Sukses

Cerita Miris SD di Depok yang Roboh dan Tak Kunjung Direnovasi

Para murid berharap pemerintah segera merespons nasib sekolahnya yang roboh sejak Februari 2016.

Liputan6.com, Jakarta Ratusan murid-murid di SD Negeri Kali Baru 6, Depok, Jawa Barat, terpaksa harus mengalah dengan keadaan. Sekolah mereka yang roboh sejak Februari 2016 tidak kunjung direnovasi. Akibatnya, sekolah ini mengalami penurunan jumlah siswa.

Imbas lainnya adalah terganggunya aktivitas belajar mengajar sekolah yang berada di RT 02/ RW 05, Kelurahan Kali Baru, Kecamatan Cilodong, Kota Depok. Sebagian siswa harus mengungsi ke ruang kelas SMPN 6 Depok yang berlokasi tak jauh dari SD tersebut.

"Di sini hanya kelas 6 saja. Sedangkan, kelas 1 sampai 5 harus menumpang di SMPN 6 Depok. Sistem belajarnya bergantian, di mana Kelas 1, 2, dan 5 masuk pagi hari. Sementara kelas 3, dan 4 masuk pada siang hari," kata Nasir Ibrahim, Guru kelas 6 SDN Kali Baru 6 Depok, Rabu (14/9/2016).

Nasir menerangkan, tentunya jika terus dibiarkan dan tanpa adanya perhatian dari pemerintah untuk memperbaiki sekolah, bisa membuat pihak sekolah terus merugi dan mengurangi kualitas belajar mengajar para guru dan siswa.


Akibat tidak kunjung direnovasi, sebagian siswa SDN Kalibaru 6 Depok memilih pindah sekolah (Liputan6.com/Ady)

"Prestasi siswa di sini sangat merosot. Tahun lalu 15 siswa masuk SMP Negeri. Nah, tahun ini cuma 1 dari 56 siswa yang masuk ke SMP Negeri," Nasir menerangkan.

Bukan hanya itu, sejumlah orangtua siswa juga banyak mengeluhkan soal lamanya perbaikan sekolah tersebut. Tak ayal, banyak dari orangtua yang memindahkan anaknya ke sekolah lain.

"Banyak keluhan dari siswa. Tahun ini ada sekira 16 siswa yang pindah. Alasanya, mereka enggak betah dan kurang nyaman sekolah di sini," ucap Nasir.

"Waktu belajar kurang efektif. Soalnya pada bulan Maret sampai Mei belajar hanya 2 jam setengah. Namun, sejak Agustus sudah normal. Itu juga jadi alasan orang tua memindahkan anaknya," Nasir menerangkan.

Terbengkalainya gedung SDN Kali Baru 6 juga membuat orang tua tidak percaya untuk memasukkan anaknya ke sekolah tersebut.

Dalam penerimaan siswa baru pada 2016 ini, pihak sekolah hanya mampu menerima 35 siswa saja.

"Sekarang SDN Kali Baru 6 ada hampir 300 siswa yang terbagi menjadi 13 romble. Tapi lebih banyak yang keluar dari pada yang masuk," tutur Nasir.

Salah seorang siswa kelas 6, Arfiani, berharap Pemerintah Depok merespons cepat kondisi sekolahnya.

"Agak terganggu sedikit dan enggak nyaman sekali. Semoga cepat dibangun biar belajar tenang lagi," ungkap Arfiana siswa kelas 6 SDN Kali Baru 6.

Hal serupa juga disampaikan Muhammad Zaki Akbar Abilah. Dia berharap agar sekolahnya segara dibangun. Menurutnya, sekolah yang sekarang ini terasa sangat sepi, dan tidak nyaman untuk proses belajar-mengajar.

"Kurang nyaman aja. karena di sini kan tidak semua masuk jadi sepi deh. Biasanya rame. cepet dibangun aja, supaya bisa kumpul dan belajar bersama lagi," keluh Zaki.

Perubahan Rancangan

Nasir menjelaskan, rencananya pembangunan akan dilaksanakan awal September ini dengan alokasi anggaran sekira Rp 500 juta. Namun, karena adanya perubahan rancangan membuat pembangunan tersebut menjadi tersendat.

"Harusnya tanggal 1 September sudah mulai kerja. Tapi pada saat itu ada perubahan gambar. Kami maunya ada 16 tiang yang buat cakar ayam. Jadi kalau ke depan ada ruang kelas baru enggak ribet lagi. Tentu dengan ini juga bisa lebih kokoh," jelas Nasir.

Nasir menambahkan, selain bantuan tersebut, Kementerian Pendidikan menjanjikan bakal membangun empat ruang kelas baru, serta memperbaiki perpustakaan yang juga terancam roboh.


Akibat tidak kunjung direnovasi, sebagian siswa SDN Kalibaru 6 Depok memilih pindah sekolah (Liputan6.com/Ady)

"Kemarin kita kedatangan Dirjen Pendidikan. Dia bilang mau ditambah satu lantai untuk membangun 4 ruang kelas baru, dan merehab perpustakan. Sekarang sedang on proses," ujar Nasir.

Robohnya sekolah Maret lalu menyebabkan lima siswa terluka. Peristiwa itu terjadi pada Jumat 26 Februari 2016 sekitar pukul 07.00 WIB. Sebelum bel sekolah berbunyi, plafon dan kerangka penyangga genteng roboh menimpa para siswa dan guru di dalam kelas.

Total empat ruangan rusak. Dua ruangan merupakan bangunan kelas 1 dan 2, sisanya adalah ruangan guru dan kepala sekolah.‎ Ambruknya sekolah diduga karena pemasangan konstruksi yang tidak benar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.