Sukses

Indonesia Ikut Pantau Pendidikan Global UNESCO 2016

Pendidikan, ibu dari masalah di dunia. Setengah negara di dunia, tidak memiliki kurikulum yang secara eksplisit membahas perubahan iklim.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bersama United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) mengadakan peluncuran laporan UNESCO terkait pendidikan global. Jakarta menjadi satu dari empat kota di dunia yang terpilih sebagai tuan rumah, bahkan Indonesia menjadi negara pertama yang menerima laporan dari UNESCO ini.

Staf Ahli Bidang Inovasi dan Daya Saing Kemendikbud Ananto Kusuma Seta menjelaskan tiga kota lainnya yaitu London, Inggris, lalu Kigali, Rwanda, dan Medellin, Kolumbia. Dari keempat kota di empat negara itulah akan dilakukan peluncuran resmi Laporan Pemantauan Pendidikan Global atau Global Education Monitoring (GEM) UNESCO 2016. Indonesia juga tergabung dalam tim GEM UNESCO 2016.

Laporan dari GEM, Pendidikan bagi manusia dan bumi merupakan sesuatu yang dapat menciptakan masa depan berkelanjutan untuk semua, publikasi pertama dari rangkaian 15 tahun, menyoroti kebutuhan mendesak peningkatan layanan pendidikan.

"Pendidikan dasar universal dunia hanya akan dicapai tahun 2042, sementara pendidikan menengah dasar (SMP) dicapai tahun 2059 dan pendidikan menengah ke atas (SMA) pada tahun 2084. Berarti kan dunia terlambat setengah abad dari waktu pencapaian Sustainable Development Goals (SDG) 2030," ungkap Ananto saat konferensi pers di Kantor Kemendikbud, Jakarta, Selasa (6/9/2016).

Ia kemudian menjelaskan kalau SDG merupakan kelanjutan dari Millenium Development Goals (MDG). SDG merupakan rancangan pendidikan 15 goals selama 15 tahun untuk seluruh dunia.

"SDG tidak hanya 8 goals, dengan SDG 15 goals. Yang menarik ladi di dalam SDG menempatkan pendidikan sebagai ibu dari masalah-masalah di dunia," jelas Ananto.

Dia menuturkan kalau laporan menunjukkan pendidikan perlu menekankan perhatian kepada masalah lingkungan. Setengah negara di dunia, lanjut dia, tidak memiliki kurikulum yang secara eksplisit membahas perubahan iklim.

"Laporan GEM edisi pertama ini harus menjadi alarm pengingat. Jadi pendidikan harus bertindak sebagai agen perubahan agar dapat mencapai agenda 2030," jelas Asisten Direktur Jenderal untuk Pendidikan UNESCO Dr Qian Tang yang juga hadir dalam acara tersebut.

Hadir pula Mendikbud Muhadjir Effendy, Direktur dan perwakilan UNESCO Jakarta Dr Shahbaz Khan, Analis Kebijakan Senior Laporan GEM Dr Manos Antonius, dan Kepala Biro Pelayanan Komunikasi dan Masyarakat Kemendikbud Asianto Sinambela.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.