubungan dekat dengan F.

6 dari 6 halaman

6. Mutilasi Anggota DPRD Lampung

Anggota DPRD Lampung Muhammad Pansor bin Abdullah Bakri ditemukan meninggal dalam keadaan mengenaskan. Kasus pembunuhan disertai mutilasi bermula dari penemuan tiga organ tubuh di Sungai Komering, Kabupaten OKU Timur, pada 21 April 2016.

Dua hari kemudian, polisi menemukan bagian tulang panggul dan lengan atas sebelah kiri. Polisi kesulitan mengidentifikasi, sehingga akhirnya mengumumkan hal itu ke masyarakat.

Setelah dua bulan penyelidikan, Jumat, 29 Juli 2016, polisi akhirnya meringkus dua tersangka. Salah satu tersangka adalah oknum polisi berinisial MA berpangkat bintara atau brigadir yang bertugas di Polresta Bandar Lampung.

Sedangkan seorang lainnya pekerja di sebuah rumah makan di Way Halim, Bandar Lampung, berinisial TA.

Masalah percintaan dan utang piutang diduga menjadi motif pembunuhan dengan mutilasi terhadap anggota DPRD Kota Bandar Lampung itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini